Judul Buku: Yesus
Penulis: Water Wangerin
Penerjemah: Tri Budhi S. dan Kadang Keng Liu
Penerbit: Kanisius, tahun 2010
Tebal buku: 664 halaman
Pernahkah kita membaca sebuah perikop dari ke-4 Injil yagn menceritakan saat Yesus, Maria, dan para rasul saling bercanda? Tentu tidak. Namun dalam novel berjudul “Yesus” ini, kita dapat menemukan kisah saat Simon (Petrus) tertawa terpingkal-pingkal karena mengetahui sebuah rahasia yang disembunyikan Yesus (halaman 306-307).
Kisah jenaka itu hanya satu bagian dari rangkaian kisah dalam novel berjudul “Yesus” karya Walter Wangerin ini.
Wangerin merekonstruksi setiap kejadian hidup Yesus secara detail, halus, dan memikat. Wangerin berhasil menggabungkan kisah-kisah ke-4 Injil dengan kisah carangan hasil intepretasi dan imajinasinya. Ia menawarkan sesuatu yang baru.
Wangerin terkesan mengenal dan memahami setting lokasi, waktu, situasi politik, tradisi, dan budaya di mana Yesus pernah hidup. Semua itu ia gambarkan secara jelas. Pengetahuannya yang mendalam, boleh jadi dipengaruhi oleh latar belakangnya sebagai seorang teolog (pendeta Gereja Lutheran).
Kekuatan utama novel ini adalah teknik penceritaan dengan dramatisasi yang hidup. Setiap karakter (tokoh) dalam novel ini juga kuat. Ekspresi dan emosi mereka benar-benar hidup dan lebih manusiawi. Imajinasi pembaca pun turut terbangun karena narasinya mudah untuk dibayangkan.
Secara umum, novel ini diceritakan melalui sudut pandang dua orang terdekat Yesus, yaitu Maria, ibuNya, dan Yohanes, penulis Injil sekaligus murid yang dikasihiNya. Eksistensi Maria pun sangat menonjol, terutama sebagai seorang ibu Sang Juru Selamat dan juga menjadi “ibu” bagi para rasul.
Sebagai sebuah novel, kisah ini sesungguhnya bersifat universal sehingga dapat dibaca dan diterima siapa saja, bahkan oleh orang yang belum mengenal Yesus. (Willy Putranta)
Sumber: Majalah Utusan No. 07, tahun ke-60, Juli 2010