Romo Agustinus Adeodatus Wiyono, OMI yang akrab disapa “Romo Yoyon” memang dekat dengan dunia kaum muda. Apalagi sebagai Promotor Panggilan OMI, Romo Yoyon lebih lagi aktif berkecimpung dalam dunia OMK dan mau tak mau harus pula tanggap dalam memanfaatkan kemajuan teknologi multimedia yang ada. Ditemui Sabitah di sela-sela kunjungan singkatnya ke Jakarta guna memimpin Novena St. Eugenius de Mazenod di Paroki Trinitas, Cengkareng, Romo Yoyon bertutur tentang OMK dan orangtua dalam menyikapi kemajuan teknologi multimedia.
Sikap kaum muda dalam menanggapi kemajuan teknologi – khususnya internet?
“Kaum muda harus bisa semakin jeli dalam membuat pilihan, karena kemajuan teknologi harus disikapi untuk maksud agar hidup kita menjadi lebih baik. Bagaimana teknologi bisa menjadikan hidup kita lebih baik, tentunya semua tergantung pada pilihan-pilihan yang kita ambil. OMK sekarang adalah kaum muda yang kontemporer, tidak lagi tradisional. Sistim pendidikan zaman dahulu tidak memampukan kaum muda untuk membuat banyak pilihan. Sedangkan dengan kemajuan zaman, kaum muda sekarang lebih mampu dan leluasa dalam membuat pilihan, termasuk juga pilihan dalam menghadapi teknologi maju. Di snilah kaum muda diharapkan punya landasan yang kuat sehingga mereka mampu mempertimbangkan dalam membuat dan menentukan pilihan-pilihan yang akan membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik.”
Kaum muda dan dunia maya dalam pengamatan Romo?
“Yang saya amati, dalam hal ini ada 2 kelompok kaum muda. Kelompok pertama adalah yang tahu dan dapat memanfaatkan dengan benar dunia maya untuk tujuan agar hidup mereka menjadi lebih baik; Kelompok kedua adalah yang memandang sebaliknya. Kelompok pertama mengetahui dengan jelas arah tujuan hidup mereka – biasanya mereka punya rencana matang akan masa depannya dan mereka memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menunjang rencana mereka tersebut. Kelompok kedua banyak ditemukan pada kaum muda yang sekedar tergerak untuk tahu teknologi maju supaya mereka tidak disebut ‘ketinggalan zaman’. Maka pada kelompok anak muda kedua inilah kita perlu memberikan perhatian khusus. Terkadang saya cukup prihatin kalau mendengar cerita di antara para ibu-ibu yang begitu bangga anaknya bisa ini dan itu. Tetapi pada saat ditemui secara pribadi, ternyata banyak dari ibu-ibu ini yang mengeluh sulit berkomunikasi dengan anaknya, karena anaknya suka duduk berlama-lama di depan komputer dan kurang bisa mendengarkan apa yang dikatakan oleh orangtua mereka. Inilah tanda-tanda yang perlu dikenali oleh orangtua zaman sekarang. Pendampingan orangtua memang paling dibutuhkan anak-anak dalam usia SD dan SMP. Untuk anak usia SMA, bimbingan orangtua tentu masih diperlukan meski si anak sudah sepantasnya pula dapat menentukan pilihan tujuan hidupnya.”
Perbedaan OMK Jakarta dan kota/daerah lainnya?
“Saya berkarya di Balikpapan. Di sana, kelompok anak muda kedua-lah yang banyak saya temui. Mereka melek teknologi modern hanya untuk sekedar ingin tahu dan tak mau disebut ketinggalan zaman. Banyak yang tak tahu manfaat sesungguhnya yang akan mereka dapat dari teknologi yang maju itu. Hal ini tentu menjadi keprihatinan dalam kehidupan menggereja di Balikpapan. Contoh kecilnya saja, banyak anak muda yang sulit meninggalkan handphone-nya dan terus saja menggunakannya selama ikut Misa Kudus, cerita antar mereka yang berkaitan murni seputar pertemanan di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, juga marak beredarnya video porno di antara pelajar lewat handphone mereka, dll. Jadi, teknologi maju yang sebetulnya dapat menjadi sarana penunjang pendidikan untuk mencapai hidup yang lebih baik dalam hal ini belum bisa dicapai. Kalau di Jakarta, persoalan pasti jauh lebih kompleks dan sudah pasti ada terdapat ke-2 jenis kelompok anak muda yang saya sebutkan tadi.”
Peran Gereja dalam menyikapi teknologi maju ini?
“Gereja tidak mengharamkan teknologi maju, tetapi mengusahakan agar teknologi maju itu dapat membantu umatnya untuk mencapai hidup yang lebih baik lagi. Gereja kita adalah Gereja kaum muda, masa depan Gereja ada di pundak kaum muda. Wajah Gereja masa depan pun ada pada kaum muda. Gereja menawarkan kepada kaum muda untuk bisa memanfaatkan teknologi maju bagi keuntungan Gereja. Salah satu caranya, misalnya, adalah untuk memanfaatkan teknologi bagi kemajuan mewartakan Sabda Tuhan. Sekarang ini, banyak Gereja yang sudah mempunyai situs atau website. Di sinilah kaum muda yang menguasai teknologi maju dapat ikut ambil peran. Sebagai Promotor Panggilan OMI, saya merasa terbantu dengan animasi dan presentasi yang didapat dari kemajuan teknologi. Kalau saya gunakan cara promosi tradisional – datang dan lalu presentasi dengan cara berbicara saja – kebanyakan tak lagi diminati kaum muda. Tapi ketika saya menyertakan teknologi maju dalam mempromosikan panggilan, maka anak muda banyak yang menjadi kagum dan mampu menyimak dengan baik apa yang saya sampaikan kepada mereka. Karya Tuhan pun terjadi, dalam arti, para anak muda ini tidak hanya kagum pada presentasi yang mereka lihat dan dengar, tetapi juga merasa tertantang. Inilah tujuan dari Promosi Panggilan – lebih banyak menantang kaum muda, membawa mereka kepada pemikiran bagaimana mereka dapat menemukan diri mereka sebagai ‘yang terpanggil’ untuk menjadi Imam Kristus. Saya sendiri tidak anti Facebook, setiap kali saya meng-update Facebook saya, akan saya tulis juga ayat-ayat Kitab Suci untuk menjadi bahan renungan. Inilah kira-kira yang saya maksud dengan memanfaatkan teknologi maju untuk juga memajukan cara-cara mewartakan Kristus.”
Harapan untuk orangtua dalam menyikapi teknologi maju?
“Berdasarkan sharing mereka pada saya, maka saya mengharapkan agar orangtua dapat lebih bijaksana lagi dalam memberikan sarana teknologi maju kepada anak-anaknya. Jangan hanya sekedar bisa memberi, tetapi orangtua harus pula mampu membimbing anak-anaknya sehingga pemanfaatan teknologi maju dapat mencapai tujuannya, yaitu membuat hidup jadi lebih baik lagi. Orangtua perlu selalu mendampingi anak-anaknya dalam menggunakan teknologi maju. Ada sementara keluarga yang memanfaatkan teknologi maju untuk menunjang kesejahteraan keluarga, yaitu untuk mendapat penghasilan tambahan buat keluarga. Hal-hal demikian perlu dilakukan secara terbuka, diketahui bersama seluruh keluarga, dan disikapi dengan bijaksana. Pada dasarnya, orangtualah yang harus menentukan haluan dalam penggunaan dan pemanfaatan teknologi maju bagi keluarganya.”
Harapan untuk OMK dalam menyikapi teknologi maju?
“OMK perlu punya rasa ‘cukup’ dalam memanfaatkan teknologi maju. Sikap keingin-tahuan dan ingin terus meng-update diri dengan tanpa punya batas bisa jadi membuat OMK tidak tahu lagi ketika harus memilih mana yang baik dan mana yang buruk. OMK harus punya filter – saringan –dalam menyikapi teknologi maju. Salah satu saringan ini adalah pengetahuan dan kedalaman akan imannya. Merasa tahu segala sesuatu biasanya dapat membuat diri menjadi sombong, karena akhirnya merasa tahu akan masa depan dan merasa mampu untuk merancangnya. Dalam keadaan demikian, kita jadi lupa akan penyelenggaraan Tuhan dalam hidup kita. Ini salah besar. OMK harus mengutamakan peran serta Tuhan dalam menentukan segala pilihan, sekali pun itu akan membuat OMK menjadi pribadi yang ‘lain daripada yang lain’. Pada dasarnya, panggilan kita sebagai seorang Katolik adalah menjadi ‘seseorang yang lain daripada yang lainnya’. Jadi, OMK harus berani dalam menentukan tujuan hidup tanpa harus terbawa arus kaum muda di sekitarnya.” (disusun berdasarkan wawancara/smartis)
Sumber: Majalah Sabitah Edisi 46, Januari-Februari 2011