Featured Image Fallback

Intisari Homili Minggu Biasa XXX, 25 Oktober 2009

/

Seksi Komsos

Ikut Yesus Bukan Ikut-Ikutan
Oleh: Romo A. Widiatmoko, OMI

Pernah melihat pawai?  Mungkin saat kita merayakan Hari Kemerdekaan bangsa kita, kita masih dapat melihat pawai yang ditonton kerumunan orang yang berdiri di pinggir jalan.  Keadaan ini mungkin bisa disamakan dengan Bacaan Kitab Suci Minggu ini.  Tuhan Yesus Kristus bersama para muridNya yang tiba di Yerikho disambut orang banyak yang berbondong-bondong mengikutiNya.  Kalau dalam pawai orang-orang hanya berkerumun untuk menonton saja, maka pada kisah Tuhan Yesus ini orang-orang dikatakan berbondong-bondong mengikuti ke mana saja Tuhan pergi.  Keadaan ini menunjukkan sapaan pribadi Yesus yang menyejukkan dan mampu membuat siapa saja menjadi tergerak hatinya dan mengikuti Dia.
 

 
Bartimeus, seorang buta, tahu Yesus masuk ke kota, ia pun ingin berjumpa dan mengalami Yesus secara pribadi.  Maka Bartimeus pun mulai berteriak-teriak.  Reaksi orang-orang adalah menegornya untuk tidak ribut, tetapi Bartimeus malah berteriak lebih keras lagi.  Baginya, Yesus itu sungguh berarti dan bermakna bagi hidupnya.  Ia ingin menyapa Yesus secara pribadi, ingin punya relasi pribadi dengan Yesus.

Adalah mudah bagi kita untuk menjadi seorang Kristiani yang umum-umum atau biasa-biasa atau normal-normal saja.  Kita mampu menghafal ajaran iman Gereja kita, mampu mengerti dan menguasai tradisi Gereja.  Kurangnya, banyak di antara kita yang belum kenal secara pribadi dengan Yesus.  

Banyak di antara kita yang belum sadar bahwa Yesus mati di salib untuk diri kita sendiri.  Karena belum menyadari hal ini, maka saat godaan, tantangan berat, atau cobaan menghadang, maka kita menjadi lemah dan menyerah.  Kita tidak berusaha dan berjuang untuk teriak sekeras-kerasnya: “Tuhan Yesus, kasihanilah saya….”

Pada Minggu ini kita rayakan juga Minggu Misi – khususnya bagi anak-anak Serikat Kepausan Anak Misioner (Sekami).  Anak-anak kita ini kelak bukan saja akan menjadi penerus Gereja, tetapi mereka akan menjadi penentu Gereja.  Merekalah wajah Gereja kita di masa datang.  Sebagai orangtua, jangan kita menghalangi anak-anak kita untuk dekat dengan Yesus.  Kita perlu mendukung dan bahkan mengantar anak-anak kita kepada Yesus.

Marilah kita hidup sebagai seorang Kristiani yang tidak hanya berada pada taraf ikut-ikutan saja, tapi menjadi pengikut Kristus karena keputusan mantap sebagai seorang pribadi.  Kenali Yesus secara pribadi dan bukan sekedar menjadi yang biasa-biasa saja atau yang ikut-ikutan saja.  Jadilah orang yang mantap mengikuti Yesus, meski orang lain goyah dan memilih untuk tidak lagi mengikuti Yesus.

Artikel Serupa

Featured Image Fallback

Selamat Hari Pentakosta

/

Seksi Komsos

AIR KEHIDUPAN “Kita semua diberi minum dari satu Roh.” (1 Korintus 12:13) Hari ini, pada Minggu Pentakosta dan ulang tahun Gereja, Allah mengundang kita untuk ...
SELENGKAPNYA
Featured Image Fallback

Intisari Homili Minggu Biasa III, 24 Januari 2010

/

Seksi Komsos

Siapa Yang Terhebat?Oleh: Romo Antonius Widiatmoko, OMI Seringkali kita menjadi sombong akan apa yang telah kita perbuat bagi Kerajaan Allah.  Sepertinya, tidak ada orang lain ...
SELENGKAPNYA