“Gereja Kita adalah Gereja Orang Miskin”
Oleh: Romo F.X. Sudirman, OMI
Teladan kita, para orang kudus, adalah orang-orang yang sederhana, yang selalu menghayati kemiskinan. Bunda Maria yang selalu menjadi teladan iman kita, adalah seorang miskin yang sangat diberkati Tuhan. Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus menghayati imannya akan Kristus dengan menjadi miskin bahkan dalam masa lorong-lorong gelap jalan imannya, Santa Theresia tetap setia untuk menjadi miskin dan kecil. Santo Fransiskus Asisi senantiasa mencintai dan menghayati kehadiran Allah dalam setiap ciptaanNya. Pesta Malaikat Pelindung yang baru saja kita rayakan pun menyadarkan kita akan arti kedekatan Allah pada kita.
Santo Fransiskus Asisi adalah seorang guru, ia menjadi teladan para pengikut Yesus. Dalam suatu penglihatan, Yesus memintanya untuk memperbaiki Gereja yang diartikannya sebagai umat Allah. Kita pun perlu memperhatikan dan memperbaiki Gereja sekarang ini yang semakin tergusur dari penghayatan iman yang tidak semestinya seperti timbulnya sifat materialistis dan keduniawian. Kita harus membawa Gereja untuk kembali mengimani Allah pada tempat yang sebenarnya.
Bacaan Kitab Suci hari ini mengajak kita untuk semakin menghayati Allah yang menciptakan manusia. Laki-laki dan perempuan diciptakanNya setara – bukan setara dalam kepemilikan harta atau hak milik/jabatan, tetapi setara dalam kaitannya dengan martabat manusia. Itulah makna hakekat hidup berkeluarga. Lewat keluarga, Gereja ingin hadir di dunia bersama orang-orang miskin. Gereja ingin selalu menyatu, menyapa, dan peduli pada mereka yang diabaikan. Kita diminta untuk semakin sadar diri bahwa kita diutus Allah untuk peduli pada sesama, menyatu dengan penderitaan Kristus yang disalib, dan pada akhirnya, seperti Kristus juga, kita dapat mengalami kemuliaan kekal di surga abadi kelak.