Featured Image Fallback

Teladan Sang Gembala Mengubah Hidupku

/

Seksi Komsos

(Oleh: YW – umat Lingk. St. Alfeus)

Puji syukur atas kasih dan anugrah-Nya dalam hidup saya. Pada saat menulis ini,  saya teringat akan  minggu panggilan dan tiba-tiba ingin sekali membagikan pengalaman yang pernah saya rasakan dan alami bersama para gembala Gereja.  Saya adalah umat awam biasa yang merasakan kasih Allah lewat gembala-gembala-Nya yang luar biasa. Terima kasih kepada Allah Bapa yang telah mengijinkan saya mengenal dan bersahabat dengan beberapa gembala-Nya. Tak ada maksud lain dalam tulisan ini, saya  hanya ingin men-sharingkan perjalanan hidup dan iman saya sebagai seorang umat Katolik. Semoga kenangan saya ini memberi inspirasi dan  manfaat bagi para rohaniwan, calon rohaniwan dan umat dalam pelayanannya. Senang rasanya saya menjadi seorang katolik yang  perjalanan imannya dikelilingi oleh  pembimbing rohani (Pastor, Suster, dll) yang memiliki keunikan pribadi, komitmen, kasih dan hati dalam pelayanannya.  Saya percaya ini adalah anugrah dari Allah buat saya boleh mengenal mereka lebih dekat sebagai  teman, sahabat, kakak bahkan ayah mungkin,  sehingga saya boleh bertumbuh dalam kasih kepadaNya. Saya juga percaya masih banyak lagi rohaniwan-rohaniwan yang luar biasa di luar rohaniwan yang saya sebut dibawah ini.

Masa kecil saya tumbuh di lingkungan non katolik; ayah dan ibu saya bukan penganut katolik.  Sejak kecil, ketika usia sekolah, saya aktif sekolah minggu di klenteng, sembahyang dan dilanjutkan belajar bahasa mandarin. Saya termasuk anak yang aktif dalam berbagai kegiatan di sana, kalau ada perayaan, saya juga ikut serta sebagai pengisi acara, biasanya menari dan membaca puisi. Boleh dibilang saya dibimbing menjadi seorang Khong Hu Cu dari usia kecil.

Pada saat menginjak kelas 1 SMP (sekitar 12 thn), kakak saya mengikutsertakan saya pada katekumen  untuk menjadi Katolik. Pada saat itu saya tidak mengerti apa itu katekumen, karena saya anak paling kecil, jadi ya cuma manut saja, apalagi pertemuan katekumennya di rumah. Yang saya tahu ada seorang Romo yang suka mendatangi umat dari rumah ke rumah. Romonya masih muda, sangat ramah dan mudah bergaul , beliau juga suka becanda dengan anak-anak seusia saya pada saat itu. Seminggu sekali kalau tidak salah hari selasa, kami (saya, kakak, tante dan beberapa orang) mendapatkan pelajaran agama katolik. Saat itu, saya cuma duduk tanpa tahu tujuannya untuk apa, selama kurang lebih 1 tahun belajar hingga akhirnya kami dibaptis.  Saya pun jadi punya nama baptis dan senang bisa menyambut Tubuh dan Darah Kristus.

Ternyata perjalanan iman dan mengenal agama katolik masih berlanjut. Romo Abukasman, OSC terus mendorong kami yang baru dibaptis untuk ikut kegiatan-kegiatan di Gereja. Umat dewasa diajak terlibat di WK, pembangunan gereja, dan lainnya. Sementara kami yang remaja dikumpulkan dan membentuk kegiatan Mudika, Legio Maria dan Latihan Koor. Masih ingat dalam bayangan saya, Romo Abu (panggilan akrabnya) mengumpulkan anak-anak SMP di rumah kami, kemudian membawa buku Legio Maria dan menunjuk saya sebagai ketuanya. Kami mengadakan rapat Legio sesuai petunjuknya tanpa mengerti maksudnya apa. Belakangan baru memahami apa itu Legio dari buku yang diberikan Romo sebagai buku pegangan dalam setiap pertemuan. Jadi sambil rapat berjalan, kami belajar.  Romo Abu rajin datang seminggu sekali membimbing kami. Dan memang akhirnya kami sering berkumpul dan punya komunitas mudika yang rajin latihan koor dan membersihkan gereja ketika akhirnya di kota kami dibangun gereja.

Saat saya beranjak SMA, Romo Abu mendapat tugas baru di lain tempat (kalau tidak salah di Tasikmalaya). Tapi kami tetap berkirim kabar, karena dia memang Romo yang rajin mengirim kartu pos, begitu juga ketika dia study di Roma. Saya juga mendapat kiriman kartu pos bergambar St. Peter’s Church. Luar biasa! Terima Kasih Romo.

Ketika Romo Abu pergi dari keseharian saya, ada pembimbing rohani juga yang jadi panutan saya, dia adalah Sr Alexandrine, OSU. Masih muda, rendah hati  dan cantik serta pintar bergaul, suaranya pun merdu. Dia menjadi pembimbing koor mudika kami. Sederhana, ramah dan mengerti kehidupan kami,  remaja yang sering galau. Kadang di hari minggu pagi, kami jalan pagi dan berkunjung ke Susteran, di sana kami disapa sebagai teman dan diajak sarapan bersama sambil bercerita. Sungguh berkesan sekali.  Lain waktu kami diajak mengunjungi stasi di kampung deket lereng gunung, bertemu dengan umat katolik di desa. Atau pernah saya menginap di susteran ketika Suster Flo sedang ke Bandung, saya diajak menemaninya.  Saya senang sekali dengan kesederhanaan Suster Alex ini, masih muda, cantik, ramah dan bisa menjadi pendengar buat kami remaja yang sedang berkembang. Terima kasih Suster. Kerajinan dan kecintaan saya pada lingkungan gereja pun semakin bertumbuh.

Bersamaan dengan saya berangkat kuliah ke Jakarta, Sr Alexandrine pun pindah tugas ke Malang.  Kehidupan saya, sebagai mahasiswa yang berasal dari daerah, agak kikuk ketika tiba di Jakarta. Teman-teman SMA saya tidak ada yang kuliah di kampus saya. Sehingga untuk beberapa saat saya kehilangan momen-momen gembira, hidup atau dekat dengan rohaniwan. Sampai setelah 1,5 tahun kuliah, saya akhirnya menemukan komunitas kecintaan saya dalam beraktifitas meng-Gereja. Saya menjadi mahasiswa yang aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Katolik Untar, (Adhyatmaka St. Albertus Magnus namanya). Saya senang sekali aktif dan berteman di sini, persaudaraan dan persahabatan terasa kental  di dalamnya. Yang biasanya sepulang kuliah langsung pulang, sekarang waktu saya banyak juga diisi di Adhyatmaka ini. Puji Tuhan! Kembali  kehidupan saya dilingkupi rohaniwan yang luar biasa. Saya bertemu dengan Romo Herman Roborgh, SJ. Beliau seorang Jesuit yang pemikirannya sangat demokrat dan akrab sekali dengan mahasiswa. Serius tapi santai, kadang bercanda juga. Beliau tidak membuat jarak dengan kami, kami merasakan penerimaan diri yang kuat dari Romo ini. Kami juga belajar berorganisasi dari Romo Herman, menjadi fasilitator bagi teman yang ingin menjadi katolik. Kami dilatih untuk mengungkapkan pendapat secara bebas dan sedikit berfilsafat ala Jesuit.  Ketika akhirnya Romo Herman pun berpindah tugas, kami mempunyai kenangan yang indah dan berharga darinya tentang persahabatan, organisasi, toleransi, kebebasan dan kebanggaan menjadi seorang katolik. You are great, Romo!

Sepeninggal Romo Herman yang luar biasa, Tuhan tak habis-habisnya mengirim Gembala-Nya yang juga sungguh luar biasa, beliau adalah Romo Adri Budhi, MSC.  Sosok Romo Adri bagi kami adalah sosok  kakak, teman yang patut dicontoh dalam menghadapi kehidupan, beliau seorang yang berdedikasi tinggi dalam pelayanannya, bicaranya jelas dengan pesan yang mudah dimengerti. Beliau tahu memposisikan diri sebagai gembala tanpa terlihat canggung menjadi teman. Kkami belajar mengenai kesadaran diri, kejujuran dalam bertindak dan kesetiaan pada Allah. Kalau mengobrol dengannya, rasanya ada damai, sukacita  dan nyaman, aura dan kharismanya  memancar jelas, menjadi kerinduan kalau ikut misa bersamanya. Satu hal yang sampai sekarang kami ingat adalah kutipan ayat alkitab yang disampaikannya, “Carilah dahulu Kerajaan Allah, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.” Romo memberi nasihat ketika kami mulai bimbang dengan kehidupan kami, keraguan akan jalan yang kami pilih dalam pekerjaan dan persoalan hidup. Dia selalu memberi solusi yang tetap harus kami pilih sendiri dengan motivasi khasnya. Thanks Romo.

Beberapa tahun lalu, (mungkin sekitar 6 tahun)  Romo Adri pindah tugas, kembali hari-hari saya kosong tanpa rohaniwan yang dekat dan bisa bertatap muka untuk diskusi. Sampai Tuhan Yesus, masih belum bosan mengirim gembala-Nya dalam kehidupan dan proses iman saya. Kali ini Romo Cris Purba, SJ; kami mengenalnya di komunitas ME. Ketika itu kami ikut Week End ME Distrik Jakarta di tahun 2006. Romo Cris ini sangat sederhana,bersahaja, punya empati yang dalam, komitmen yang kuat akan tugasnya dan bisa mendorong kami untuk terlibat lebih jauh dalam pelayanan. Beliau selalu setia dalam membimbing kami di Kelompok Dialog Pasutri ME. Beliau punya perhatian yang besar untuk keteguhan umatnya dalam memperjuangkan nilai Sakramen Pernikahan dengan relasi yang bagus. Saya bangga dengan Romo Cris yang bisa membimbing kami untuk terus berbuat konkrit bagi relasi perkawinan kami dan umat, di mana nilai perkawinan semakin direndahkan dan dianggap sepele bagi kehidupan Gereja.

Kami sungguh merasakan Kasih Allah lewat penggembalaan mereka yang khas gembala katolik. Terima Kasih Tuhan, semoga mereka tetap setia menjadi pelayan-pelayanMu yang baik, sederhana dan penuh kasih. Semoga akan begitu banyak juga muncul gembala-gembala baru yang berkomitmen tinggi dan menjunjung martabat manusia, sehingga Kerajaan-Mu semakin nyata di dunia ini, amin.

Saat ini Romo Abukasman sekarang bertugas di Cigugur-Kuningan, Sr. Alexandrine masih di kota Malang menjadi Pembimbing konseling, Romo Herman, sekarang di Sydney mendalami Islamic Studies, dan Romo Adri Budhi melayani umat di Los Angeles. Walau begitu, saya tetap aktif meng-Gereja dan saya menyadari  ternyata kehidupan saya telah banyak diisi dan diwarnai Tuhan lewat gembala-gembala-Nya yang dasyat dan ini semua yang membuat saya tetap bertahan walaupun kadang ada kemalasan bahkan kekesalan di dalamnya, tapi tunas dan taburan benih iman yang mereka lakukan buat saya yang mungkin mereka tidak sadari telah dan akan selalu mendekatkan saya dengan Allah. Proficiat buat semua Romo, Suster, Kaum Rohaniwan. Semoga Tuhan selalu menyertaimu dan memberikan damai sejahtera dan suka cita-Nya.

Sumber: Majalah Sabitah Edisi 54, Maret-April 2013

Artikel Serupa

Featured Image Fallback

Menjadi Pelayan Yang Bahagia

/

Seksi Komsos

Rekoleksi Dewan Paroki Pleno Trinitas, 9-10 Januari 2016 diikuti oleh 165 peserta yang terdiri dari para ketua lingkungan, wilayah, seksi dan kategorial. Rekoleksi yang dilaksanakan ...
SELENGKAPNYA
Featured Image Fallback

Family Gathering 2015

/

Seksi Komsos

LINGKUNGAN ST. ROSA VIRGINIA (RV) – WILAYAH 8 Cuaca panas, teriknya matahari dan udara yang lembab tak mengurangi semangat para peserta family gathering lingkungan St. ...
SELENGKAPNYA