Featured Image Fallback

Mbah Surip : I Love You Full

/

Seksi Komsos

Mbah Surip telah pergi.  Namun orang-orang masih terus mengenangnya tanpa henti. Dan diliputi sedih karena kepergiannya yang begitu dini.  Mbah Surip telah tiada.  Tapi lagunya “Tak Gendong Ke Mana-Mana” masih senantiasa mengiang di banyak telinga.  Seakan ia masih ada, dan terus tertawa, “Ha, ha, ha.” Mbah Surip memang selalu gembira.  Dan ingin membuat orang lain gembira.  Dan kegembiraan yang diberikannya bukan kegembiraan yang mewah, mahal dan penuh polesan dan kosmetika, tapi memberikan kegembiraan yang sederhana, murah dan apa adanya.  Lagunya, “Tak Gendong”, bukan lagu yang tinggi mutunya atau indah aransemennya.  Lagu itu sangat sederhana, malah minim dengan aransemen yang indah.  Namun lagu itu mengalir dari kesederhanaannya, membual dari kegembiraan hatinya yang terdalam.  Karena itu “Tak Gendong” juga bisa membuat orang gembira dan tertawa bersamanya, “Ha, ha, ha.”

Sebagai pribadi, Mbah Surip juga amat sederhana.  Hidupnya malah tergolong susah.  Masa kecilnya dilewatkan dengan jualan tahu di alun-alun Mojokerto, membantu Rusminah, ibunya, mencari nafkah.  Ia juga pernah menjadi makelas karcis bioskop untuk membiayai sekolahnya.  Namun di tengah kekurangan itu, hari-harinya tak pernah lepas dari gitarnya.  Dalam kesedihan apa pun, ia selalu memetik gitarnya, dan berusaha untuk gembira dengan gitarnya.  Di Jakarta, ia tidak punya rumah.  Ia menjadi nomad, dan tinggal bersama teman-teman seniman di Bulungan.  Ke mana-mana ia naik ojek.  Dengan menenteng gitarnya, untuk membuat sesamanya gembira.

“I love you full,” kata Mbah Surip selalu.  Memang Mbah Surip telah memberi dirinya sepenuh-penuhnya dari ke-apa-ada-annya dan kesederhanaannya. Pemberiannya itu memang tak seberapa.  Tapi karena disertai dengan “I love you full” – dengan cinta yang sepenuh-penuhnya, maka pemberian diri itu menjadi “berapa-berapa”, menjadi luar biasa.  “Tak Gendong” adalah lagu sederhana dan amat biasa.  Tapi di sana kita merasakan getaran cinta yang jujur dan tulus.  Karena itu, “Tak Gendong” menjadi lagu luar biasa.

Mbah Surip kiranya boleh mengingatkan kita akan ajaran Santa Theresia Kanak-Kanak Yesus tentang “jalan kecil dan sederhana”.  Menurut Theresia, Tuhan tidak memakai hal-hal yang besar untuk menunjukkan mukjizatNya yang luar biasa.  Karena itu kita jangan takut akan kelemahan, kekurangan dan keterbatasan kita.  Justru dalam dan lewat kekurangan, kelemahan dan keterbatasan itu, Tuhan berkarya buat kita dan buat sesama.  Kita juga tidak usah menunggu, kapan kita sempat untuk melakukan pekerjaan besar, di mana kita dapat membuktikan dan menunjukkan cinta kita kepada Tuhan dan sesama.  Tidak, kata Theresia, dalam pekerjaan kita sehari-hari, yang paling sederhana pun, seperti mengepel lantai, menyapu halaman dan mencuci pakaian, kita dapat mencintai Tuhan dan sesama.  Theresia sadar, akhirnya hidup kita tidak ditentukan oleh besar atau kecilnya pekerjaan, tapi oleh cinta. Cintalah yang akan membuat hidup kita sempurna dan indah di mata Tuhan dan sesama.  Maka, Theresia biang, aku terpanggil untuk mencinta.  Dan “siapa yang sunggu mencinta, ia akan bergembira karena keberuntungan dan kegembiraan sesamanya.”  Barangkali, cinta itulah yang menyala di balik kata-kata Mbah Surip “I love you full”.  Dan mungkin karena cinta yang selalu berusaha membuat gembira sesama itu pula yang membuat kita tertawa bersamanya, “Ha, ha, ha.”

(Oleh: Rm. Gabriel Possenti Sindhunata, SJ – dari Editorial Majalah Utusan No. 09, Tahun ke-59, September 2009)