Tuli dan Gagap akan Tuhan
Oleh: Romo Petrus J. McLaughlin, OMI
“Engkau selalu menantikan kami membuka hati padaMu. Sadarkanlah kami selalu…” demikian cuplikan Doa Pembukaan pada Misa Kudus Minggu ini. Membuka hati seringkali dialami oleh umat yang mengikuti Kursus Evangelisasi Pribadi, para Katekis dan Pembina Iman, tetapi juga di dalam keluarga.
Setelah itu, kita membaca tentang seorang wanita Siro-Fenisia yang memohon kesembuhan bagi anak perempuannya yang kerasukan roh jahat. Di sini si ibu memperlihatkan ketekunan, iman kepercayaan, dan sikap melayaninya. Ia tidak marah saat Yesus terkesan ‘menolak’ menyembuhkan anaknya, malahan ia dengan penuh percaya iman mengatakan: “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Rahasia kepenuhan rohani yang terdalam adalah agar kita senantiasa menjadi kecil seperti anak-anak. Seperti juga Yohanes Pembaptis yang mengatakan: “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”
Pada Bacaan Minggu ini, Yesus menyembuhkan seorang yang tuli dan gagap. Tuli dan gagap dapat melambangkan hubungan kita dengan Tuhan. Kita sering begitu-begitu saja saat mengikuti Misa Kudus. Padahal, saat kita menyambut Komuni, seyogyanya ada rasa kekuatan yang begitu dekat, karena Yesus hadir dalam diri kita. Seyogyanya ada rasa ingin dan ingin lagi untuk bertemu Yesus dalam rupa roti, sehingga kita tidak menjadi orang yang mendengar tetapi tidak mengerti, yang berbicara tetapi tidak mewartakan Injil.