Pertanyaan dari seorang umat pengunjung Website Trinitas:
Dari Kitab Suci kita mengetahui bahwa yang menyalibkan Yesus tidak lain adalah orang Yahudi yang notabene termasuk para imam, dan sekarang kita tahu bahwa ternyata para imam telah membuat keputusan yang salah, benar demikian? kalau ‘ya’ maka apakah Pimpinan Gereja yang dikatakan mempunyai kuasa mengajar akan dapat mengalami hal yang sama seperti para imam (di zaman Yesus) tersebut?
Jawaban yang diberikan oleh Romo Henricus Asodo, OMI, Rektor Seminari Tinggi OMI, Yogyakarta:
Ada 2 jawaban yang dapat diberikan untuk pertanyaan ini:
Yang pertama, jawaban kurang serius: Sama seperti penanya yang bisa membuat kesalahan, demikian para imam juga bisa membuat kesalahan. Jadi cukup jelas, bahwa ini adalah “nasib” lahir sebagai manusia, bisa berbuat salah, meski inginnya tidak berbuat salah. Yang menjadi masalah adalah bahwa kita sering tidak merasa bersalah, sudah jelas-jelas bersalah pun tetap tidak mau mengaku, malah semakin ngotot. Lihat saja kenyataan di sekitar kita: lalulintas, politik, ekonomi, dll… sampai bosan kita membicarakannya.
Yang kedua, jawaban serius: Benar bahwa para imam dan tua-tua Yahudi yang memimpin penyaliban Yesus. Bahkan sebelum disalibkan, Yesus sendiri berulangkali mengkritik (atau malah marah besar) atas segala sepakterjang para imam dan tua-tua Yahudi. Artinya, mereka-lah yang menyalahgunakan kuasanya untuk bertindak semau-maunya. Kesalahan para imam sudah diungkap Yesus, dan makin kelihatan ketika mereka menyalibkan Yesus. Penyaliban menjadi ungkapan paling kelihatan dari “kenekatan” dan “kesewenang-wenangan” mereka.
Namun, jujur atau tidak, mereka TIDAK MERASA BERBUAT SALAH. Mereka merasa bekerja ATAS NAMA YAHWE. Bukan hanya membunuh Yesus, mereka juga ingin membasmi semua yang percaya akan namaNya. Sampai-sampai Gamaliel, salah satu Guru Yahudi yang masih “waras” mengingatkan mereka: bisa jadi mereka akan melawan Allah, bukan bekerja demi Allah kalau mereka terus-menerus mengejar dan membungkam pengikut Yesus.
Dari sini jelas, bahwa mereka memang bersalah. Para imam bersalah telak! Nah, kalau dihubungkan dengan para imam (Katolik) sekarang, benar bahwa mereka bisa berbuat salah. Yang tidak dapat salah hanyalah Paus, itu pun hanya dalam mengajar moral dan iman. amun demikian, bukan berarti bahwa Imam tidak boleh mengajar. Banyak imam yang bisa salah, banyak pula yang bisa benar dan lurus hari serta jernih pikirannya. Maka, kita tida boleh memukur rata. Kita mesti bijaksana dalam menyikapinya. Sama seperti Pak Polisi yang sekarang ini dituduh sebagai bukan pengayom masyarakat, namun kita dapat juga melihat banyak polisi yang sangat baik dan melindungi masyarakat. Oleh sebab itu, kita diajak untuk makin bijaksana dalam memandang kuara mengajar imam, sama seperti kita memandang kuasa polisi, atau malah kuasa kita masing-masing dalam pekerjaan atau pun rumah tangga. Kita bisa salah, tetapi bisa juga berbuat yang benar.
Demikian, semoga dapat memberikan pencerahan.
Yang pertama, jawaban kurang serius: Sama seperti penanya yang bisa membuat kesalahan, demikian para imam juga bisa membuat kesalahan. Jadi cukup jelas, bahwa ini adalah “nasib” lahir sebagai manusia, bisa berbuat salah, meski inginnya tidak berbuat salah. Yang menjadi masalah adalah bahwa kita sering tidak merasa bersalah, sudah jelas-jelas bersalah pun tetap tidak mau mengaku, malah semakin ngotot. Lihat saja kenyataan di sekitar kita: lalulintas, politik, ekonomi, dll… sampai bosan kita membicarakannya.
Yang kedua, jawaban serius: Benar bahwa para imam dan tua-tua Yahudi yang memimpin penyaliban Yesus. Bahkan sebelum disalibkan, Yesus sendiri berulangkali mengkritik (atau malah marah besar) atas segala sepakterjang para imam dan tua-tua Yahudi. Artinya, mereka-lah yang menyalahgunakan kuasanya untuk bertindak semau-maunya. Kesalahan para imam sudah diungkap Yesus, dan makin kelihatan ketika mereka menyalibkan Yesus. Penyaliban menjadi ungkapan paling kelihatan dari “kenekatan” dan “kesewenang-wenangan” mereka.
Namun, jujur atau tidak, mereka TIDAK MERASA BERBUAT SALAH. Mereka merasa bekerja ATAS NAMA YAHWE. Bukan hanya membunuh Yesus, mereka juga ingin membasmi semua yang percaya akan namaNya. Sampai-sampai Gamaliel, salah satu Guru Yahudi yang masih “waras” mengingatkan mereka: bisa jadi mereka akan melawan Allah, bukan bekerja demi Allah kalau mereka terus-menerus mengejar dan membungkam pengikut Yesus.
Dari sini jelas, bahwa mereka memang bersalah. Para imam bersalah telak! Nah, kalau dihubungkan dengan para imam (Katolik) sekarang, benar bahwa mereka bisa berbuat salah. Yang tidak dapat salah hanyalah Paus, itu pun hanya dalam mengajar moral dan iman. amun demikian, bukan berarti bahwa Imam tidak boleh mengajar. Banyak imam yang bisa salah, banyak pula yang bisa benar dan lurus hari serta jernih pikirannya. Maka, kita tida boleh memukur rata. Kita mesti bijaksana dalam menyikapinya. Sama seperti Pak Polisi yang sekarang ini dituduh sebagai bukan pengayom masyarakat, namun kita dapat juga melihat banyak polisi yang sangat baik dan melindungi masyarakat. Oleh sebab itu, kita diajak untuk makin bijaksana dalam memandang kuara mengajar imam, sama seperti kita memandang kuasa polisi, atau malah kuasa kita masing-masing dalam pekerjaan atau pun rumah tangga. Kita bisa salah, tetapi bisa juga berbuat yang benar.
Demikian, semoga dapat memberikan pencerahan.