Featured Image Fallback

Setelah Tiga Kali Gagal Bunuh Diri – Sebuah Kesaksian

/

Seksi Komsos

Malapetaka bisa datang tiba-tiba ketika kita sedang di puncak kesuksesan.  Itulah yang kualami pada April 1994. Aku, Marcilianus Pratomo Putro, saat itu Sutradara Video Klip di TVRI Stasiun Yogyakarta.  Menurut para relasi, aku dianggap sutradara terbaik waktu itu.  Uang mudah kudapat, hidupku berkelimpahan.
Koma 5 Bulan

Bagaimana dengan kehidupanku menggereja?  Aku tak bisa memberi kontribusi apa-apa.  Waktuku habis untuk pekerjaan.  Terakhir yang masih kuingat, aku pulang dari kerja ketika mentari pagi telah bersinar.  Setelah menyiapkan mobil untuk istri tercinta yang akan berangkat kerja, aku pun tidur.  Setelah itu, tidak ada lagi yang kuingat!

Menurut Andre, anakku, sore hari aku menjemput istri mengendarai mobil.  Tatapan mata tajam ke depan.  Andre yang duduk di sampingku tiba-tiba melihat kedua mataku mengeluarkan sinar putih terang.  Lalu tiba-tiba: bruukk!  Mobilku ditabrak sepeda motor yang melaju kencang!  Aku tidak ingat apa-apa lagi.

Ya, peristiwa kecelakaan tragis yang menjadikan aku kehilangan kedua penglihatanku tidak mampu kuingat sama sekali.  Ketika itu, kata orangtuaku, dokter yang merawarku sudah angkat tangan.  Mengingat kondisiku yang amat parah, mereka yakin ajal akan segera menjemputku.  Hanya mukjizat Tuhan-lah yang bisa menyembuhkanku.  Kata dokter, kalaupun sembuh, aku akan kehilangan daya ingat dan kemungkinan akan lumpuh seumur hidup.

“Jika Pratomo bisa sembuh, apa pun kondisinya, kami akan merawatnya,” kata ibuku mantap ketika mendengar penegasan dokter.  Rupanya Tuhan mengabulkan harapan orangtuaku, aku tetap diperkenankan hidup kendati harus kehilangan penglihatan dan daya ingatku.  Sepulang dari rumah sakit, aku dibawa pulang ke desa kelahiranku di pinggiran kota Klaten.

Hidupku Terasa Hancur

Kalaupun ada yang kuingat, aku telah sampai di Surga dan bertemu Santo Petrus.  Hingga 3 kali Santo Petrus memintaku untuk kembali.  Namun aku selalu menolak.  Hingga akhirnya Yesus sendiri yang datang menjumpaiku dan memintaku untuk kembali: “Pratomo, belum saatnya, kamu harus kembali,” kataNya.  Aku masih sempat menolak permintaan Yesus, karena aku senang di sana.  Namun aku tak mampu menolakNya, karena Yesua sendiri yang mengantar dan menemaniku kembali ke alam nyata setelah koma selama 4 bulan, dari April hingga Agustus 1994.

Namun, penderitaanku belum berakhir.  Suatu hari, di tahun 1998, ketika ingatanku telah pulih, aku bermaksud melepas rindu melalui telepon kepada istriku yang tetap tinggal di Yogyakarta.  Namun kata-kata yang kudengar bagai guntur di siang bolong: “Mulai saat ini aku bukan lagi istrimu dan kamu bukan lagi suamiku.”  Mendengar itu, segalanya menjadi gelap.  Rupanya tanpa sepengetahuanku, dia telah menggugat cerai dan telah selesai mengurus perceraian di kantor pencatatan sipil.  Seketika itu aku tak bisa lagi berkata-kata.  Hidupku terasa hancur.  Aku kecewa dan putus asa.  Keinginanku waktu itu hanyalah satu, yakni bunuh diri!

Tiga kali aku mencoba bunuh diri, namun selalu gagal.  Setiap kaliajal telah menjelang, tiba-tiba aku seperti mendengar suara Andre, “Papa, jangan mati.  Nanti Andre tak punya papa lagi…”  Suara yang sama  selalu terngiang di telingaku setiap kali aku melakukan upaya bunuh diri.  Mungkin Tuhan menghalangi upayaku bunuh diri. Namun, di dalam hati justru muncul rasa dendam, sakit hati, dan kecewa yang membara.  Muncul niat, aku harus membalas sakit hati.  Aku harus menghabisi nyawa istriku, suami barunya, dan orang-orang yang telah membuatku menderita.  Kalaupun tidak berhasil mati, biarlah mereka menderita seumur hidup.

Penderitaan Roh-Roh

Demi Andre Honji Harcaryo, anakku, aku ingin tetap hidup.  Untuk membalas dendam tadi, aku lalu mempelajari ilmu santet secara otodidak.  Banyak roh-roh jahat datang memberi kekuatan kepadaku.  Setelah berhasil, aku pun bersiap-siap menyantet mantan istriku.  Jurus-jurus jitu santet sudah siap kuluncurkan ke sasaran, namun tiba-tiba muncul seberkas sinar putih mendekat ke arahku dan tampaklah di depanku sosok Bunda Maria.  “Jangan teruskan!” katanya sambil menepuk punggungku.

Aku terkesima.  Mengapa Bunda Maria datang padaku?  Pada saat itu pula setan-setan datang membujukku agar melanjutkan niatku.  Mereka bahkan menawarkan berbagai pusaka dan jimat untuk kekuatan.  Emosiku memuncak lagi.  Maka kulancarkan santet yang kedua.  Ketika mantra-mantra siap kuluncurkan, kagi-kagi muncul seberkas sinar putih.  Kali ini tampaklah di depanku Tuhan Yesus, “Jangan lakukan itu!” Dia pun menepuk punggungku, menggandeng tanganku, mengajakku ke suatu tempat, dan aku diberi kesaksian: “Di sinilah mereka yang pada masa hidupnya mempunyai pesugihan, pelarisan, ilmu hitam, kini tinggal,” kataNya.

Sungguh, tempat itu amat mengerikan.  Hatiku tercabik-cabik melihat penderitaan mereka.  Orang-orang mengalami kesakitan.  Yesus pun bertanya: “Apa yang akan kamu lakukan, Pratomo?”  Spontan aku pun menjawab, “Aku akan menolong mereka.”  Aku lalu merentangkan kedua tangan dan berjalan menyentuh mereka.  Seketika itu juga mereka berteriak: “Aku sembuh. Aku sembuh!”  Aku kemudian bersujud menyembah Tuhan Yesus, “berkatilah aku, Tuhan Yesus.  Bersihkanlah aku dari kuasa setan.”  Aku diberkati, setelah itu Yesus tersenyum padaku dan pergi.

Mendoakan Arwah Gentayangan

Dalam penyesalanku yang tulus dari relung hatiku yang terdalam, aku pun merenung: mengapa Bunda Maria dan Tuhan Yesus berkenan datang padaku?  Untuk menjawab pertanyaan yang berkecamuk dalam hatiku, aku laku prihatin, dan puasa ngebleng selama 2 tahun, tanpa makan dan minum.  Orang tua tidak tinggal diam.  Mereka berupaya mendatangkan guru kebatinan dan paranormal handal untukku.  Namun aku tidak mau.  Aku hanya mau diajari oleh Sang Guru Sejati, yaitu Bunda Maria dan Tuhan Yesus.  Aku tidak ingin membuat bingung siapa pn untuk menolong orang.  Bersama Sang Guru Sejati, aku menemukan iman, pasrah dan percaya.  Karena aku pasrah dan percaya, maka aku yang dulu menggugat Tuhan dapat bangkit dan beryukur, bahkan dapat memberi kesaksian.

Tuhan Yesus bahkan telah memberi anugerah agar aku bisa menolong sesama yang dibelit berbagai masalah.  Jika ada orang sakit datang padaku, maka yang kukerjakan adalah mengantar orang itu agar sampai pada sikap pasrah lahir dan batin.  Percaya kepada Tuhan 100% tanpa keraguan sedikit pun. Jika orang itu benar-benar sudah mau pasrah dan percaya, hanya dengan segelas air putih sakitnya sembuh.  Bukan aku yang menyembuhkan, tetapi Dia, Sumber segala kesembuhan.  Itulah kesaksianku.

Kesaksianku dalam hidup maupun dalam doa.  Kekuatan doa yang disertai sikap pasrah dan percaya maka orang sakit apa pun bisa sembuh, arwah gentayangan bisa dimohonkan pengampunan Tuhan dan hidup kekal di Surga.  Sayang, kebanyakan orang pasrah dan percaya hanya di mulut dan tidak berani membuktikannya.

Hakikat doa adalah komunikasi dengan Tuhan, namun kita menyamakan Tuhan dengan manusia.  Bukankah Tuhan sudah tahu apa yang kita mau?  Kita yang katanya percaya itu, tetapi mengapa kita masih saja mendikte Tuhan?  Bahkan banyak di antara kita yang mengeluh karena doa-doanya tidak dikabulkan oleh Tuhan.  Bagaimana mau dikabulkan jika hanya doa hafalan atau membaca buku doa?  Mestinya doa yang tulus keluar dari hati sanubari.  Itu yang Tuhan Yesus mau!

Doa bagi arwah gentayangan yang aku lakukan adalah, pertama, memohonkan pengampunan.  Kedua, kalau roh masih dalam penantian, mohon kepada Tuhan, sudilah menerima mereka untuk hidup kekal di surga.  Ketiga, berdoa Kemuliaan.  Setelah kesaksian-kesaksian kulakukan, ada roh yang datang minta tolong.  Setelah kudoakan, sang roh pun berterima kasih karena pintu surga terbuka baginya.

Pasien Berdatangan

Hingga saat ini aku selalu minta tamu-tamu menuliskan nama anggota keluarga yang telah meninggal dunia dan minta didoakan.  Setelah para tamu pulang, aku meminta Ganang, adikku, untuk membacakan nama-nama arwah itu, lalu aku pun mendoakannya.  Karena kepasrahan dan kepercayaan yang telah kuhidupi dan terus kumurnikan, Tuhan memberikan karunia penyelamatan roh pada diriku.  Tepatnya, pada tahun 2006, roh-roh gentayangan datang, kubimbing berdoa, kubantu mereka untuk mohon pengampunan hingga akhirnya mendapat hidup kekal di surga.

Aku bukanlah paranormal atau dukun, karena aku tidak pernah mencari pasien.  Aku hanyalah orang biasa yang pasrah dan percaya pada Yesus dan Bunda Maria melalui doa-doa.  Melalui doa-doa pula aku terus belajar untuk bisa pasrah dan percaya.  Untuk itu, setiap kali memulai pekerjaan, aku selalu minta restu pada Sang Bunda dan Tuhan Yesus.  Inilah doaku: “Bunda Maria, mohon kasih Bunda.  Bunda Maria, aku mohon restu Bunda.  Tuhan Yesus, aku mohon berkatMu,” kemudian diikuti doa Kemuliaan.

Itulah rapalan dan mantera yang selalu kuucapkan dengan pasrah dan percaya.  Sebaliknya, setiap kali selesai melakukan aktivitas apa pun, aku tidak pernah lupa mengucap syukur, “Bunda Maria, maturnuwun.  Tuhan Yesus, maturnuwun.”

Tahun-tahun terakhir ini pasien datang hampir setiap hari.  Mereka yang datang memiliki problema yang berbeda-beda.  Mulai dari sakit lumpuh, stroke, dan berbagai keluhan penyakit berat lainnya, hingga problema rumah tangga yang tidak jelas ujung pangkalnya.  Mereka semua kulayani sesuai urutan yang telah diatur Tuhan Yesus dan Bunda Maria sehingga tidak ada yang mengantri.

Tuhan Yesus juga memberikan karunia padaku untuk melihat peristiwa yang akan terjadi di kemudian hari.  Namun, jika hal itu hanya akan membuatku sombong, buat apa?  Bukankah kesombongan hanya akan membawa pada kehancuran?  Karena aku tidak ingin hancur, maka aku pun tidak mau bersombong diri.  Segala yang kumiliki ini semata-mata adalah anugerahNya.  Tanpa Dia, aku yang sudah buta ini bisa apa? (seperti yang diceritakan kepada Lucia Indarwati)

Sumber:  Majalah Utusan, No. 03/Tahun le-59, Maret 2009

Artikel Serupa

Featured Image Fallback

Menjadi Pelayan Yang Bahagia

/

Seksi Komsos

Rekoleksi Dewan Paroki Pleno Trinitas, 9-10 Januari 2016 diikuti oleh 165 peserta yang terdiri dari para ketua lingkungan, wilayah, seksi dan kategorial. Rekoleksi yang dilaksanakan ...
SELENGKAPNYA
Featured Image Fallback

Family Gathering 2015

/

Seksi Komsos

LINGKUNGAN ST. ROSA VIRGINIA (RV) – WILAYAH 8 Cuaca panas, teriknya matahari dan udara yang lembab tak mengurangi semangat para peserta family gathering lingkungan St. ...
SELENGKAPNYA