Seorang anak laki-laki, berusia 7 tahun, dirujuk ke rumah sakit karena perdarahan aktif di tungkai, punggung, dan gusi. Perdarahan tersebut dikeluhkan sejak 5 hari sebelum anak itu dirujuk, perdarahan awalnya hanya sedikit tetapi semakin lama semakin banyak. Setelah ditelusuri lebih jauh lagi, pada anak tersebut menderita penyakit kuning sekitar 2 bulan yagn lalu yang disertai dengan warna tinja yang berubah menjadi seperti dempul dan buang air kecil yang berwarna seperti teh. Setelah melalui beberapa pemeriksaan, anak tersebut diketahui menderita Hepatitis A.
Hepatitis adalah peradangan sel hati yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan. Hepatitis A adalah peradangan sel hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A (VHA). Infeksi VHA terutama terjadi di negara berkembang dengan keadaan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan yang buruk, termasuk Indonesia. Resiko untuk terinfeksi VHA pada golongan sosial ekonomi rendah adalah 4,9 kali dibandingkan dengan golongan sosial ekonomi menengah ke atas. Indonesia dikategorikan sebagai daerah endemis tinggi.
Masa inkubasi dapat berlangsung 18-50 hari dengan rata-rata 28 hari. Gambaran klinis Hepatitis A pada anak dapat sangat beragam, ada yagn sama sekali tidak menunjukkan gejala (anak terlihat sehat seperti biasa) dan ada yang menunjukkan gejala. Pada anak berusia kurang dari 6 tahun yang terinfeksi VHA, 60-90% tidak menunjukkan gejala, pada anak berusia 6-14 tahun, 50-60% tidak menunjukkan gejala, di atas 14 tahun 20-30% tidak menunjukkan gejala. Angka kejadian infeksi VHA yang menujukkan gejala paling tinggi ditemukan pada anak berusia 6-14 tahun. Gejala Hepatitis A pada anak biasanya lebih ringan dan lebih singkat dibandingkan pada dewasa. Gejala pada anak yang terinfeksi Hepatitis A dapat disertai kulit dan mata yang terlihat kuning, dan dapat pula yang tidak terlihat kuning. Gejala klinis Hepatitis A yang sering ditemukan pada anak antara lain kulit dan mata kuning (90%), demam (905), urin berwarna seperti teh (88%), mual (80%), tidak mau makan (13%), ilek (7%), diare (6%), tinja berwarna pucat seperti dempul (6%), badan terasa pegal-pegal (3%), dan batuk (2%).
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, tes fungsi hati (SGOT dan SGPT) dan bilirubin meningkat dan baru akan turun mencapai normal dalam waktu 4-6 minggu setelah gejala peratma pada sebagian besar penderita. Resiko kematian akibat Hepatitis A bervariasi dan tergantung usia. Bila infeksi Hepatitis A terjadi pada usia di atas 50 tahun dan pada anak di bawah 5 tahun, dapat terjadi komplikasi yang disebut dengan Hepatitis Fulminan, yagn dapat mengakibatkan kematian.
Komplikasi lain yang jarang terjadi adalah relaps (Hepatitis A berulang) dan Hepatitis yang berkepanjangan (prolonged Hepatitis atau Hepatitis Kolestasis). Hepatitis A berulang biasanya terjadi pada penderita infeksi VHA yang berat dan terjadi sesudah 2-8 minggu setelah perbaikan atau hilangnya gejala dari infeksi Hepatitis A sebelumnya. Angka kejadiannya bervariasi dari 3,8-20% dan dapat terjadi beberapa kali relaps serta berlangsung beberapa bulan, dan dapat sembuh sempurna. Karakteristik dari Heaptitis kolestasis (prolonged Cholestasis) yaitu ikterus yang menetap lebih dari 8 minggu, bilirubin total serum >10 mg/dL, tetapi tes fungsi hati (SGPT dan SGOT) dalam batas normal. Angka kejadian pada anak jarang, kurang dari 10% Pada Hepatitis Kolestasis mungkin terjadi pendarahan yang disebabkan oleh gagalnya sel hati membentuk faktor-faktor yagn diperlukan untuk pembekuan darah yang normal. Pada anak yang diceritakan di atas, anak tersebut mengalami Hepatitis A tipe Kolestasis yang disertai dengan perdarahan aktif.
Masa penularan Hepatitis A adalah 2-3 minggu sebelum, sampai 8-19 hari sesudah timbulnya kuning. Upaya pencegahan secara umum, mencakup upaya perbaikan sanitasi dan higiene yang tampak sederhana tetapi sangat efektif. Perbaikan higiene makanan dan minuman dilakukan dengan memasak air dan makanan hingga mendidih, karena sifat VHA yang tahan panas tetapi menjadi tidak aktif pada suhu >= 85 derajat Cel. serta mengupas kulit buah dan mencuci makanan tidak dimasak. Alat makan yang dipakai penderita dicuci dengan sabun, direndam dengan air panas selama 30 menit atau direndam dengan formalin selama 30 menit. Perbaikan sanitasi dan higiene antara lain dengan mencuci tangan (sesudah buang air besar, sebelum makan, atau menyiapkan makanan), memperhatikan kualitas air minum, serta sistem pembuangan sampah. Isolasi penderita juga penting untuk dilakukan. Anak dilarang ke sekolah atau taman tempat bermain sampai dengan 2 minggu sesudah timbul gejala, tetapi upaya ini sering tidak banyak menolong karena virus sudah menyebar sebelum gejala timbul.
Upaya pencegahan khusus untuk individu yang kontak erat dengan penderita adalah dengan pemberian Normal Human Immune Globulin (NHIG) atau vaksin Hepatitis A. Bila kontak terjadi dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu, yang terbaik adalah NHIG. Meskipun demikian, berdasarkan sautu penelitian dikatakan vaksin Hepatitis A mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan imunoglobulin, antara lain proteksi jangka panjang, dan merupakan pilihan yagn tepat dibandingkan dengan pemberian imunoglobulin untuk pemberian pasca paparan. Pada bayi, vaksin Hepatitis A dapat diberikan mulai usia 12 bulan. Vaksin Hepatitis A diberikan 2 kali, dengan interval waktu 6 bulan. Insiden infeksi Hepatitis A menurun 82% pada era vaksinasi dibandingkan pada era belum ada vaksin Hepatitis A. (dr. Susilawati, Sp.A)
Sumber: Majalah Sabitah Edisi 46, Januari-Februari 2011