Yesus, Anak Allah Yang Terkasih, tidak luput dari penganiayaan.
Dia yang miskin, lemah lembut, yang berdukacita, yang lapar dan haus akan kebenaran, yang murah hati, suci hati, dan membawa damai, ternyata tidak diterima oleh dunia. Anak Allah yang Terkasih dirasa sebagai ancaman terhadap tata dunia yang sudah mapan dan mengganggu ketenangan orang-orang yang merasa dirinya sebagai penguasa dunia ini.
Meskipun tidak menghasut siapa pun, Ia dianggap sebagai penghasut.
Meskipun tidak pernah menghukum siapa pun, Ia membuat orang lain merasa malu dan bersalah.
Meskipun tidak pernah menghakimi siapa pun, orang-orang yang berjumpa dengan Dia merasa dihakimi.
Ia tidak bisa dibiarkan dan harus disingkirkan. Membiarkan Dia hidup berarti membiarkan diri dipaksa untuk mengakui kesalahan.
Kalau kita ingin menjadi seperti Yesus, kita tidak dapat berharap akan selalu disenangi atau dikagumi. Kita mesti siap untuk ditolak.
(Sumber: Bekal Peziarahan Hidup, Henri J.M. Nouwen, Kanisius, 2003)