Pengantar dan Latar Belakang
Pada bulan Agustus 2015, untuk yang kesekian kalinya, sejarah Paroki Cengkareng ini berubah. Telah dilahirkan sebuah paroki baru yang bernama Paroki Kalideres. Perubahan yang terjadi membawa dampak pada banyak aspek kehidupan di paroki Cengkareng. Para pastor, Dewan Paroki dan segenap umat di Paroki ini bukan saja harus beradaptasi tetapi juga perlu berubah dan memperbaharui dirinya. Perubahan dan pembaharuan diri ini bukan semata demi masa kini tetapi juga demi masa depan Paroki ini.
Dalam rangka mensikapi berbagai perubahan terkini sekaligus mengantisipasi masa depan Paroki kita ini, kita perlu memiliki seperangkat prinsip perilaku atau perlengkapan senjata yang kita namakan TRINITAS’ Way!
Apakah TRINITAS’ Way itu?
Istilah Trinitas’ Way mau menunjuk seperangkat cara melihat, cara berpikir, cara bertindak, cara bekerja yang berlaku di paroki kita dengan mengambil inspirasinya dari sang Trinitas sendiri.
Dengan menghayati dan mempraktekkan TRINITAS’ Way, sebenarnya juga sedang dibentuk umat Allah yang berkarakter / bermentalitas kristiani tertentu sekaligus menjadi ke-khas-an Paroki ini. Adapun karakter kristiani yang dimaksudkan di sini sebenarnya tersembunyi di balik huruf-huruf yang membentuk kata T-R-I-N-I-T-A-S itu sendiri, yaitu Taat, Refleksif, (ber-) Iman, Nurani, Nasionalisme, Inisiatif, Team work, Antisipatif, Sederhana dan Syukur.
TAAT
Ayat Suci Pegangan: “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama.” (Fil.2:8-9)
Yesus diutus Allah Bapa ke dunia. Ia taat kepada BapaNya sampai wafat di salib. Karya keselamatan Yesus kemudian dilanjutkan oleh Roh Kudus. Roh Kudus diutus oleh Bapa dan Putra. (lih.Yoh.14:16)
Sebagaimana Yesus dan Roh Kudus, kita pun mau menjadi orang-orang yang taat (rendah hati) dalam hidup sehari-hari kita sebagai umat Allah. Kita taat bukan karena takut tetapi karena cinta dan percaya kepada Tuhan. Kita mempercayai dan siap mendukung para pemimpin kita (di tingkat Paroki, Seksi, Lingkungan, Kelompok, dll) yang melayani / berpikir demi kebaikan Gereja / Paroki secara luas dan panjang, kini dan esok.
Karena mau menghayati ketaatan ini, kita semua menjadi orang-orang yang tulus hati, gembira, penuh semangat, tahan banting dan tidak mudah “patah arangâ€, di dalam berbagai pelayanan yang ada.
REFLEKSIF
Ayat Suci Pegangan: “Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu bahwa musim panas mulai dekat.” (Mrk 13:28)
Hidup yang senantiasa direfleksikan menjadi habitus / kebiasaan Tuhan Yesus. Beliau terbiasa merefleksikan sabda Allah / pengalaman hidup keseharian dan berbagai fenomena yang dijumpaiNya dalam hidupNya.
Di Paroki ini, sekarang, hampir setiap malam ada kelompok yang berkegiatan : KEP, BL KEP, SBS, PDK, Latihan Koor, dll. Kita perlu memastikan bahwa kegiatan ini bukan aktivisme semata, tetapi memang bermanfaat untuk mengasah ketrampilan refleksi peserta!
Paroki menyambut baik adanya kegiatan yang bisa membantu warga paroki untuk makin trampil dan kuat dalam berefleksi. Misalnya : Hari Lingkungan, SBS, dll. Ketrampilan refleksi, pada gilirannya akan membantu kita dalam membuat berbagai keputusan maupun dalam membuat program kerja dan kegiatan.
Karakter Refleksif ini dalam hidup menggereja di Trinitas ditampakkan dalam Laporan Periodik Lingkungan / Seksi. Dalam Laporan itu bisa dilihat sejauh mana “dinamika” setiap Lingkungan / Seksi / Paroki. Tanpa laporan atau evaluasi, sebuah kegiatan akan berlalu tanpa bekas ataupun pembelajaran, dan mungkin hanya buang-buang dana.
IMAN
Ayat Suci Pegangan: “Ke dalam tanganMu, Kuserahkan nyawa-Ku.” (Luk.23:46)
Iman kita kepada Allah diungkapkan dalam liturgi ekaristi / sakramen / ibadat sabda / devosi kepada Bunda Maria, adorasi, dll. Iman harus diungkapkan secara indah dan sepenuh hati.
Beriman itu bersifat rela dan rendah hati. Maksudnya, seseorang berani tetap hormat, percaya dan mengandalkan Allah dalam segala cuaca kehidupan, dalam suka dan duka. Bahkan tetap percaya kepada Allah sekalipun masa depan tidak jelas, sekalipun tak ada keuntungan material yang diperolehnya.
BerIman itu juga bersifat aktif. Aktif artinya seseorang dengan penuh semangat dan bangga berpartisipasi dalam hidup menggereja di Paroki ini. Partisipasi yang diambilnya bukan sekedar sebagai hadirin, penggembira, namun juga bersedia bila diminta sebagai pelayan / pengurus di lingkungan, wilayah, kelompok kategorial, dll.
Santa Perawan Maria, ibunda Tuhan Yesus, juga menjadi model kita dalam beriman!
NURANI (kepekaan bela rasa / solider)
Ayat Suci Pegangan: “Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka.” (Mat.14:14)
Santo Yakobus berkata, Iman tanpa perbuatan adalah mati. (Bdk. Yak 2.14-18). Iman diwujudkan dalam perbuatan kasih / solidaritas kepada sesama / pelayanan sosial. Solidaritas kepada sesama (yang miskin / menderita) menjadi tindakan bersama, bukan hanya dilakukan oleh para pengurus PSE, atau hanya oleh Pastor-nya, tetapi oleh setiap warga paroki.
Berbuat baik kepada sesama menjadi alat ukur / bukti yang tampak dari ketidak-egoisan kita sebagai pribadi maupun komunitas.
Solidaritas bisa bermacam-macam sifatnya : karitatif, subsidi, solusi, kemitraan, dll. Di Paroki kita ini sudah ada pelayanan Ayo Sekolah, Pelayanan Kesehatan, Bedah rumah, Kantin, Koperasi, dll. Seberapa jauh kita sudah ambil bagian dalam berbagai pelayanan sosial tersebut?
NASIONALISME (mencintai Indonesia)
Ayat Suci Pegangan: Kata Yesus kepada mereka : “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” (Mark.12:17)
Kita bersyukur sebagai orang Indonesia yang mempunyai Pancasila. Pancasila adalah pilar ideologis negara kita. Di balik pilar-pilar tersebut adalah sebuah visi masyarakat yang hendak diwujudkan oleh bangsa ini. Visi ini pasti akan terwujud bila kita Bersatu, saling membantu, bergotong royong, dalam semangat Bhineka Tunggal Ika.
Namun usaha untuk mewujudkan visi ini dalam perjalanan waktu dan sejarah tidak selalu mudah. Selalu ada pihak yang ingin mewujudkan ide atau visi yang tidak sejalan dengan Pancasila. Maka kita sebagai umat Katolik maupun sebagai warga negara Indonesia selalu dipanggil untuk bertumbuh dan menjunjung tinggi nasionalisme.
Apakah hal yang bisa kita lakukan bersama untuk menumbuhkan nasionalisme ini? Kiranya hal-hal di bawah ini bisa kita laksanakan / kembangkan bersama :
- Mencintai Lingkungan Hidup dan menjaga kebersihan / keasriannya.
- Ikut menciptakan dan merawat kerukunan warga yang bhineka tunggal ika. (misalnya, mau menjadi RT / RW)
- Melestarikan seni / budaya Indonesia (mis. pakai Batik)
- Mencintai produk dalam negeri.
- Membanggakan negara (misalnya, menjadi atlet olah raga, dll)
INISIATIF
Ayat Suci Pegangan: “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia, bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yoh.3:17)
Allah adalah pribadi pertama yang mengambil inisiatif untuk menyapa, mendatangi dan melayani manusia, bukan sebaliknya.
Salah satu wujud penghayatan seseorang bahwa berIman itu bersifat aktif, orang tsb mau terlibat dalam pelayanan / kegiatan gerejani dengan penuh semangat. Lebih daripada itu, ia akan melakukan sesuatu yang baik dan berguna bagi komunitas / lingkungan / paroki / sesama, tanpa menunggu diperintah atau disuruh oleh salah seorang pemimpin umat atau orang lain.
Salah satu contoh pelayanan sederhana di lingkungan Gereja Trinitas adalah kegiatan kerja bakti setiap hari Sabtu. Setiap warga wilayah diundang ambil bagian untuk membersihkan, merapikan, memperbaiki sesuatu yang tidak pas, tidak beres, tidak indah, mengganggu yang tampak di kompleks gereja. Semangat yang diharapkan tumbuh dari kegiatan Kerjabakti ini, bukan demi formalitas (karena penjadualan oleh pihak PKG) tetapi karena adanya semangat “sense of belonging” – rasa memiliki – atas Paroki ini.
TEAM WORK
Ayat Suci Pegangan: “Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Mat.9:38)
Karya pelayanan Tuhan Yesus makin tersebar luas dan dinantikan banyak orang. Menyadari keadaan ini dan demi perkembangan selanjutnya, Yesus mulai melibatkan sejumlah orang yang kemudian lebih dikenal sebagai para Rasul. Dengan demikian, Tuhan Yesus telah membentuk sebuah team pelayanan dan memperlihatkan kepada siapa saja bahwa pelayanan kita akan lebih baik bila ditangani bersama -sebagai team work- karena melibatkan lebih banyak orang. Sukacita sebagai pengikut Kristus bukan hanya untuk dinikmati sendirian tetapi bersama-sama.
Bentuk sederhana team work yang bisa dikembangkan dan ditradisikan di Paroki kita adalah kerja bakti Sabtu; koor lingkungan; pelayanan prodiakon lintas lingkungan, dll..
Kita juga perlu mewujudkan dan men-tradisi-kan semangat team work dalam berbagai kegiatan Seksi / Sub-seksi / Kelompok Kategorial di Paroki. Berbagai kegiatan di Paroki sangat diharapkan menjadi kegiatan yang diselenggarakan secara sinergis, supportif, diliputi kegembiraan dalam kerja sama.
Kebersatuan Bapa-Putra-Roh Kudus dalam melaksanakan Karya Keselamatan juga menjadi inspirasi bagi model kerja team dan kebersamaan di Paroki kita.
ANTISIPATIF
Ayat Suci Pegangan: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.” (Yoh.14:16)
Allah Bapa dan Putra mengutus Roh Kudus (lih.Yoh.14:16 ; Yoh.15:26). Perutusan Roh Kudus dilakukan untuk mengantisipasi kegoncangan iman di antara para murid Tuhan Yesus yang merasa “shocked” karena wafatNya serta untuk mendampingi kita semua para pengikut Kristus dalam peziarahan hidup di atas muka bumi ini.
Cara berpikir dan bertindak antisipatif juga perlu menjadi habitus kita dalam hidup menggereja maupun dalam hidup keseharian kita lainnya.
Kita perlu mempunyai habitus “think globally but act locally” (memikirkan kepentingan bersama secara luas, namun bertindaknya dari diri sendiri dulu / lingkup yang lebih kecil. Misalnya : Bila kita hendak peduli kepada issue pemanasan global, maka kita memperhatikan kelestarian lingkungan dan nasip sampah di sekitar rumah / lingkungan / kampung / gereja kita.
Kita juga perlu mengikis kebiasaan / budaya suka menunda-nunda, suka “jam karet”, dalam mewujudkan ide maupun dalam berkegiatan bersama. Kita perlu saling membantu dan mengingatkan agar pelaksanakan sebuah program / kegiatan bersama (Seksi / Sub Seksi / Kelompok Kategorial) tidak tertunda sampai the last minute.
SEDERHANA
Ayat Suci Pegangan: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.” (Luk.9:58)
Tuhan Yesus, Sang Putra Allah, dulu dilahirkan secara sederhana di Betlehem. Dengan cara itu, Allah menyatakan diri-Nya hendak solider dengan bangsa manusia.
Kesederhanaan atau “hidup dengan sederhana” juga menjadi panggilan sekaligus perutusan kita sehari-hari sebagai para pengikut Kristus.
Kesederhanaan seseorang, akan tampak:
- dalam penampilan,
- dalam tutur kata,
- dalam berkegiatan,
- dalam seleranya, dan
- dalam cara mengelola bidang finansial (tidak jor-joran).
Perkembangan terkini Paroki telah membuat mata kita lebih terbuka seberapa besar kebutuhan kita secara finansial dan seberapa kuat kemampuan Paroki ini membeayai kebutuhan dirinya dan untuk berapa lama. Kanyataan ini justru makin menegaskan betapa pentingnya kita mempraktekkan cara hidup yang sederhana.
Maka di satu pihak kita tidak hendak mengumpulkan atau mencari uang demi penumpukan. Di lain pihak, dana gereja yang kita kelola harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, termasuk juga untuk membantu orang miskin. Orang miskin adalah mereka yang kesulitan untuk memperoleh pendidikan dan kesehatan dasar serta pekerjaan yang cukup untuk hidup sehari-hari.
Di samping itu, kita juga perlu mencari dan mempunyai dana untuk menyelenggarakan kegiatan SEKSI maupun Sub-seksi dan Kelompok kategorial! Agar tujuan tsb terwujud, kita perlu mempunyai STRATEGI KEUANGAN yang baru. Kita perlu berusaha agar keuangan Paroki ini tidak langganan defisit. Syukur bila bisa stabil atau ada sedikit surplus.
SYUKUR
Ayat Suci Pegangan: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.” (Luk.10:21)
Tuhan Yesus adalah pribadi yang selalu ingat bersyukur dalam hidupNya. Ia juga mengajarkan kepada para muridNya agar memiliki kepekaan dan kemampuan melihat kebaikan atau campur tangan Allah dalam hidup sehari-hari, baik dalam hidup pribadi masing-masing maupun dalam hidup orang lain.
Kita meyakini bahwa rasa syukur menjadi salah satu pilar penentu kebahagiaan pribadi maupun sukacita kegembiraan dalam berbagai pelayanan dan aktivitas yang dilaksanakan di dalam Paroki Cengkareng dalam semangat TRINITAS’ Way.
Penutup
“Sejarah” Paroki ini berubah. Dunia sekitar berubah. Situasi Sosial-Ekonomi warga Paroki berbeda-beda. Bagaimana sikap kita? Kita juga harus berubah! Sekurangnya beradaptasi! Bukan hanya demi masa kini kita tetapi lebih-lebih demi masa depan Paroki dan generasi mendatang. Beradaptasi dan Antisipasi adalah sebuah tuntutan! TRINITAS’ Way adalah perspektif sekaligus mentalitas yang kita pilih dan kembangkan.
MARI KITA BERSAMA MEMPRAKTEKKANNYA!!!
Dimuliakanlah Bapa dan Putra dan Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala masa. Amin.