Featured Image Fallback

Intisari Homili Minggu Biasa XXIX, 18 Oktober 2009

/

Seksi Komsos

Peran Sebagai Pelayan dan Hamba
Oleh: Romo A. Widiatmoko, OMI

Liburan Idul Fitri selesai sudah.  Banyak ibu rumah tangga yang sekarang bisa tersenyum bahagia, karena para pembantu rumah tangganya sudah kembali dari kampung halamannya.  Saat ditinggal mudik para pembantu, barulah terasa peran mereka yang cukup besar dalam rumah kita.  Yang memasak, menyapu, mengepel lantai, mencuci dan menggosok, membersihan rumah, menyiram pohon, dan lain sebagainya.  Kelihatannya semua pekerjaan itu sepele, tetapi saat kita yang harus mengerjakan semuanya, barulah kita merasakan beratnya.
 

 
Dalam Bacaan Injil hari ini, Yakobus dan Yohanes ingin duduk di sisi kanan dan kiri Tuhan Yesus.  Saat hal ini didengar oleh para rasul yang lainnya, mereka menjadi marah.  Marah karena merasa didahului.  Para rasul berebut kursi/status yang terbesar di antara mereka dan merasa layak duduk di sisi kanan dan kiri Tuhan Yesus.

Tetapi Tuhan Yesus berkata: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.”

Pelayan dan hamba yang disebutkan Tuhan Yesus bukanlah mengacu kepada status.  Jangan kita berpikir bahwa semua dari kita haruslah berstatus pelayan atau pembantu dan tidak ada lagi yang mau berstatus pemimpin.  Tuhan Yesus mengartikan pelayan dan hamba ini dalam konteks kita yang mengambil peran dalam hidup sesama kita sebagai seorang hamba dan pelayan.

Untuk menjadi seorang pelayan dan hamba yang bahagia, kita perlu mempersatukan diri kita dengan Yesus Kristus.  Segala pelayanan yang kita berikan hendaklah berpusat pada Kristus dan meneladani Dia.  Jika tidak demikian, maka pelayanan kita akan menjadi sia-sia karena akan berhenti pada status saja.  Semisal, kita melayani di Gereja.  Jika kita tidak menyatukan diri kita dengan Kristus, berpusat padaNya dan meneladaniNya, maka yang terjadi adalah kita melayani karena status kita – entah mungkin sebagai Ketua Seksi, Ketua Lingkungan, dll.  Hasilnya, kita akan mudah capek, gampang tersinggung, dan cepat naik darah, karena kita melayani karena ingin memegahkan diri dan untuk diri sendiri.

Mari bersama kita refleksikan diri kita ini.  Apakah kita telah menjadi pelayan yang punya peran dalam hidup orang lain?  Apakah kita telah menjadi pelayan bagi hidup sesama kita?  Sejauh mana hidup kita sudah berperan dalam hidup orang lain?

Kebesaran sejati tidak bisa dinilai dari status kita saja.  Kebesaran sejati terletak dari sejauh mana hidup kita telah berperan dalam hidup sesama kita.  Sejauh mana hidup kita ini berguna bagi orang lain.  Jadilah seperti biji yang mengorbankan dirinya dengan mati agar bakal pohon dapat bertumbuh darinya. Mari kita menjadi pelayan dan hamba yang berjalan bersama Kristus, yang punya peran dalam kehidupan sesama kita.    

Artikel Serupa

Featured Image Fallback

Selamat Hari Pentakosta

/

Seksi Komsos

AIR KEHIDUPAN “Kita semua diberi minum dari satu Roh.” (1 Korintus 12:13) Hari ini, pada Minggu Pentakosta dan ulang tahun Gereja, Allah mengundang kita untuk ...
SELENGKAPNYA
Featured Image Fallback

Intisari Homili Minggu Biasa III, 24 Januari 2010

/

Seksi Komsos

Siapa Yang Terhebat?Oleh: Romo Antonius Widiatmoko, OMI Seringkali kita menjadi sombong akan apa yang telah kita perbuat bagi Kerajaan Allah.  Sepertinya, tidak ada orang lain ...
SELENGKAPNYA