{tpbox2 type={image} target={images/stories/artikel/2009/07/Rekoleksi-PSE-2009-01.jpg} title={Rekoleksi Seksi PSE 2009} group={a}}{/tpbox2}Pada Minggu I dan Minggu II bulan Juni 2009, di Ciawi tepatnya di St Monica II Resort, diadakan rekoleksi SPSE Paroki Trinitas – Cengkareng. Rekoleksi ini diikuti oleh para Ketua Wilayah, Ketua Lingkungan dan para pengurus Seksi Sosial Lingkungan (SSL). Mengingat jumlah peserta banyak, maka rekoleksi ini diadakan dalam dua gelombang. Gelombang I pada tanggal 6-7 Juni 2009 dan Gelombang II pada tanggal 13-14 Juni 2009.
Gelombang pertama diikuti oleh Wilayah 1 s.d 9 dan Wilayah 23 dengan jumlah peserta sebanyak 111 orang dan Gelombang ke II diikuti oleh wilayah 21 s.d 32 dikurangi Wilayah 23 dengan jumlah peserta sebanyak 109 orang.
Rekoleksi yang diselenggarkan oleh pengurus SPSE Paroki ini mengambil tema “Sehati Sejiwa Melayani Sesama”. Di gelombang I, rekoleksi ini didampingi oleh Rm. I. Swasono, SJ (mantan Ketua Komisi PSE Keuskupan Agung Jakarta) dan gelombang II didampingi oleh seorang Imam dan seorang Awam dari Komisi PSE Keuskupan Agung Jakarta (Kom PSE-KAJ) yaitu Rm. Y. Edi Mulyono, SJ dan Bp. Widyahadi Seputra.
Melalui sesi-sesinya para pendamping rekoleksi dengan semangat membagikan pengalaman mereka tentang pelayanan sosial. Mereka mengajak peserta rekoleksi untuk merenungkan beberapa tema mendasar tentang pelayanan sosial yang terjadi di lingkungan Gereja Katolik. Tema-tema yang ditawarkan untuk menjadi bahan renungan dalam rekoleksi ini adalah:
- Arah Dasar Pastoral – KAJ
- Informasi Sekitar Kom. PSE – KAJ
- Semangat Pelayanan Sosial
- Ajaran Sosial Gereja terbaru yang dibuat oleh Paus Benediktus XVI
{tpbox2 type={image} target={images/stories/artikel/2009/07/Rekoleksi-PSE-2009-02.jpg} title={Rekoleksi Seksi PSE 2009} group={a}}{/tpbox2}Rm. Swasono SJ di gelombang I dan Bp. Widya digelombang ke II, membagi pengalaman refleksinya tentang pelayanan Gereja kepada orang-orang yang miskin hendaknya didasari pada semangat kehidupan jemaat perdana yang tampak jelas terlihat dalam Kisah Para Rasul, terutama Kis 42:42-47. Salah satu kebiasaan para rasul adalah membagi kepunyaan mereka kepada orang-orang miskin dan apa yang menjadi milik adalah milik bersama. Maka Gereja Perdana mengajari kepada kita bagaimana dalam pelayanan gereja khususnya baik di PSE Paroki maupun di SSL memiliki semangat yang tinggi untuk memperhatikan orang-orang miskin. Gereja perdana telah mengambil pilihan untuk memperhatikan orang miskin karena pada dasarnya orang miskin adalah orang yang perlu diperhatikan, mereka tersisih, tidak mendapat kesempatan dan hidup dalam kesulitan.
Para pendamping juga mengajak para peserta rekoleksi untuk memikirkan dan merenungkan Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Arah dasar KAJ didasari juga pada semangat Gereja Perdana, untuk mengembangkan Komunitas Basis. Komunitas Basis adalah sebuah keluarga besar dimana para anggotanya saling memberhatikan satu sama lain dan berpusat pada Yesus Kristus. “Tidak boleh ada satu anggotapun yang hidupnya terhimpit dan tertekan karena kemiskinan, maka diperlukan keberpihakan kepada mereka yang miskin” demikianlah salah satu ungkapan dari Bp. Widya.
Untuk mewujudkan Komunitas Basis itu, Komisi PSE-KAJ mengajak umat secara khusus untuk memiliki semangat option for the poor (keberpihakan kepada orang miskin) dengan cara terlibat secara penuh pada masa Aksi Puasa Pembangunan (APP). Oleh karena itulah pada masa APP Kom. PSE – KAJ dari tahun ke tahun mencanangkan tema-tema khusus. Tema APP yang terakhir adalah “Mari Bertanggung-Jawab”. Melalui tema-tema itulah diharapkan semua orang Katolik di KAJ mampu membagi pengalaman kasihnya kepada orang-orang yang sedang dalam kesulitan. Begitu banyak dana yang didapat dari umat di KAJ. Maka Kom PSE-KAJ bertekat untuk tidak hanya mengembangkan karya karitatif belaka. Tetapi juga berkewajiban secara bertanggung jawab untuk “memberi kail” kepada mereka yang miskin, supaya mereka dapat berusaha dan dihargai.
Pada hari ke II, para peserta rekoleksi diajak untuk memahami dan merenungkan Ajaran Sosial Gereja yang terbaru yaitu Deus Caritas Est (Allah Adalah Kasih). Baik Rm. Swasono di gelombang I, maupun Rm. Edi digelombang II, mampu menjabarkan dengan jelas isi dari Ajaran Sosial Gereja yang dibuat oleh Paus Benediktus XVI ini. Inti dari ajaran ini adalah bahwa Allah telah mencintai manusia secara total kepada manusia dalam diri Yesus Kristus. Cinta Allah yang demikianlah menjadi dasar Gereja untuk mengasihi orang-orang disekitarnya. Rm Edi dalam usaha menerangkan ajaran sosial ini berpendapat bahwa “cinta kasih yang berdasarkan pada eros disempurnakan oleh cinta yang berdasarkan pada agape”, artinya bahwa cinta kasih kita kepada sesama kita disempurnakan dengan cinta Allah kepada manusia melalui penebusanNya.
Dengan memahami secara baik ajaran sosial gereja ini, maka pelayanan sosial kita di tingkat lingkungan sampai ke tingkat Keuskupan merupakan keikut-sertaan kita kepada Dia yang telah mengasihi manusia.
Dalam rangkaian rekoleksi ini, para peserta juga diajak untuk berdiskusi kelompok, mensaringkan hasil diskusi kelompoknya dan mendengarkan laporan kegiatan SPSE Paroki Trinitas. Rekoleksi ini menjadi lebih menarik dan lebih kontekstual karena diakhir sesi ditampilkan sebuah drama yang berkisah tentang sebuah keluarga Katolik yang miskin yang dibantu oleh seksi SSL Lingkungan dan Wilayah. Drama singkat ini sangat antusias dinikmati oleh para peserta rekoleksi. Setelah penampilan drama, acara diteruskan dengan sesi tanya jawab dan kesimpulan.
Beberapa hal yang perlu direnungkan kembali pada sesi terakhir ini adalah:
Pertama, para peserta rekoleksi dipanggil secara khusus untuk ikut serta dalam karya penyelamatan Tuhan dengan caranya yang istimewa. Kedua, dalam pelayanan kepada umat, hendaknya didasari pada semangat Yesus sendiri sebagai pelayan kasih. Ketiga dalam pelayanannya baik SSL maupun SPSE Paroki hendaknya tergabung dalam sebuah team work yang selalu komit, sabar dan murah senyum. Dan yang terakhir adalah, dalam pelayanan diperlukan prinsip solider dan subsidiaritas yang artinya bahwa pelayanan sosial Gereja berpihak pada yang miskin dan pelayanan itu sifatnya membantu, bukan mengambil alih masalah-masalah umat. (Puji & Maria)