Seoarng nelayan tua membawa seorang pemuda di dalam perahunya. Pada satu dayungnya tertulis “DOA”. Dayung lainnya tertulis “KARYA”. Pemuda itu berkata dengan mengejek, “Bapak itu sudah ketinggalan zaman. Apakah seseorang bisa berdoa, jika ia tidak bekerja?”
Nelayan tua itu tidak berkata sepatah pun. Ia hanya menggerakkan dayungnya yang bertuliskan “KARYA”. Ia mendayung terus-menerus, dan perahu hanya berputar-putar. Tidak mau maju.
Pemuda itu baru mengerti bahwa di samping dayung “KARYA”, kita juga membutuhkan dayung “DOA”.
(Yustinus Sumantri Hp., SJ, Litani Serba Salah Pastor – 100 Cerita Bijak, Kanisius, 2001)