Featured Image Fallback

Kunjungan Anggota Muspida ke Paroki Cengkareng

/

Seksi Komsos

 

            Misa Malam Natal, 24 Desember 2008, pkl. 21.00 menjadi sedikit berbeda.  Pasalnya, 10 menit sebelum Misa dimulai, Romo A. Widiatmoko, OMI tampak memasuki gereja dengan diikuti oleh serombongan orang.  Siapakah mereka?  Ternyata, mereka adalah tamu istimewa Paroki Cengkareng, anggota Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) yang menyempatkan diri mengunjungi Paroki-Paroki di Jakarta Barat guna meninjau dan melihat langsung pelaksanaan ibadah Perayaan Natal. 

Tampak hadir Bapak Drs. H.M. Ade Surapriatna, BSc, Ketua DPRD DKI Jakarta yang ditemani oleh Bapak Drs. Inggard Joshua, anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Golongan Karya, dan Bapak K.H. Fachrurazy A.H. dari Forum Komunikasi Kerukunan Umat Beragama (FKKUB) Jakarta Barat, serta Bapak Camat Cengkareng yang mewakili Walikota Jakarta Barat yang kebetulan berhalangan hadir malam itu.

Dari mimbar, Panitia Natal mengumumkan kedatangan para tamu istimewa ini sambil meminta kesediaan mereka untuk naik ke atas mimbar.  Romo Widi mengucapkan selamat datang pada rombongan tamu, lalu memberikan penjelasan singkat mengenai jumlah umat Paroki Cengkareng yang tidak sebanding dengan ruang tempat beribadah, serta jalannya proses perizinan pembangunan gereja yang masih terus bergulir.  Untuk itu Romo Widi meminta agar Bapak Ade dapat membantu supaya  izin dari pihak-pihak yang bersangkutan dapat segera turun.

Dalam kata sambutannya, Bapak Ade mengatakan bahwa pada Rapat Muspida malam sebelumnya, telah ditetapkan bahwa anggota-anggota Muspida akan melakukan operasi lapangan dengan cara turun bersama-sama dan melakukan tinjauan langsung.  “Malam ini, Jakarta Barat macet.  Ini menandakan umat merayakan Natal dengan hikmat dan meriah.  Kalau malam Natal tidak macet, itu berarti ada apa-apanya.  Tapi ternyata tidak.  Ini juga menjadi suatu bukti bahwa Natal disambut dalam suasana damai, tenteram, penuh cinta kasih,” demikian Bapak Ade berujar.

Setelah Misa dimulai, rombongan masih menyempatkan diri beramah-tamah dengan Romo Paroki, anggota Dewan Paroki Harian, dan Ketua Panitia Natal.  Dalam kesempatan ini, Sabitah berhasil mewawancarai Bapak Ade dan Bapak Inggard sebagai berikut:

Kesan Pak Ade mengunjungi Paroki Cengkareng:

“Perayaan Malam Natal demikian hikmat, demikian meluap.  Saya melihat wajah-wajah penuh kedamaian dan sukacita.  Kami disambut dengan baik.  Kemajuan suatu bangsa harus dibarengi dengan pembangunan manusianya, terutama dalam bidang akhlak dan jiwa – yaitu melalui agama.  Kalau dulu, masih diajarkan tentang P4 dan Moral Pancasila.  Dalam upaya membendung arus globalisasi dan reformasi seperti sekarang ini, boleh dikata pembentukan sikap dan moral seseorang menjadi sangat penting.  Kalau tidak, maka kebrutalan yang akan terjadi.  Dalam beragama pun perlu penafsiran yang benar, karena kalau kita menafsirnya secara negatif, maka akan menjadi negatif.  Maka kalau sekarang kami turun ke lapangan, hal ini lebih untuk melihat langsung apa yang menjadi kebutuhan umat.  Apakah umat dapat melaksanakan ibadahnya dengan tenang dan baik, apakah ada prasarana dan sarana penunjangnya, termasuk jalan dan fasilitas lainnya.  Hal-hal demikian dapat menjadi referensi bagi saya dalam membuat kebijakan secara bersama-sama.  Kalau baru-baru ini diadakan latihan bersama penanggulangan terorisme, kami tidak mau umat menjadi tidak tenang dalam menjalankan ibadahnya.  Maka kami hadir di tengah-tengah umat Kristiani yang sedang merayakan Natal.  Kami ada di tengah-tengah mereka, kami ingin mengatakan, jangan takut, kami di sini.  Kami mau umat yakin akan adanya jaminan untuk perayaan malam Natal di gereja-gereja seacra aman dan penuh kedamaian.”

Hal utama yang perlu didahulukan di Cengkareng?

“Perkembangan wilayah Barat memang sangat pesat.  Karena pesatnya pembangunan di wilayah ini, maka pesat juga pertumbuhan dan aktivitas penduduknya.  Hal demikian tentu diikuti pula dengan peningkatan infrastruktur dan pembinaan masyarakatnya.  Maka dalam hal ini, tugas Pemerintah adalah membangun lingkungannya, mengantisipasi, apa yang menjadi kebutuhan warganya.  Semisal jalan yang rusak parah akan menimbulkan dampak ekonomi dan sosial.  Warga akan bertanya, mana Pemerintah?  Saya sudah katakan ke Pak Gubernur untuk memperhatikan juga hal-hal non-teknis seperti ini karena dapat memicu gerakan sosial.  Banjir saja sekarang bisa menjadi pemicu gerakan sosial.  Memang ada sementara orang yang hidup dari kekalutan.  Maksudnya, mereka hidup dari demonstrasi, menciptakan kekacauan.  Makanya, orang-orang seperti ini inginnya terus-menerus ada kekacauan.  Pemerintah sudah mengetahui hal ini.  Kami tahu tipe-tipe orang, maka jika terjadi amukan massa, maka kami dapat mengidentifikasi para pelakunya.  Ya, perangkat kami juga belajar hal-hal demikian, bukan?  Seperti misalnya kita tahu harimau itu tipenya seperti apa, manusia juga begitu, ada jenis-jenisnya.  Maka kami selalu memberdayakan aparat yang terdepan, dalam hal ini Kecamatan.”

Pesan untuk warga Katolik di Cengkareng?

“Umat Katolik itu yang paling terorganisir, punya hierarki yang bagus.  Ada figur, ada ketokohan, ada Romo, jarang ribut, jarang menjadi masalah.  Maka umat Katolik dapat menjadi contoh, menjadi semacam simbol bagi yang lainnya, bahwa umat dapat hidup dengan  menjunjung nilai-nilai agama yang tinggi, nilai-nilai kebajikan, dan ikut ajaran agama yang terorganisir dengan baik.  Apa yang dikatakan di atas, sama semua sampai ke bawah.  Itulah perekatnya, itulah simbolnya.  Maka di wilayah Jakarta Barat yang heterogen ini, yang penuh dengan umat dari berbagai aliran agama, saya berharap warga dapat bertumbuh menjadi manusia yang baik, warga negara yang baik.  Semoga umat Katolik dapat menjadi perekat landasan, perekat bagi hidup rukun beragama di lingkungannya.  Mudah-mudahan hal ini dapat terwujud!”

Pesan Pak Camat untuk umat Cengkareng?

“Semoga Perayaan Natal ini bisa menjadi perayaan syukur.  Etnis dan agama Katolik bisa menjadi contoh kerukunan umat beragama di wilayah ini, juga di tempat tinggalnya masing-masing.”

Pesan Pak Inggard untuk umat Cengkareng?

“Saya bangga dan bahagia bisa mengajak Ketua DPRD mengunjungi Paroki ini, sehingga Beliau tahu persis apa yang dibutuhkan oleh umat Katolik di sini.  Tentu saja, dalam waktu dekat bisa pula segera mengusahakan terwujudnya izin Gereja Katolik Sta. Maria Imakulata, agar umat Katolik yang ada di sini dapat melakukan ibadah dengan leluasa dan lebih baik lagi.”

Saat ditanya tentang jalannya proses perizinan gereja baru, Pak Inggard berujar:

“Ya, berjalan dengan baik.  Lampunya sudah dari kuning ke hijau.  Mudah-mudahan Tuhan memberkati kita semua.  Saya akan doakan terus.”

 
Sumber: Majalah Sabitah Edisi 36, Maret-April 2009

Artikel Serupa

Featured Image Fallback

Anggota Dewan Stasi Sta. Maria Imakulata periode 2014-2017

/

Seksi Komsos

Pada tanggal 12 Juni 2014 bertempat di Aula Kasih Gereja Santa Maria Imakulata, diadakan Rapat Dewan Stasi Pleno dengan agenda pemilihan anggota Dewan Stasi Santa Maria Imakulata periode 2014-2017. Dari ...
SELENGKAPNYA
Featured Image Fallback

Lomba Dekor Paskah Gereja Trinitas Stasi Santa Maria Imakulata

/

Seksi Komsos

Ibu/bpk ytk, BIA/BIR stasi St.Maria Imakulata, Cengkareng sedang mengikuti lomba dekorasi Paskah se Keuskupan Agung Jakarta. Mohon waktu ibu/bapak sekalian untuk mengunjungi link dibawah ini ...
SELENGKAPNYA