Sebagaimana pada agama-agama lain seperti Islam dan Buddha, banyak orang Katolik mulai menggunakan sejenis tasbih untuk mengulangi doa-doa tertentu. Pada abad pertengahan yaitu abad ke-13, timbul kebiasaan memakai doa “Salam Maria” yang sebagian besar terdiri atas perkataan- perkataan Malaikat Gabriel dan Elisabet kepada Maria (Luk.1:28, 42), ditambah dengan permintaan-permintaan pendek supaya Bunda Maria mendoakan umat. Kebiasaan ini terutama mulai dianjurkan oleh Santo Dominikus. Doa ini sering digunakan oleh kaum awam dan biarawan yang kurang pandai Bahasa Latin dan kekurangan waktu untuk mendoakan semua Mazmur setiap hari yang 150 buah jumlahnya. Maka Santo Dominikus mengadakan rentetan 150 Salam Maria diselingi 15 kali Bapa Kami. Supaya pengulangan doa itu tidak mekanis, maka dianjurkan dengan sangat agar kita merenungkan riwayat hidup, sengsara, kebangkitan dan kenaikan ke surga dari Yesus Kristus. Maka dengan sendirinya juga terjadi pembagian peristiwa-peristiwa tersebut, dibatasi lima saja. Dari situ nyatalah bahwa kita tetap menaruh perhatian utama pada Yesus selama kita berdoa rosario.
Sumber: Buku Tanya Jawab Pengetahuan (minimum) Hidup Menggereja, disusun oleh Johanes K. Handoko, Ketua Panitia Perayaan 30 Tahun Gereja Katolik Trinitas, Paroki Cengkareng, 2008