Kita masuk dari gerbang mereka, Keluar dari pintu kita
( Sebuah Kesaksian Iman Para Pembina Bina Iman Remaja )
Kita masuk dari gerbang mereka, keluar dari pintu kita……. Ini adalah motto yang biasa kami gunakan untuk mengadakan acara-acara Bina Iman Remaja (BIR). Begitu pun dalam Bible Camp kali ini, yang diketuai oleh Ibu Martina dari Wilayah 7, berlangsung Jumat–Minggu, 2–4 Juli 2010 di Pondok Remaja PGI, Cipayung, Bogor. Mengusung tema BERSAMA YESUS RAIH HARAPAN BARU, acara yang diadakan selama nyaris 3 hari penuh dan diikuti oleh 168 anak yang dibagi menjadi 11 kekompok ini disusun sedemikian rupa, demikian sarat acara, yang kami harapkan akan menumbuhkan iman, kemandirian dan kebersamaaan antar remaja separoki. Kami sadar, para remaja adalah aset gereja masa mendatang. Bila iman mereka terbina, dan kecintaan mereka pada komunitas gereja terpelihara, kami yakin masa depan gereja khususnya Gereja Trinitas tentulah cerah.
Enam sesi dibawakan bergantian oleh Rm. Henricus Asodo, OMI, Rm. Antonius Didit, Pr (Romo Moderaror BIR Dekenat Barat II) dan Ibu Rosa. Ke enam sesi itu masing-masing bertema GOD LOVES ME, MY RELATIONSHIP, WE ARE SAVED BY JESUS, LOVE & PEACE IN JESUS, JESUS IS MY LIFE dan ACT LIKE JESUS. Semua sesi menggunakan media yang mudah dimengerti dan sesuai gaya remaja, seperti animasi, film, games dll, sehingga rangkaian sesi yang sebenarnya (jujur) marathon dari hari Jumat siang sampai Sabtu siang tidak terasa terlalu melelahkan.
Acara istimewa juga diadakan, yaitu penobatan atribut. Ada yang dipilih mewakili kelompok menjadi Raja, Ratu, Uskup, perwira, koki, Dewan Peduli Lingkungan, polisi dan perawat. Dengan menggunakan kostum sesuai atribut, mereka turut membantu panitia dengan penuh semangat, misalnya para koki membantu sie konsumsi, perawat membantu sie P3K. Dewan Peduli Lingkungan bantu menjaga kebersihan, polisi menertibkan bila terjadi pelanggaran. Semuanya, termasuk para pembina harus menghormat pada Raja dan Ratu bila berpapasan. Aktivitas ini dimaksudkan untuk membuat sebuah “main-set” baru, bahwa dalam sebuah komunitas diperlukan berbagai peran, memiliki tugas masing-masing, saling membutuhkan satu sama lain. Tidak ada yang lebih “super” dibandingkan lainnya.
Melalui outbound yang diadakan pada hari ke 2, para remaja banyak belajar tentang kebersamaan, rasa solidar dan sportivitas. Dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 11 orang yang diacak dari wilayah-wilayah, beragam dalam jenis kelamin dan usia, peserta yang rata-rata agak ja’im pada awalnya larut dalam suasana kebersamaan. Juga sama-sama basah, sama-sama kotor…
Selesai outbound, tugas lain telah menanti. Mereka harus menyiapkan yel-yel dan drama kisah hidup tokoh-tokoh Kitab Suci, yaitu Nuh, Ayub, Yusuf, Paulus dan Sadrach-Messach-Abednego. Kisah ini dibawakan sesuai tugas, ada yang kebagian gaya Betawi, Cina dan Breaking News. Di tengah-tengah kelelahan, mereka tetap semangat berlatih. Di sini peran para mudika pendamping yang membantu sangat besar, bagaimana mereka menyemangati para remaja peserta kelompoknya untuk berlatih. Dengan kasih mereka terus memompa semangat para remaja untuk mengerjakan tugas yang diberikan dan berusaha memberikan yang terbaik. Kreativitas Pembina dan anak-anak juga teruji.
Sesudah Doa Rosario Misioner yang dibawakan secara kreatif dengan gaya remaja, pada hari Minggu pagi Rm. Asodo mempersembahkan Perayaan Ekaristi. Semua mengikuti Misa dengan khidmat. Sesudah itu tiba saatnya menyaksikan unjuk kebolehan kelompok-kelompok dalam ajang kreasi.
Perjuangan mempersiapkan Bible Camp bukanlah suatu hal yang mudah. Kendala banyak muncul karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Kami menetapkan biaya keikutsertaan jauh di bawah “real cost” nya. Untuk mengatasinya, kami mengajukan proposal kepada Dewan Paroki, donatur, mengetuk hati para orang tua, dan melakukan usaha swadaya dengan berjualan keripik dan kerupuk (sempat gotong sana gotong sini), juga berbagai usaha lainnya. Kami memang tidak mempunyai kemampuan yang besar, tetapi bersama Yesus yang memberi kami cinta yang besar pada remaja, perjuangan kami urusan dana akhirnya tercukupi. Belum lagi kesibukan lain yang mengakibatkan waktu kami untuk mempersiapkan segala sesuatu menjadi begitu sempit. Kadang kami sempat frustrasi, tetapi dalam komunitas, kami menjumpai teman-teman yang selalu siap memberi dukungan. Bergandengan dengan para mudika dan Mutripala, (Mudika Trinitas Pecinta Alam) kami berbagi tugas yang harus dikerjakan sehingga beban terasa ringan. Bersama Yesus kami ingin meraih harapan baru…..
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang dalam pada para Romo, segenap Dewan Paroki, semua sahabat yang telah begitu antusias membantu kami dalam doa, dana, tenaga, dan berbagai bentuk partisipasi lain dalam persiapan hingga pelaksanaan Bible Camp ini. Di atas semuanya itu, kami yakin, kami cukup menjalankan tugas kami masing-masing sebaik mungkin, selalu berusaha memberi yang terbaik untuk Tuhan, maka Tuhan akan menjalankan bagian-Nya dengan luar biasa. Tuhan memberkati kita semua…
Apa kata mereka yang terlibat dengan Bible Camp ?
Semalam menjelang tidur, seperti biasa Epen cerita bahwa dia merasa ada sesuatu yang aneh masuk tubuhnya. Dia merasa bingung, karena sekarang tidak punya keinginan usil pada adiknya, dan dia jadi patuh pada peraturan rumah. Saya bilang bahwa Roh Kudus sudah mengurapi Epen. Kata Epen juga, “Kenapa sekarang aku lihat Mami beda, berubah. Koq Mami jadi sabar, nggak ngomelin aku ?” Mungkin Tuhan sudah membuka mata hatinya, sehingga bisa melihat saya dari segi positf. Mujizat sungguh nyata setiap hari. Puji Tuhan, semua karya Tuhan, lewat Bible Camp, hanya Dia yang bisa melakukannya.
( Yani, orang tua Epen, wil 26 )
Saya belajar satu hal yang baru. Mungkin Bible Camp sudah selesai, tetapi itu bukanlah akhir dari segalanya. Itu adalah awal dari perjalanan yang panjang. Bukan hanya bagaimana bersikap pada anak-anak saat Bible Camp yang mampu mengubah hidup mereka, tetapi lebih daripada itu, bagaimana kita bisa mernjadi kesaksian bagi anak-anak bahwa BERSAMA YESUS KITA MAMPU MERAIH HARAPAN BARU. Ketika segala hal terasa sulit, ingat pada ajang kreativitas yang kita siapkan, melalui kehidupan tokoh-tokoh Kitab Suci yang kita gali, apa yang menjadikan orang-orang itu tetap setia sampai akhir. Kiranya kesaksian hidup kita saat melewati masa sulit itulah yang sungguh mengubah hidup anak-anak kita. Keep fighting all. Kita harus terus doakan anak-anak itu sampai akhirnya kita melihat buah yang manis dari mereka.
( Bobby, Mudika, Pembina BIR, ketua kelompok di Bible Camp )
Anak saya semangat, minta hari Minggu misanya di Trinitas, tidak mau ke PIK. Katanya enakan di Trinitas, banyak teman, bahkan sekarang suka sms-an dengan pembinanya. Dia lagi semangat habis.
( Orang tua Jacksen, murid SD St. Kristoforus II )
Kontribusi: Ibu Gisela Irene Henny Chaidir, salah satu Pembina Bina Iman Remaja, Paroki Trinitas, Cengkareng.