Featured Image Fallback

Adorasi Sakramen Mahakudus: Senjata Ampuh dalam Peperangan Rohani

/

Seksi Komsos

Romo John Corapi, SOLT adalah seorang pengkhotbah ulung di jaringan televisi EWTN (Eternal Word Television Network).  Beliau selalu mengingatkan pendengarnya: “Sekarang kita ada dalam peperangan.  Peperangan rohani melawan ‘penguasa dan kekuatan’ (Efesus 6:12), sebuah peperangan yang sudah dimulai sejak adanya bangsa manusia – ‘Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya..’ (Kejadian 3:15).”

Katekismus Gereja Katolik juga mengatakan kepada kita bahwa hidup manusia adalah konflik, pergulatan, dan perang rohani melawan yang jahat yang terjadi terus menerus (409).

Salah satu sisi perang rohani ini adalah melawan iblis, yang telah menjadi pendusta dan pembunuh sejak dari mulanya (Yohanes 8:44).  Dusta dan pembunuhan adalah cap asli dari iblis, dan tak dapat dipungkiri bahwa iblis dan bala malaikatnya yang telah jatuh dalam dosa sedang bekerja keras di dalam dunia sekarang ini.

Yang menjadi musuh iblis adalah “buah dari tubuh seorang wanita” – Yesus Kristus.  Dari Kristus-lah kita mendapat senjata-senjata untuk melawan iblis dalam peperangan rohani kita.

St. Paulus membuat daftar senjata perang rohani dalam Efesus 6:10-20 – “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah” – “berikat pinggangkan kebenaran” (rahmat pengudusan) – “perisai iman” – “ketopong keselamatan” (pengharapan) – dan “berpedangkan Roh, yaitu firman Tuhan.”  Di Ayat 18, St. Paulus berseru kepada kita: “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya…”  Dari daftar di atas, kita bisa menambahkan senjata-senjata rohani lainnya yaitu Sakramen-Sakramen dan sakramentali (seperti garam yang diberkati dan air yang diberkati).

Untuk doa, Romo Corapi mengatakan bahwa senjata yang lebih dipilih adalah Rosario, karena “komandan” Rosario adalah Perawan Maria yang Terberkati: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini…..”

SENJATA AMPUH

Ada lagi senjata ampuh yang sungguh kasat mata, salah satu dari Sakramen-Sakramen yang ada, yaitu Sakramen Ekaristi.  Ekaristi bukanlah “sesuatu” tetapi “Seseorang” – Dialah Yesus yang bangkit, TubuhNya, DarahNya, JiwaNya, dan KemuliaanNya.

Beata Teresa dari Kalkuta sungguh tersentuh secara mendalam akan kekuatan Ekaristi hingga Beliau memberikan pernyataan mencengangkan: “Kesembuhan dari seluruh penyakit dalam Gereja dan dalam hidup kemasyarakatan manusia ada pada Adorasi Sakramen Mahakudus.”  Sungguh suatu pernyataan yang indah!  Sebuah pemikiran yang dijiwai oleh Roh Kudus sendiri.

Ibu Teresa memang sungguh tepat!  Dalam peperangan, memang masuk akal untuk menggunakan semua senjata secara bersamaan.  Hal yang sama juga berlaku bagi peperangan rohani, dan yang menjadi senjata paling ampuh adalah Adorasi Sakramen Mahakudus.

Ternyata, Vatikan pun mempunyai pandangan yang sama dengan Ibu Teresa dalam hal Adorasi Sakramen Mahakudus.  Pada Pesta Maria Imakulata, 8 Desember 2007, Kardinal Claudio Hummes, Prefek Kongregasi untuk para Imam, menulis surat kepada seluruh Uskup di dunia.  Tujuannya adalah meminta dukungan bagi seruan Bapa Paus Benediktus XVI untuk sesering mungkin mengadakan Adorasi Sakramen Mahakudus untuk para Imam dan calon Imam.  Dalam surat itu ditegaskan bahwa para Uskup diminta untuk mempropagandakan Adorasi Sakramen Mahakudus di dalam wilayah Keuskupannya – termasuk di Paroki-Paroki, Kapel-Kapel, Biara-Biara, dan Seminari-Seminari.

Kardinal Hummes menganjurkan agar “di setiap Keuskupan ditunjuk seorang Imam yang akan mempersembahkan dirinya secara penuh untuk mempromosikan Adorasi Sakramen Mahakudus dan menjalankan koordinasi agar Adorasi Sakramen Mahakudus dapat terselenggara.”

“Kami ingin secara khusus mempercayakan seluruh Imam kepada Bunda Maria, ibu dari Imam Yang Mahatinggi dan Abadi, membawa semangat doa dalam Gereja, menempatkan Sakramen Mahakudus untuk disembah dan dimuliakan selama 24 jam penuh, sehingga semua bentuk doa dan permohonan kita dapat disatukan dan diangkat kepada Allah, dari segala penjuru dunia, dengan harapan utama agar ada kebangunan panggilan khusus yang kudus untuk menjadi Imam Kristus,” demikian Kardinal Hummes menulis.

Kardinal Hummes mendorong para Imam Paroki untuk memperkenalkan praktek Adorasi Sakramen Mahakudus dengan semua orang yang terlibat, dimulai dari para anak calon penerima Komuni Pertama.  Kardinal mengatakan bahwa cara-cara Adorasi mungkin berbeda-beda di setiap Parokinya, tetapi Beliau memberikan saran-saran sebagai berikut:

  1. Adorasi Sakramen Mahakudus selama 24 jam sehari jika memungkinkan.

  2. Adorasi Sakramen Mahakudus dalam jangka waktu panjang, yang dimulai dari pagi hari hingga sore hari.

  3. Adorasi Sakramen Mahakudus setiap harinya dalam jam-jam tertentu.

  4. Adorsai Sakramen Mahakudus dalam satu atau beberapa hari dalam seminggunya dalam jam-jam tertentu.

  5. Adorsai Sakramen Mahakudus untuk waktu-waktu khusus, seperti hari-hari pesta Gereja.

Berapa banyak dari antara kita yang pernah mendengar atau membaca surat seruan dari Kardinal Hummes itu?  Apakah surat itu dipublikasikan secara luas dalam media-media Katolik?  Pesannya jelas, kita sedang berada dalam peperangan dan kita perlu segera melawan peperangan itu sebelum terlambat.

Seruan Kardinal Hummes agar mengadakan Adorasi Sakramen Mahakudus untuk masalah kurangnya panggilan khusus, ditambah dengan seruan dari Beata Teresa dari Kalkuta bahwa Adorasi Sakramen Mahakudus dapat membungkus penyakit-penyakit yang ada di Gereja – seperti kurangnya minat orang Katolik untuk pergi ke Misa Kudus pada hari Minggu, kurangnya tenaga Katekis, liturgi yang sembrono, dan umat Katolik yang pindah gereja.  Mungkin hal-hal demikian dianggap terlalu lazim dan lumrah terjadi.  Bisa ditambahkan juga adalah penyakit-penyakit masyarakat moderen sekarang ini yang sungguh panjang daftarnya, antara lain seperti kemerosotan moral, sekularitas, materialistis, budaya kematian dan pemujaan benda-benda duniawi.

Waktunya sudah mulai habis.  Perlu keberanian dari kita untuk mau mulai menggunakan Senjata Ampuh dalam melawan akal pintar si iblis dalam memperdaya kita.

(diterjemahkan secara bebas.  Sumber:  Eucharisti Adoration: Ultimate Weapon of Spiritual Warfare, Fr. Martin Durham, AD 2000 – A Journal of Religious Opinion, Vol. 23, No. 3, April 2010)

Artikel Serupa

Featured Image Fallback

Reboan – Refleksi Iman AREK KAJ

/

Seksi Komsos

Seringkali kita lebih mengandalkan kemampuan diri sendiri dan kehendak manusia, kita dapat  terjebak pada kesombongan dan keangkuhan diri. Melupakan kesatuan dengan sang pokok anggur sejati, ...
SELENGKAPNYA
Featured Image Fallback

Kerangka Acuan Gerakan Tahun Syukur KAJ 2015

/

Seksi Komsos

PENGANTAR Tahun 2015 adalah tahun terakhir preiode implementasi Arah Dasar Pastoral (Ardaspas) KAJ 2011-2015.  Setelah sosialisasi Ardaspas KAJ pada tahun 2011, di tahun-tahun berikutnya umat ...
SELENGKAPNYA