“Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan?”
(Kis 11:19-26; Yoh 10:22-30)
“Tidak
lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem;
ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di
serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata
kepada-Nya: “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam
kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada
kami.” Yesus menjawab mereka: “Aku telah mengatakannya kepada kamu,
tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama
Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu
tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku
mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,
dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak
akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut
mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih
besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka
dari tangan Bapa. Aku dan Bapa adalah satu.” (Yoh 10:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Semakin
diragukan dan dipertanyakan oleh orang-orang Yahudi yang kurang percaya
kepadaNya, Yesus semakin menyatakan Jati DiriNya, yang berarti bagi
mereka yang tidak percaya akan semakin bimbang dan ragu-ragu, sedangkan
yang percaya semakin mendalam dan handal kepercayaan mereka kepada
Yesus, dan dengan demikian semakin bersatu dengan Yesus, semakin
dikasihi oleh Allah dan sesama manusia. “Domba-dombaKu mendengarkan
suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka megikuti Aku, dan Aku
memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan
binasa sampai selama-lamanya”, demikian penyataan atau pewahyuan
Diri Yesus. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua
yang beriman kepada Yesus Kristus untuk senantiasa mengusahakan kesatuan
denganNya dan secara konkret menghayati kesatuan atau persaudaraan
sejati dengan rekan-rekan seiman. Hidup dalam persaudaraan sejati pada
masa kini hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk
dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan aneka macam
bentuk permusuhan masih marak di sana-sini. Marilah kita hilangkan aneka
kebimbangan dan keraguan terhadap rekan-rekan seiman, karena bimbang
dan ragu dengan rekan-rekan seiman hemat saya berarti juga bimbang dan
ragu terhadap Tuhan Allah. Kami berharap persaudaraan sejati
pertama-tama dan terutama dihayati dalam keluarga kita masing-masing,
yang dibangun dan diperkembangkan dalam dan dengan cintakasih. Kita
dekati dengan rendah hati rekan-rekan kita yang mau menjauhkan atau
memisahkan diri, untuk diajak bersaudara dan bersahabat lagi.
· “Setelah
Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia
menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena
Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah
orang dibawa kepada Tuhan”
(Kis 11:23-24). Pengalaman Barnabas ini kiranya dapat menjadi inspirasi
atau teladan bagi kita semua umat beriman. Marilah kita saling melihat
kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepada saudara-saudari kita,
dengan kata lain melihat kesetiaan saudara-saudari kita terhadap
kehendak Allah. Kami percaya lebih banyak saudara-saudari kita yang
setia kepada kehendak Allah daripada yang tidak atau kurang setia kepada
kehendak Allah. Memang untuk itu kita senantiasa diharapkan berpikir
positif terhadap orang lain alias lebih melihat dan mengakui
kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri saudara-saudari kita daripada
kekurangan-kekurangan atau kejahatan-kejahatannya. Marilah kita saling
membawa satu sama lain kepada Allah, Tuhan, agar kita semua semakin
mendengarkan dan melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan. Ingatlah dan
sadari bahwa Yesus yang telah bangkit dari mati senantiasa berkarya dan
hadir dalam diri saudara-saudari kita yang berkehendak baik. Lebih
banyak saudara-saudari kita yang baik daripada yang jahat. Bukti
kesetiaan orang kepada Tuhan antara lain menjadi nyata atau dapat kita
saksikan dalam kesetiaannya pada panggilan dan tugas pengutusan. Sebagai
contoh imam, bruder, suster atau suami-isteri yang lansia,
bertahun-tahun lamanya menghayati panggilan dengan baik meskipun harus
menghadapi aneka tantangan dan hambatan. Masing-masing dari kita kiranya
dapat belajar dari orangtua kita masing-masing yang setia sebagai
suami-isteri sampai mati. Kepada generasi tua kami harapkan dengan besar
hati dan kerelaan tinggi bersedia membagikan pengalaman kesetiaannya
kepada generasi muda, dan kepada generasi muda kami harapkan dengan
rendah hati meneladan kesetiaan generasi tua.
“Di
gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya:TUHAN lebih
mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman
Yakub.Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.” (Mzm 87:1-3)