“DIPERSATUKAN DALAM EKARISTI, DIUTUS UNTUK BERBAGI”
Para Ibu dan Bapak, Suster, Bruder, Frater, Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,
1. Bersama–sama dengan seluruh Gereja, pada hari Rabu yang akan datang kita memasuki masa Prapaskah. Rupanya pada tahun ini masa Prapaskah tiba amat cepat. Masa Natal yang lalu juga terasa amat singkat, lebih singkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Mungkinkah ini merupakan isyarat bagi kita semua,untuk membaharui semangat dan gaya hidup kita : dari semangat dan gaya hidup yang ditandai pesta-pesta (=masa Natal yang pendek) menuju semangat dan gaya hidup yang semakin terlibat, berbelarasa dan rela bermati raga (=masa Prapaskah yang cepat tiba) demi sekian banyak Saudari-saudara kita sebangsa setanah air yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir?
Saudari-saudara kita ini karena berbagai macam alas an terpaksa hidup tidak sesuai dengan martabatnya sebagai pribadi manusia, citra Allah. Suatu pertanyaan yang menantang kita semua sebagai murid-murid Yesus Kristus untuk kita jawab secara pribadi, dalam keluarga, komunitas dan bersama-sama sebagai warga Keuskupan Agung Jakarta.
2. Melalui Nabi Yesaya Tuhan bersabda, “Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh … Umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku” (Yes 43:19.20). Sabda ini ditujukan kepada umat Allah Perjanjian Lama yang berada dalam pembuangan. Mereka berada jauh dari tanah air mereka, sangat menderita lahir dan batin. Dalam keadaan terbuang, sebagian dari mereka berpikir tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan karena ternyata Dia tidak bisa membela Umat-Nya terhadap musuh yang telah mengalahkan mereka. Selain itu tidak sedikit dari antara mereka yang merasa dosa mereka terhadap Tuhan sudah terlalu besar, sehingga Tuhan tidak akan memberika kesempatan baru lagi. Namun dalam perjalanan waktu ternyata banyak dari antara mereka yang berhasil merebut kedudukan dalam kehidupan politik, social maupun ekonomi. Keberhasilan ini membuat mereka lupa atau tidak mau mengingat lagi bahwa mereka adalah umat terpilih yang seharusnya hidup berdasarkan janji Allah. Secara sederhana bisa dikatakan, ketika mereka mempunyai segala-galanya, mereka kehilangan jati diri dan cita-cita sebgai umat terpilih.
3. Namun tidak semua warga Umat Allah Perjanjian Lama seperti itu. Dari antara mereka ada sekelompok kecil yang bertahan, dan kendati menderita, iman mereka tidak goyah. Dengan sengaja mereka tidak mengejar keberhasilan lahiriah di tanah pembuangan. Mereka terus membangun hidup di atas dasar janji-janji Allah. Mereka inilah yang disebut “sisa Israel”. Kelompok ini mempunyai sejarah yang panjang,. Ketika umat Allah Perjanjian Lama berpaling dari Tuhan dan menyembah berhala, mereka tetap setia (1 Raj 19:10.14.18). Ketika mereka diijinkan kembali dari pembuangan – sementara sebagian besar tidak mau menggunakan kesempatan ini karena sudah nyaman tinggal di negeri asing – mereka kembali ke tanah terjanji untuk membangun kembali masa depan mereka di atas puing-puing kehancuran. Kelompok mereka kecil – maka disebut “sisa Israel” – namun mereka yakin bahwa jati diri mereka sebagai umat yang dipanggil secara istimewa oleh Allah, tidak terletak pada penampilan lahiriah, melainkan pada cita-cita dan harapan yang mereka sandarkan pada janji Allah. Mereka ini bagaikan tunggul dan sebagaimana dikatakan oleh Nabi Yesaya, “ Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” (11:1; 53:2). Mereka inilah yang akan menghidupkan kembali harapan baru yang oleh nabi Yesaya disebut dengan kiasan sebagai “jalan di padang gurun … sungai-sungai di padang belantara” (43:19). Mereka ini pulalah yang disebut umat yang “Kubentuk bagi-Ku yang akan memberitakan kemasyhuran-Ku” (Yes 43:21). Dalam suratnya kepada jemaat Roma Rasul Paulus menegaskan keberadaan kelompok ini : “ Demikian juga pada waktu ini tinggal satu sisa, menurut pilihan kasih karunia” (11:15). Dalam bahasa sehari-hari kita sekarang, mereka disebut “komunitas kontras” atau “komunitas alternatif”.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
4. Sebagai murid-murid Kristus, sebagai warga Gereja Katolik, kita pun mempunyai jati diri yang sangat istimewa dan khusus. Jati diri kita adalah Ekaristi, yang kita imani sebagai sumber dan puncak hidup Kristiani (bdk LG 11). Maksudnya, sebagaimana roti Ekaristi diambil, diberkati, dipecah-pecah dan dibagi-bagi, kita pun adalah pribadi-pribadi yang dipilih oleh Allah, diberkati agar dapat dipecah-pecah yang dibagi-bagi bagi dunia. Inilah jati diri kita. Atas dasar keyakinan inilah dirumuskan tema Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Agung Jakarta 2012 : “Dipersatukan Dalam Ekaristi – Diutus Untuk Berbagi”. Dengan pedoman tema Aksi Puasa Pembangunan ini, kita bersama-sama ingin mewujudkan atau mengaktualisasikan jati diri kita.
5. Perayaan Ekaristi terdiri dari empat bagian. Bagian pembuka mengajak kita menyadari bahwa kita adalah bagian dari umat manusia yang terpecah-pecah karena dosa. Maka kita mengawali Perayaan Ekaristi dengan mengakui dosa-dosa kita – bukan hanya dosa pribadi kita, melainkan dosa umat manusia. Ibadat Sabda memberi kesempatan penuh rahmat kepada kita yang berhimpun untuk membaca dan mengartikan keadaan hidup kita itu dalam terang Sabda Allah. Sabda Allah yang kita dengarkan bukanlah sekedar informasi yang diteruskan (=informatif), melainkan kekuatan yang membangun dan mempersatukan (=informatif dan transformatif). Dengan memasuki Liturgi Ekaristi, kita diikutsertakan dalam karya penyelamatan Allah yang memulihkan segala sesuatu dalam sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Bagian ini bermuara pada komuni – dari kata communio yang secara harafiah berarti persatuan. Itulah buah utama karya penyelamatan Allah, yaitu bahwa kita dipersatukan kembali : yang terpisah dihimpun kembali. Setelah dipulihkan dan dipersatukan, menyusul perutusan, yang merupakan bagian terakhir dari Perayaan Ekaristi. Kita diutus untuk berbagi kehidupan.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
6. Bersama-sama dengan para imam, saya pribadi sangat bersyukur karena boleh melayani umat Keuskupan Agung Jakarta ini. Amat sangat banyak kisah mengenai kerelaan berbagi dan kemurahan hati umat Keuskupan Agung Jakarta dalam berbagai wujudnya : baik yang ditulis maupun tidak ditulis, baik yang diceritakan ataupun tidak diceritakan, baik yang yang ditujukan kepada umat sendiri ataupun masyarakat yang lebih luas, baik untuk keperluan-keperluan di Keuskupan Agung Jakarta sendiri maupun bagi wilayah-wilayah gerejawi yang lain yang tersebar di seluruh nusantara, baik yang dijalankan bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Peranan para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/Frater/adik-adik kaum muda, anak-anak dan remaja dalam hal ini ikut menetukan wajah Gereja Keuskupan Agung Jakarta: Gereja yang memancarkan kasih, kebaikan dan kemurahan hati Allah. Terima kasih tak terhingga atas kebaikan, kemurahan hati dan kerelaan Anda sekalian untuk berbagi kehidupan.
7. Sementara itu kita semua tahu bahwa peran seperti ini tidak akan pernah selesai kita jalankan dan menantang kita semua untuk semakin kreatif mencari bersama-sama bentuk-bentuknya yang baru. Semoga semangat Ekaristi yang kita gali dan dalami selama Tahun Ekaristi ini memberikan inspirasi dan kekuatan kepada kita semua untuk membangun jati diri kita sebagai “ komunitas Ekaristi”, “komunitas alternatif” atau “komunitas kontras” yang terus berkembang karena dipersatukan dalam Ekaristi dan diutus untuk berbagi. Semoga dengan demikian kita sungguh menjadi umat yang selalu memberitakan kebaikan dan kasih Allah (bdk.Yes 43:21). Semoga berkat kekuatan Allah kita berkembang dalam kemurahan hati dan kerelaan berbagi yang – siapa tahu – membuat orang lain akan berkata, “Yang begini belum pernah kita lihat” (Mrk 2:12). Salam dan semoga Anda semua, keluarga-keluarga dan komunitas Anda selalu dilimpahi berkat, perlindungan dan damai sejahtera.
Jakarta, Februari 2012
ttd
Mgr. Ignatius Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta
PERATURAN PANTANG DAN PUASA KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA UNTUK TAHUN 2012
TEMA: “DIPERSATUKAN DALAM EKARISTI, DIUTUS UNTUK BERBAGI”
Masa Prapaskah/Waktu Puasa Tahun 2012 dimulai pada hari Rabu Abu, 22 Februari sampai dengan hari Sabtu, 7 April 2012.
“Semua orang beriman kristiani menurut cara masing-masing wajib melakukan tobat demi hukum ilahi’ (KHK k.1249). Dalam masa tobat ini Gereja mengajak umatnya “secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan ibadat dan karya amalkasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang” (ibid). Semua umat beriman diajak untuk memelihara suasana tobat dan mengisi masa tobat ini dengan berbagai keutamaan hidup beriman dan tidak mudah terpengaruh atau mengikuti suasana lain di luar suasana khusus gerejani ini.
Di samping itu sebagai tanda pertobatan dan syukur, Gereja minta supaya kita semua memberi perhatian dan mengarahkan hidup kita dengan bantuan beberapa hal beriktu ini:
Dalam Masa Prapaskah kita diwajibkan:
* Berpantang dan berpuasa pada hari Rabu, 22 Februari dan hari Jumat Suci, 6 April 2012. Pada hari Jumat lain-lainnya dalam Masa Prapaskah hanya berpantang saja.
* Yang diwajibkan berpuasa menurut Hukum Gereja yang baru adalah semua yang sudah dewasa sampai awal tahun ke enam puluh (KHK k.1252). Yang disebut dewasa adalah orang yang genap berumur delapanbelas tahun (KHK k.97 §1).
* Puasa artinya: makan kenyang satu kali sehari.
* Yang diwajibkan berpantang: semua yang sudah berumur 14 tahun ke atas (KHK k.1252).
* Pantang yang dimaksud di sini: tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menentukan sendiri, misalnya: pantang daging, pantang garam, pantang jajan, pantang rokok.
Kita semua diajak untuk terus memberi perhatian kepada saudara-saudara kita yang berkekurangan dengan cara berbagi untuk mereka. Saat ini kita sedang hidup dalam keprihatinan rusaknya lingkungan hidup. Oleh sebab itu dalam masa Prapaskah ini kita diajak untuk membangun pertobatan ekologis dengan cara peduli terhadap sampah dan berusaha keras membangun lingkungan hidup yang semakin bersih, hijau dan sehat. Kita berharap bisa merayakan Paskah dalam wujud lingkungan hidup yang semakin sehat untuk dihuni banyak orang. Selama masa prapaskah kita merefleksikan dan mendalami sikap iman ini. Maka kita masing-masing diajak untuk mewujudkan keutamaan ini dalam hidup setiap hari sebagai syukur atas kasih Tuhan dan wujud pertobatan kita. Semoga dengan demikian gerakan pertobatan kita semakin mempererat persaudaraan kita dan mendorong kita untuk terus berbagi untuk sesama. Kita percaya dalam suasana kasih dan semakin baiknya lingkungan hidup, kebaikan Tuhan semakin dialami oleh banyak orang.
Baiklah jika kita semua saling mendukung dengan memelihara masa tobat ini. Maka sangat dianjurkan agar perkawinan-perkawinan sedapat mungkin tidak dilaksanakan dalam masa Prapaskah (juga Adven), kecuali ada alasan yang berat. Pastor paroki dimohon secara bijaksana mencermati dan mengambil kebijakan sebaik mungkin dalam situasi dan kebutuhan pelayanan umat ini.
* Bila ada perkawinan yang karena alasan yang bisa dipertanggungjawabkan dilangsungkan dalam masa Prapaskah atau Adven, atau pada hari lain yang diliputi suasana tobat, pastor paroki hendaknya memperingatkan para mempelai agar mengindahkan suasana tobat itu, misalnya jangan mengadakan pesta besar (Upacara Perkawinan, Komisi Liturgi 1976, hal.14), untuk mengurangi kemungkinan menimbulkan batu sandungan.
Mari kita mensyukuri belaskasih Tuhan dan berusaha untuk membagikannya kepada sesama kita, terutama mereka yang sangat membutuhkan.
Jakarta, 18 Februari 2012
ttd
Mgr. Ignatius Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta
(Sumber: www.kaj.or.id)