Minggu, 16 Agustus 2009 terjadi 3 peristiwa indah dalam Perayaan Ekaristi pkl. 08.30 di Paroki Trinitas – Cengkareng. Romo Peter K. Subagyo, OMI genap berusia 56 tahun pada hari itu, Wanita Katolik RI Cabang Trinitas pun merayakan 16 tahun karya mereka baik di tengah umat Paroki Trinitas – Cengkareng maupun di masyarakat umum. Yang tak kalah pentingnya adalah Perayaan Ekaristi hari itu merupakan Misa Perdana bagi 6 Imam Yesuit yang baru saja menerima tahbisan Imamat mereka di Kotabaru, Yogyakarta pada 29 Juli 2009. Salah seorang dari Imam Yesuit itu, Rm. Hery Berthus Managamtua Simbolon, SJ adalah putra Paroki Trinitas – Cengkareng. Kedua orangtua Romo Agam, sapaan akrabnya, tinggal di Cengkareng, bahkan Ibunda Rm. Romo Agam adalah Wakil Ketua Ranting Sta. Angelina WKRI Cabang Trinitas.
Misa Konselebrasi 10 Imam dengan Konselebran utama Romo Agam, SJ ini dimulai dengan kata pembukaan dari Romo Peter yang memperkenalkan para Imam yang hadir, yaitu ke-6 Yesuit, Romo Agustinus Adeodatus Wiyono, OMI – Promotor Panggilan OMI Indonesia, Romo Bernardus Agus Rukmono,OMI – Misionaris OMI di Pakistan yang pernah pula bertugas di Cengkareng, dan Romo Cornelius Adi Parditya, OFM Conv., seorang putra Paroki Trinitas – Cengkareng juga. Kemudian, Romo Agam, SJ memperkenalkan teman-teman seangkatan tahbisannya satu per satu. Mereka adalah Rm. Hadrian Handy Lenggawa, SJ; Rm. Lukas Bagus Taufik Dwiko Nanda Prastito, SJ; Rm. Agustinus Budi Nugroho, SJ; Rm. Yustinus Rumanto, SJ; dan Rm. Agustinus Suharyadi, SJ.
Dalam Homili, Romo Agam, SJ membuat terpukau seluruh umat yang hadir. Romo begitu luwes dan mencairkan suasana hening sehingga umat mendengarkan tanpa mau terlewatkan. Dengan diiringi duet vocalis La Lumiere yang menyanyikan tembang anyar “The Prayer”, para Wanita Katolik menghantarkan persembahan ke depan Altar. Lilin yang bernyala mempunyai makna menerangi derap langkah karya dan pelayanan Wanita Katolik sedang warna biru melambangkan kesediaan dan kesetiaan Wanita Katolik di dalam pelayanan bagi Gereja, keluarga dan masyarakat; Bunga melambangkan citra Wanita Katolik yang mempunyai keragaman apabila di rangkai menjadi satu kesatuan pasti akan menghasilkan karya pelayanan yang sangat indah mempesona dan menaburkan aroma keharuman bagi Gereja , keluarga dan bangsa; Buah melambangkan kelimpahan yang disediakan Sang Pencipta bagi anak-anak manusia; Makanan bergizi dan alat-alat sekolah melambangkan betapa pentingnya makanan bergizi dan pendidikan bagi anak-anak agar dapat menjadi Anak Bangsa, generasi penerus negeri tercinta; Alat-alat medis melambangkan kesehatan tak kalah pentingnya bagi kemajuan generasi penerus karena dengan hidup sehat, ditunjang dengan makanan bergizi serta pendidikan, maka Indonesia akan menghasilkan tenaga-tenaga handal bagi kemajuan Negara Indonesia di masa mendatang; Hosti melambangkan Tubuh Kristus yang senantiasa menguatkan iman di dalam kehidupan rohani kita; Anggur melambangkan Darah Kristus yang telah menebus dosa-dosa anak manusia.
Di bagian Pengumuman, seluruh yang hadir dalam Misa ini mendengar sambutan dari Ibu Etty Albert selaku anggota Presidium I Wanita Katolik RI DPD Jakarta yang mengharapkan agar WKRI Cabang Trinitas tetap bersemangat dalam pelayanan dengan dilandasi kerendahan hati, cinta kasih serta bergandengan tangan dengan kelompok kelompok yang berada di Paroki. Ibu Atik yang mewakili Pengurus WKRI Cabang Trinitas dalam sambutannya mengatakan bahwa Wanita Katolik hanyalah merupakan lilin-lilin kecil yang senantiasa bernyala di dalam membantu karya-karya pastoral para Romo yang ada di Paroki Trinitas. Acara surprise bagi Romo Peter dan 6 Romo Yesuit digelar sebelum Misa ditutup. Dengan diiringi lagu “You Raise Me Up” yang dinyanyikan oleh Bapak Yohan T. (Seksi Liturgi Paroki), 7 Pengurus WKRI Cabang Trinitas menghantar karangan bunga sebagai ucapan proficiat bagi para Romo terkasih.
Misa di tutup dengan pemberian berkat perdana dari 6 Romo Serikat Yesus yang baru ini. Proficiat kepada 6 Romo Yesuit, panjang umur bagi Romo Peter, dan panjang usia bagi WKRI Cabang Trinitas. Semoga para Romo senantiasa di berikan kesehatan dan kekuatan iman di dalam karya dan pelayanan Romo bagi GerejaNya, semoga Wanita Katolik senantiasa menjadi lililin-lilin kecil yang menerangi serta garam di dalam pelayanannya bagi Gereja, keluarga dan masyarakat, Amin.
KESAN-KESAN ATAS PENTAHBISAN ROMO AGAM, SJ
Ibu Theresia A. Br. Rumapea (Ibunda Romo Agam, SJ):
“Senang sekali. Luar biasa. Jalan Tuhan memang ajaib. Kehendak Tuhan yang terjadi. Saya tentu senang dan bangga. Semoga dapat awet sampai akhir hayat, jangan sampai ada yang menggoyahkan. Semoga bibit-bibit panggilan pun marak bertumbuh di Paroki kita ini.”
“Senang sekali. Luar biasa. Jalan Tuhan memang ajaib. Kehendak Tuhan yang terjadi. Saya tentu senang dan bangga. Semoga dapat awet sampai akhir hayat, jangan sampai ada yang menggoyahkan. Semoga bibit-bibit panggilan pun marak bertumbuh di Paroki kita ini.”
Bapak M. Valentinus Simbolon (Ayahanda Romo Agam, SJ):
“Rasanya lega sekali. Memang ada rasa kehilangan, tapi saat menyaksikan ia ditahbiskan, rasanya plong. Semoga ia dapat menjadi imam seumur hidupnya.”
“Rasanya lega sekali. Memang ada rasa kehilangan, tapi saat menyaksikan ia ditahbiskan, rasanya plong. Semoga ia dapat menjadi imam seumur hidupnya.”
Romo Hery Berthus Managamtua Simbolon, SJ:
“Rasanya tentu senang sekali. Saya disapa oleh keluarga besar yang berkumpul hari ini dan juga ditemani oleh rekan-rekan tahbisan saya. Masa sebelum menerima tahbisan memang menjadi momen-momen yang penting, karena saya harus memutuskan suatu hal penting, beranikah saya? Akhirnya saya mengerti bahwa bukan karena kekuatan saya sendiri, tetapi karena Tuhanlah yang memampukan saya, sehingga saya berani mengatakan “ya” sebagai jawaban saya untuk menuju penerimaan tahbisan imamat saya.”
Harapan Romo Agam, SJ:
“Semoga saya bukanlah yang terakhir dari Paroki ini yang menerima tahbisan imamat. Semoga semakin banyak orang yang mau membantu Tuhan, karena Tuhan selalu butuh bantuan dari kita semua supaya sabdaNya dapat semakin diwartakan pada setiap orang.”
“Semoga saya bukanlah yang terakhir dari Paroki ini yang menerima tahbisan imamat. Semoga semakin banyak orang yang mau membantu Tuhan, karena Tuhan selalu butuh bantuan dari kita semua supaya sabdaNya dapat semakin diwartakan pada setiap orang.”
Yang paling Romo Agam ingat dari Paroki Trinitas:
“Pengalaman bersama teman-teman misdinar. Di sanalah untuk pertama kalinya saya mendengar istilah panggilan. Di sana juga saya lama-kelamaan mengetahui kehidupan para imam dan timbul keinginan untuk menjadi seorang imam. Semoga tumbuh semakin banyak panggilan di Paroki ini. Saya cukup gembira mengetahui bahwa Legio Ekaristi itu tidak menggantikan kedudukan misdinar, karena jika perempuan sudah menjadi misdinar, maka yang laki-lakinya pasti akan mundur. Padahal, sumber panggilan menjadi imam itu bermula dari kegiatan misdinar ini. Semoga komposisi semacam ini dipertahankan terus, sehingga terjadi win-win solution, tetap ada sumber panggilan di Paroki ini.”
“Pengalaman bersama teman-teman misdinar. Di sanalah untuk pertama kalinya saya mendengar istilah panggilan. Di sana juga saya lama-kelamaan mengetahui kehidupan para imam dan timbul keinginan untuk menjadi seorang imam. Semoga tumbuh semakin banyak panggilan di Paroki ini. Saya cukup gembira mengetahui bahwa Legio Ekaristi itu tidak menggantikan kedudukan misdinar, karena jika perempuan sudah menjadi misdinar, maka yang laki-lakinya pasti akan mundur. Padahal, sumber panggilan menjadi imam itu bermula dari kegiatan misdinar ini. Semoga komposisi semacam ini dipertahankan terus, sehingga terjadi win-win solution, tetap ada sumber panggilan di Paroki ini.”
Kontributor: WKRI Cabang Trinitas & tis