Jumat, 09 November 2012, Bapa Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ berkenan mengunjungi Gereja Santa Maria Imakulata setelah terlebih dahulu melihat-lihat Paroki Kotabumi, Tangerang. Dengan diantar oleh Romo Purbo, Romo Adi, dan Romo Natalis dari Keuskupan Agung Jakarta, Bapa Kardinal meluangkan waktu hampir 2 jam untuk berkeliling lokasi gereja dan beristirahat sebentar sambil beramah-tamah dengan para Romo Paroki Trinitas, Cengkareng, anggota Dewan Paroki, Dewan Stasi, dan PPG Sta. Maria Imakulata yang hadir.
Bapa Kardinal tampak bersemangat dan bergairah melihat dari dekat bangunan gereja. Beliau juga berkeliilng gereja hingga naik ke balkon dan dengan seksama memperhatikan interior gereja dan mengamati benda-benda rohani yang ada di dalamnya. Beruntung Sabitah dapat kesempatan – meski singkat – untuk berbincang-bincang dengan Bapa Kardinal.
Tentang bagian dari gereja yang berkesan:
“Mata saya itu sudah kurang sehat, maka saya hanya melihat secara keseluruhan. Dari keseluruhan itu saya berkesan bahwa baik umat yang ada di bawah maupun yang ada di balkon, semua bisa tertarik kepada satu pusat, yaitu Altar yang ada di tengah-tengah gereja. Ini bagus, mengarahkan perhatian pada satu titik, semua orang seakan-akan diarahkan ke satu tempat yang sama. Ini yang saya kira paling bagus.”
Tentang keluhan umat yang merasa tidak afdol kalau ikut Misa tidak di dalam gereja:
“Saya kira ikut Misa tidak di dalam gereja itu sah-sah saja, karena pada dasarnya kita sudah ada di dalam suatu kompleks gereja, bukan di rumah masing-masing mengikutinya. Artinya, kita sudah memulai dengan sikap kita masuk ke gereja, meski mendapat tempat tidak langsung di depan Altar. Yang perlu lebih sangat dipentingkan adalah bagaimana sikap kita dalam ikut serta di Misa Kudus itu. Meskipun dengan monitor, saya pikir masih sah-sah saja. Sampai sekarang Roma juga belum memberi larangan mengikuti Misa dengan melihat ke monitor. Kalau melihat bagaimana Bapa Paus memimpin Misa di Lapangan St. Petrus, orang yang ikut serta bukan hanya di lapangan itu saja, tetapi juga sampai di jalan-jalan di sekitarnya dan mereka juga ikuti jalannya Misa Kudus itu dengan monitor.”
Tentang harapan Bapa Kardinal bagi umat:
“Penting untuk dilanjutkan adalah sikap rendah hati. Memiliki satu gereja yang bagus berarti menjadi tumpuan kasih banyak orang yang ikut serta mengasihi dan karenanya gereja mampu terbangun. Maka jangan sampai kita sendiri seakan-akan tidak menampilkan Gereja. Kerendahan hati untuk mengakui semua kebaikan orang lain yang ikut serta di dalam membangun gereja ini patut disyukuri. Yang kedua, penampilan yang bagus dari gereja ini bisa membuat kecemburuan sosial bagi mereka yang tidak mampu membangun sarana ibadahnya dengan bagus. Maka kerendahatian itu akan meredam munculnya sikap cemburu. Kalau kita berpongah-pongah punya gereja yang bagus, pasti semua orang termasuk yang Kristiani pun akan merasa tersaing. Sifat orang sekarang ini mudah merasa tersaingi, maka kita perlu low profile supaya mereka tidak merasa tersaingi. Rendah hati itu penting untuk selalu dijalankan seluruh umat.” (disusun berdasarkan wawancara dengan Bapa Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ/tis)
Sumber: Majalah Sabitah – Media Komunikasi Umat Paroki Trinitas, Cengkareng, Edisi 57/Tahun X, November-Desember 2012