Minggu depan kita akan memulai Masa Prapaskah yang dimulai pada Rabu Abu, 18 Februari 2015. Ada sementara umat yang bertanya, bolehkah umat yang merayakan Tahun Baru Imlek mengganti pantang dan puasa seperti yang diwajibkan di setiap Rabu Abu ke hari lainnya mengingat Rabu Abu tahun ini jatuh bertepatan dengan malam Tahun Baru Imlek? Berikut adalah cuplikan tanggapan dan usulan yang disarankan oleh Romo Samuel Pangestu, Pr, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta:
(1) Dialog dengan Budaya Tionghoa: Gereja Katolik sangat mendukung makna peristiwa budaya Imlek yang masih dihayati oleh sebagian orang Tionghoa yang beragama Katolik. Ada makna hormat kepada Tuhan, leluhur dan sesama manusia (yang lebih tua), syukur, persaudaraan, berbagi dan solidaritas terhadap sesama yang menderita. Berbicara tentang malam Imlek, ada berbagai kebiasaan bagi penganut agama Konfusianisme. Ada yang berkumpul bersama keluarga di rumah untuk berdoa kepada Tien (Tuhan), bersyukur atas tahun yang berlalu dan mohon bimbingan di tahun mendatang. Sepanjang pengetahuan yang amat terbatas, biasanya orang Tionghoa pada malam itu “ciacay” – tidak makan makanan yang berjiwa (daging, dan lainnya). Maksudnya adalah supaya membersihkan diri dalam rangka menyambut tahun baru Imlek. Saling mengucapkan selamat tahun baru dilakukan pada Hari Raya Imlek (tanggal 19 Februari 2015, keesokan harinya) setelah sembahyang di klenteng-kleteng dan berbagi rejeki kepada kaum papa. Biasanya merayakan Imlek sambil makan-makan bersama keluarga besar di rumah orangtua atau anak tertua kalau orangtua sudah meninggal dan berbagi angpao. Mengenai kebiasaan makan bersama dengan keluarga di malam Imlek, tidak diketahui kapan kebiasaan itu muncul (perlu pengkajian lebih lanjut).
(2) Usulan Solusinya: Diharapkan umat beriman mempertimbangkan dialog dengan budaya Tionghoa ini. Semoga umat beriman semakin dewasa dalam memilah mana yang bermakna dari suatu ajaran Gereja dan Budaya. Oleh karena itu kami menawarkan arahan sebagai berikut: Rabu Abu, 18 Februari 2015 tetap berjalan seperti biasa dan Perayaan Imlek dirayakan pada keesokan harinya. Umat tetap berpuasa dan berpantang. Makan kenyangnya di malam Imlek bersama keluarga dengan pantang daging atau rokok atau ikan atau jajan, silahkan umat berdiskresi sendiri. Pada Hari Raya Imlek umat beriman bisa makan bersama keluarga dalam persaudaraan setelah ibadah.
(Disalin dari Wapita, Minggu, 01 Februari 2015)