Featured Image Fallback

Susy Susanti: “Tuhan Itu Sungguh Baik”

/

Seksi Komsos

 
Tak harus mengandalkan kekuatan sendiri.  Itu disadarinya dengan sungguh.  Menang atau kalah dalam sebuah pertandingan adalah hal biasa.  Tapi yang ia sangat rasakan adalah kekuatan Tuhan itu selalu menyertainya selama mengikuti berbagai kejuaraan.

Pengalaman hidupnya sebagai seorang olahragawati yang sukses, tak membuatnya besar kepala.  Semua itu karena kebaikan Tuhan.  Ia selalu bersyukur atas campur tangan Tuhan dalam hidupnya.  Lucia Fransiska Susy Susanti Haditono ini merasa bahwa Tuhan sangat sayang padanya.

 
Iman Diuji

Setelah menikah tahun 1997 dengan Alan Budikusumo, setahun kemudian, tahun 1998, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari dunia pertandingan.  Padahal, saat itu ia masih punya peluang untuk mengikuti pertandingan Asian Games.  Sebab di antara banyak kejuaraan dunia yang telah dimenangkannya, kejuaraan yang belum diraihnya adalah kejuaraan Asian Games.  Ini peluang terakhir baginya.  Tapi sayangnya, sekitar 2 hingga 3 bulan sebelum kejuaraan Asian Games, dirinya dinyatakan positif hamil.

Awalnya ia bergumul.  Memilih ikut Asian Games atau menerima buah kasih Tuhan yang bersemayam di rahimnya.  Meskipun berat, akhirnya ia memutuskan untuk tetap menjaga bayi, sang buah hati di dalam kandungannya.  “Waktu itu saya bergumul antara ambisi dan berkat.  Ini memang ujian berat bagi saya.  Waktu itu ranking saya masih kelas dunia.  Tapi akhirnya saya memutuskan untuk tidak mengambil peluang itu,” tuturnya mulai bercerita.

Dengan peristiwa itu, ia sadar bahwa imannya sedang diuji.  Ia tahu bahwa segala talenta yang dimilikinya adalah pemberian Tuhan.  Dalam pergumulan itu, ia sampai berpikir bila bayi dalam kandungannya gugur, pasti Tuhan akan marah.  Bahkan mungkin karena kemarahan itu, bisa jadi ia pun tak bakal memiliki anak.  Pergumulan iman itu, semakin menyadarkannya bahwa Tuhan sudah memberinya berkat lebih dari cukup.  Apalagi, Tuhan telah memberikannya seorang bayi.  “Ini berkat Tuhan yang tidak bisa dibeli oleh apa pun.  Saat itu, rasanya tidak ada keraguan, tidak ada penyesalan ketika saya memutuskan untuk tidak ikut bertanding lagi,” tegasnya.

Ternyata imannya lebih kuat dibandingkan dengan berbagai tawaran dan ambisi pribadi.  Hingga hari ini, ia merasa sangat beruntung.  Dengan kehadiran Laurencia Averina, anak pertamanya itu, ia mengakui kehadirannya selalu membawa keberuntungan dalam perjalanan hidupnya.  “Saya yakin, sekiranya kita setia mengikuti jalan yang sudah ditunjukkanNya, pasti semuanya akan lancar,” tutur ibu 3 anak ini dengan mata berseri-seri.

Berdoa di Lourdes

Dari pengalaman hidupnya, ia mengakui jujur bahwa Tuhan selalu menyertainya.  Kesan itu paling kuat ketika ia bersikeras ke Lourdes, saat mengikuti pertandingan di Perancis.  Coba bayangkan, ia tak peduli mempersiapkan diri untuk menang dalam pertandingan, hanya karena ingin ke Lourdes.  Meninggalkan latihan bukan hal mudah baginya.  Tapi itu yang dibuat oleh Susy.  “Saat itu saya lebih memilih kalah daripada tidak berziarah ke Lourdes.  Tapi terbukti saya menang seusai kembali dari Lourdes,” tutur Manager Tim Uber Puteri Indonesia ini.

Pengalaman lain lagi.  Saat Komuni, ia menerima 2 hosti.  Anehnya, sejak saat itu prestasinya bertanding naik.  Menurut papinya, ia diberi berkat lebih.  “Sejak tahun 1988 selalu kalah.  Setelah itu, juara terus,” tuturnya.

Berkat yang lain ia terima saat bertanding di Inggris tahun 1991 ketika ikut kejuaraan All England.  Saat itu, ia bersama Alan dan pelatih berada di sebuah hotel.  Di depan pintu hotel, kira-kira 20 meter, ada seorang nenek tua.  Dalam waktu setengah jam, nenek ini hanya berjalan 10 meter dari tempatnya semula.  Sang pelatih mengajak agar menyumbang 1 poundsterling untuk sang nenek.  Saat itu yang lain sudah memberikan sumbangan kepada si nenek, sementara ia belum.  Susy lantas memberikan 5 poundsterling langsung kepada sang nenek, karena di kantongnya tidak aa 1 poundsterling.  Saat itu ia merasa kehangatan dan kehalusan tangan sang nenek.  Ia, tak tahu kenapa, langsung menangis sesungukan.  Ia begitu iba dan terharu terhadap nenek itu.  Rasanya ada keteduhan dan kedamaian dari wajah nenek itu ketika memandangnya.  Tak tahan dengan tatapan sang nenek, tak berapa lama ia memutuskan kembali ke hotel.  Anehnya, sang nenek pergi begitu cepat saat dirinya dicari dalam waktu yang singkat.  Herannya, tak seorang pun di seputar hotel itu yang melihat kehadirannya.  Selepas pengalaman itu, Susy berhasil dalam final pertandingan.  “Kata papi, Tuhan mungkin ingin memberi perlindungan untuk saya,” kenangnya penuh haru.

Hal lain lagi ia alami saat berada di Malaysia dalam pertandingan Uber Cup tahun 1988.  Sebuah pengalaman yang mendebarkan ia alami.  Lift yang ditumpanginya bersama 12 orang rekan dari Indonesia tiba-tiba mati.  Mereka sempat bertahan beberapa saat di dalam lift, hingga terasa oksigen dalam lift habis.  Ia dan rekannya berhasil menyelamatkan diri dengan pertolongan seorang wartawan Indonesia yang saat itu bertugas dan terjebak dalam lift yang sama.  Tubuh wartawan itu dinaiki sebagai bantalan keluar dari lift.  Mereka pun selamat.

Esoknya, Susy dan rekannya, Elizabeth Latif, selamat dari pecahan kaca di kolam renang.  Herannya, mereka yang berada di kolam renang itu menjadi korban, kecuali Susy dan Elizabeth Latif.  Para korban akhirnya ditangani dengan bantuan tim dokter dari Cina, karena tim dokter dari Indonesia kewalahan.  Susy pun ikut membantu.  “Darah berceceran.  Handuk besar sampai penuh darah.  Ini sabotase atau apa, saya tidak tahu,” tutur ibu yang hingga kini tetap menjaga staminanya dengan olah rag bulutangkis.

Tuhan itu Baik

Bagi Susy, penyertaan Tuhan dalam hidupnya sangat konkrit.  “Allah itu sungguh hidup, meskipun kita tidak melihatNya.  Dia ada dalam hati kita.  Maka ada perkataan, berbahagialah orang yang tidak melihat tapi percaya.  Dengan percaya, ada semacam rem dalam hidup ini.  Jadi bila kita percaya Tuhan, maka kita pun takut berbuat salah,” paparnya menjelaskan keyakinannya akan Tuhan.  

Menurutnya, hidup adalah pilihan.  Ada banyak pilihan yang diberikan Tuhan dalam hidup setiap orang.  Soalnya, pilihan itu ditentukan oleh kemauan bebas manusia.  Kalau kita mengikuti suara hati yang terdalam di mana Tuhan ada di sana, jalan pasti akan mulus.  Baginya, setiap manusia telah diberi jalan masing-masing, tetapi bagaimana memaknainya, kembali kepada manusia.  “Manusia itu kadang ego dan ambisi, meskipun sudah tersandung-sandung.  Sudah diperingatkan, tapi tidak sadar-sadar,” ungkapnya sedikit menasihati.

Sebagai pengikut Kristus, Susy merasa bahwa sering ia seperti orang buta yang tidak mengerti arah jalan.  Tapi dikala itu Tuhanlah yang menuntun kita.  Kadang orang merasa Tuhan tidak ada, sehingga jalannya tidak terarah.  Ini sangat disayangkan.  Tapi baginya, apa pun kesulitan dalam hidup ini, ia berusaha taat dan konsisten dengan apa yang diimaninya.  Ia selalu berpegang bahwa bila Tuhan punya rencana dna dijalankan dengan setia, maka akan memperoleh hasilnya yang terbaik.  Ia tidak pernah memaksakan sesuatu yang tampaknya bukan untuknya.  Ia percaya bahwa Tuhan yang menentukan.  “Manusia yang dituntut untuk peka terhadap tuntunanNya.  Meski ada cobaan dan ujian, namun saya yakin bahwa itu tidak melebihi kekuatan manusia,” ujarnya bijak.

Dan yang terpenting baginya adalah bagaimana ia menanamkan kebajikan.  Ia memiliki motto bahwa apa yang ditanam, itulah yang dihasilkan.  Ia percaya segala sesuatu memiliki sebab dan akibat.  Dalam hidup perkawinan, ia mengamiki perkawinan sebagai sesuatu yang sakral di hadapan Tuhan.  Bersama Alan, ia berusaha saling percaya dan terbuka, serta membangun komunikasi.  Ia memposisikan Alan tak hanya sebagai suami, tapi juga teman, kakak, ayah, dan saudara baginya.

Motto lain dalam hidupnya adalah mengalah bukan berarti ia kalah.  Mengalah untuk kemudian memperoleh kemenangan adalah sikap yang dihayatinya.  “Saya percaya kalau kita berbuat kebaikan bagi banyak orang, berkat kita itu nggak berkurang.  Karena memang Tuhan itu sungguh baik,” ujar pendoa setia Devosi St. Brigitta ini.

(Sumber:  Majalah Hati Baru, no 3 tahun XI, September 2008)

Artikel Serupa

Featured Image Fallback

Mata Fariz R.M. Berkaca-Kaca

/

Seksi Komsos

Pengantar: Pada 25 Desember 2010, Fariz R.M. bernyanyi dalam Ibadah Natal GKI MaulanaYusuf bersama Qasidah Ar-Rahman, yang  dilanjutkan dengan sapaan Natal oleh Ulil Abshar Abdalla. ...
SELENGKAPNYA
Featured Image Fallback

Anne Avantie: “Pelayanan Mulai Dari Rumah”

/

Seksi Komsos

Melayani bukan pada tanggal berapa, hari apa, jam berapa dan, dengan siapa. Tetapi melayani itu sewaktu-waktu, di mana pun dan pada siapa pun! Dalam keheningan ...
SELENGKAPNYA