Masa Transisi
Oleh: Romo Petrus McLaughlin, OMI
Markus menulis Injilnya dengan begitu banyak simbol-simbol. Yesus keluar dari Bait Allah merupakan simbol dari Yesus yang meninggalkan sistim yang lama. Kemudian dikatakan bahwa Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, berhadapan dengan Bait Allah. Maksudnya adalah Yesus yang mengambil sikap seorang Guru, sedang memberikan pengajaran yang baru, yang berasal dari BapaNya. Berhadapan dengan Bait Allah merupakan simbol perlawanan terhadap agama Yahudi.
Runtuhnya Bait Allah merupakan saat cara hidup kita yang berubah, yang mengakibatkan gejolak sosial yang hebat. Ini menandakan matinya cara hidup kita yang lama dan mulainya cara hidup kita yang baru. Hal serupa terjadi saat Konsili Vatikan II dimulai. Begitu banyak saran dan kritik yang dilontarkan sebagai gagasan untuk pembaruan Gereja. Waktu itu, sepertinya hidup iman seseorang menjadi terombang-ambing. Banyak calon imam yang gugur, mereka memilih untuk keluar karena begitu terpengaruh dengan segala kritik dan pada akhirnya menjadi bingung akan imannya sendiri.
Masa transisi dari cara hidup lama ke cara hidup baru memang menimbulkan rasa was-was dan tanda tanya besar. Seperti seorang pemain sirkus yang berayun di udara, melepas tongkat pengayunnya untuk menggapai dan meraih tongkat pengayun lainnya. Begitulah mungkin gambaran masa transisi atau masa peralihan yang sering kita hadapi. Mampukah kita menggapai tongkat yang baru dengan selamat?
Dalam masa transisi, seyogyanya kita lebih bersikap tenang, terus punya pengharapan, sabar, banyak berdoa, membaca Kitab Suci, dan menjadi saksi Kristus.