Featured Image Fallback

Tuhan Memperpanjang Hidupku

/

Seksi Komsos

Kehidupan di dunia ini tidak dapat kita duga, hari ini bergembira, besok belum tahu apa yang akan terjadi. Apabila semua kita serahkan kepada Bapa Yang Maha Murah dan Maha Rahim kita dapat menjalaninya dengan penuh kedamaian.

Saya selalu di juluki orang yang berbadan besar dan kuat, tidak pernah mengenal lelah dan capek. Tapi saya hanya takluk dengan yang namanya sakit. Sakit membuat saya tak berdaya dan harus bertekuk lutut.

Kisah awalnya terjadi pada 20 Agustus 2011. Waktu itu saya merasakan badan agak lemas. Hari itu masih pagi, keringat dingin terus mengucur di sekujur tubuh saya.  Pada hari yang sama saya berjanji akan menjemput Pastor Tony. Beliau dari Tarakan akan datang ke Jakarta untuk berobat karena serangan jantung. Sekali pun badan tidak enak, saya tetap menjemputnya dengan mengajak salah seorang teman yaitu Bu John (salah satu tokoh di paroki Trinitas) untuk menemani saya. Pastor Tony tiba di Bandara Soekarno-Hatta pukul 9.30 WIB. Dari bandara kami langsung menuju ke rumah sakit St Carolus sampai sore. Saya membantu Romo Agus Sattu mengurus administrasi dan koordinasi dengan dr. Onny yang menangani Pastor Tony. Kesibukkan selama sehari membuat saya tidak merasa lagi, tapi setelah urusan selesai kurang lebih jam 4 sore saya merasakan sekujur tubuh saya lemas sekali. Saya minta ijin kepada Romo Agus untuk pulang, begitu juga Romo Agus mengatakan saya juga sudah mau KO bu. Memang saya melihat wajah Romo Agus sangat letih sekali.

Pada 22 Agustus saya masih menjenguk Pastor Tony bersama dengan Romo Peter. Setelah itu saya pergi karena ada janji dengan teman di daerah Jakarta timur. Menjelang sore saya mendapatkan haid yang banyak sekali, sehingga mata langsung gelap dan badan menjadi lemas. Saya pikir ini biasa akan terjadi untuk wanita sebaya saya karena beberapa teman sering bercerita tentang tanda-tanda menopause. Tanda-tanda itu memang sedikit- sedikit sudah teras. Jadi saya menganngap ini adalah bagian dari menopause tersebut. Walau jalan terhuyung-huyung karena setengah gelap tapi saya masih kuat untuk  pulang menyetir mobil dari Jakarta timur menuju rumah saya di Cengkareng, Jakarta barat.  Ini semua karena perlindungan Tuhan  dan Bunda Maria

Pagi, tanggal 23 Agustus saya bangun dengan kondisi lemas sekali dan kepala sedikit pusing. Siang harinya saya harus presentasi di sebuah perusahaan otomotif. Kendati sakit, saya tetap pergi. Seusai presentasi saya mengalami haid yang sama seperti kemarin sore. Kali ini saya langsung gelap dan lemas, dan pingsan. Setelah kondisi saya agak membaik saya putuskan langsung pulang. Sebenarnya saya masih punya rencana pergi ke tempat lain, tapi saya memilih pulang dengan menyetir mobil. Di jalan kadang pandangan saya sedikit kabur. Puji Tuhan saya sampai juga di rumah, dan langsung saya istirahat. Setelah istirahan kondisi badan mulai pulih. Saya pikir karena terlalu capek .

Keesokan harinya, kondisi badan saya lebih enak karena semalam minum Chinese medicine. Dsya bisa berangkat lagi karena ada teman saya dari Tanjung Selor datang ke Jakarta bersama keluarganya untuk berlibur. Saya akan mengajak mereka untuk makan dan jalan-jalan. Sesampai di hotel tempat keluarga tersebut menginap saat jalan turun dari mobil menuju lobby, jantung saya berdebar sangat keras dan langsung lemas lagi. Saya sangat kaget sekali kenapa kok yang bermasalah pindah ke bagian jantung. Saat bertemu dengan seorang teman, beliau mengatakan kenapa muka saya pucat pasi. Apa kamu sakit? tanyanya.  Saya Cuma sedikit capek jawab saya. Karena melihat kondisi saya kurang sehat, teman saya tidak mengijinkan mengantar keluarganya untuk jalan-jalan. Walaupun saya katakan bahwa saya kuat. Kami hanya mengobrol di lobby hotel. Setelah itu saya dimintanya pulang karena wajah semakin pucat. Saya pulang dengan menyetir mobil, sesampai di rumah saya langsung istirahat. Jantung saya semakin sore semakin berdetak kencang. Akhirnya malam itu saya ke dokter dan periksa darah.

Pada 25 Agustus pagi saya periksa darah ke laboratorium, malam hari balik lagi untuk melihat hasil periksa darah. Begitu membuka hasil laboratorium, Dokter kaget sekali. Pertanyaan pertama yang keluar, apakah beberapa hari ini saya pergi dan menyetir mobil sendiri. saya jawab ya. Dokter membacakan HB saya tinggal 5. Dengan kondisi ini biasanya sudah kolapse. Tidak ada pilihan saat itu juga saya harus di opname. Semula saya masih menawar karena tidak merasakan sakit apa pun, kecuali badan lemas dan jantung berdetak keras. Dokter mengatakan jantung berdetak keras karena jumlah darah kurang sehingga jantung tidak dapat memompa dengan sempurna. Bahkan sewaktu-waktu berhenti memompa. Singkatnya saya tetap menginap di rumah sakit. Nafas saya sudah sesak dan tensinya 100/70. Semalaman di rumah sakit saya tidak bisa tidur karena dokter akan memeriksa HB. Ia mengatakan tidak mungkin  HB mendadak drop sampai 5. Kemungkinan bisa terjadi karena rahim saya robek karena terjadi pendarahan di tgl 22 dan 23 Agustus. Perkataannya membuat saya takut. Saya tidak takut mati. Saya sudah siap bila Tuhan sewaktu-waktu memanggil kembali ke sisiNya. Saya takut setengah mati akan menyusahkan keluarga dan menyakitkan diri sendiri. Saya bbm Romo Peter (beliau sebagai penasehat rohani kami) minta doanya. Pagi hari Romo Peter datang menjenguk di rumah sakit dan memberikan Sakramen Minyak Suci. Setelah menerima Sakramen menjadi lebih tenang karena muncul keyakinan kalau Tuhan ada di samping saya.Sehari kemudian saya dirujuk ke dokter kandungan untuk periksa USG. Hasilnya terdeteksi ada 1 myoma di rahim yang cukup besar. Menurutnya tidak urgent untuk dilaksanakan operasi tapi harus dioperasi kapan saja jika saya sudah siap. Menunggu HB normal saya boleh keluar dari rumah sakit. Saya berniat akan ke dokter kandungan lain sebagai second opinion.

Tanggal 28 Agustus jam 3 pagi saya mengalami pendarahan lagi. Dokter memberikan suntikan untuk menghentikan.  Ternyata pukul 3 sore masih mengalami pendarahan. Akhirnya dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi karena semakin berbahaya. Transfuse ditambah 3 kantong untuk menambah HB (untuk persiapan operasi harus mencapai11). Mendengar keputusan dokter, saya ingin sekali menerima Tubuh Kristus. Saya ingin minta kepada Romo Peter untuk memberikan Komuni. Tapi saya urungkan menelpon Romo Peter karena beliau sabtu dan minggu sangat lelah. Akhirnya keinginan saya terjawab, ketua ranting WKRI stasi Palotti – Dadap menelpon saya. Ia akan menjenguk malam menanyakan apakah saya mau menerima Komuni kalau saya mau akan mengajakan Prodiakon untuk membawakan, langsung saya jawab ya, Terima kasih Tuhan sudah mengabulkan keinginan saya.

Pada 29 Agustus jam 1 siang saya masuk ruang operasi. Begitu berada di ruang operasi, saya merasa takut. Namun ketika ingat bahwa saya sudah menerima Sakramen Perminyakan dan juga sudah menerima Tubuh Kristus untuk apa saya takut. Semua saya serahkan kepada Sang Pemilik kehidupan. Operasi diperkirakan berlangsung selama 2 jam. Saat di dalam ruang operasi dokter yang akan membedah menepuk bahu saya. Ia berkata: “ini operasi kecil tidak usah takut ya”. Saya mengatakan kepada dokter, agar rahim saya diangkat karena trauma dengan haid. Dokter mengatakan bahwa rahim saya masih bagus, biar menopause berlangsung secara natural.

Dokter anestesi memberi  aba-aba akan menyuntikan obat bius ke bagian punggung. Sebelumnya saya minta waktu untuk berdoa. Seusai berdoa dokter dan team medis menyuntikan obat bius. Saat disuntik terasa sakit sekali. Operasi pun dimulai. Saya juga memulai doa Rosario dengan peristiwa Mulia. Mohon kemuliaan Tuhan di dalam perjalanan operasi. Karena hanya di bius local saya bisa mendengar percakapan dokter dan team medis. Dokter mengatakan jangan diangkat harus dipotong perbagian. “Apa yang akan di potong ya? tanyaku dalam hati. Saya merasakan operasi berlangsung sangat lama. Saya sudah selesai berdoa Rosario, tapi belum ada tanda-tanda selesai. Tiba-tiba dokter mengatakan bahwa akan memberikan obat supaya tidur. Saya hanya menjawab ya. Setelah operasi selesai saya dibangunkan oleh dokter. Ia menunjukan apa yang baru dikeluarkan dari perut saya.

Tanggal 30 Agustus, suami dan anak saya bercerita bahwa operasi berjalan selama 5 jam lebih. Di luar ruang operasi, adik-adik dan teman-teman saya menunggu. Mereka merasa cemas karena operasi berjalan 1 jam tiba-tiba minta  darah lagi 2 kantong. Anak saya menelpon ke sana-kemari karena PMI kosong. Puji Tuhan atas bantuan Ibu Kurniaty, kebutuhan darah dapat tercukupi. Ternyata  myoma yang dikeluarkan sebanyak 9 potong dengan ukuran besar sehingga operasi berlangsung selama 5 jam.

Saya merenung selama seminggu ini berkaitan kondisi saya yang kritis. Tapi Tuhan sungguh luar biasa karena saya masih bisa bertahan di saat – saat kritis padahal operasi seperti itu kebanyakan tidak terselamatkan. Apalagi saat control, dokter membaca hasil patologi atas myomaia menduga myoma di leher rahim banyak sekali beserta akar-akarnya. Dugaan sementara akar-akar itu adalah sel kanker. Dokter pun mempersiapkan jadwal kemoterapi untuk saya jika hasil patologi menilai positif kanker. Puji Tuhan semuanya hanya tumor jinak. Tuhan sungguh sangat baik. Ia adalah dokter yang sungguh luar biasa. Dengan rendah hati saya mengucapkan limpah terima kasih terutama kepada Bapa di Surga, Yesus, Bunda Maria serta Roh Kudus yang telah melindungi saya. Juga limpah terima kasih kepada Romo Peter, Romo Bono, Romo Dirman, Romo Asodo serta Romo Widi yang senantiasa mendoakan saya dalam intensi di misa. Juga kepada teman-teman WKRI dan umat di Paroki Trinitas yang selalu mendoakan saya selama .

Sekarang saya sudah sembuh dan sehat, saya terlahir kembali ke dunia ini.

Tuhan memberkati kita semua. Amin.

(Kontribusi: Ibu Lilian S. Tobias, Umat Paroki Trinitas, Cengkareng)

Dikutip dari: Majalah Caraka, Media Komunikasi Skolastikat OMI, Edisi November 2011 – Januari 2012 (www.omi-indonesia.org)

Artikel Serupa

Featured Image Fallback

Menjadi Pelayan Yang Bahagia

/

Seksi Komsos

Rekoleksi Dewan Paroki Pleno Trinitas, 9-10 Januari 2016 diikuti oleh 165 peserta yang terdiri dari para ketua lingkungan, wilayah, seksi dan kategorial. Rekoleksi yang dilaksanakan ...
SELENGKAPNYA
Featured Image Fallback

Family Gathering 2015

/

Seksi Komsos

LINGKUNGAN ST. ROSA VIRGINIA (RV) – WILAYAH 8 Cuaca panas, teriknya matahari dan udara yang lembab tak mengurangi semangat para peserta family gathering lingkungan St. ...
SELENGKAPNYA