Sejak bulan Juni lalu, Paus Benediktus XVI memaklumkan tahun 2009/2010 sebagai “Tahun Imam”. Paus mengharapkan, hendaknya sepanjang tahun tersebut para imam memperbaharui hidup batinnya, agar mereka dapat makin memberikan dirinya sebagai saksi bagi Injil.
Tahun Imam tersebut dirayakan bertepatan dengan pesta 150 tahun kelahiran Santo Yohanes Maria Vianney. Paus menganjurkan agar para imam sudi meneladan orang kudus tersebut.
Yohanes Maria Vianney (1786-1859), lahir di Dardilly, sebuah desa kecil dekat kota Lyons, Perancis. ia anak petani sederhana. Bakatnya amat terbatas. Dengan segala kesulitan, akhirnya ia dapat menamatkan pendidikan seminari, dan ditahbiskan menjadi imam tahun 1815. Setelah 3 tahun bertugas sebagai pastor pembantu di Ecully, ia ditunjuk menjadi pastor di Ars. Ars adalah sebuah desa terpencil. Namun, karena hidup dan pemberian diri Pastor Vianney, Ars menjadi terkenal di seluruh Perancis. Itulah sebabnya Pastor Vianney juga dikenal sebagai Pastor Ars.
Orang berbondong-bondong datang ke Ars untuk mengaku dosa atau meminta nasihat rohani. Tahun 1855 pernah terhitung ada 20.000 jiwa datang ke Ars. Dan di hari-hari akhirnya, Pastor Ars bisa duduk di kamar pengakuan selama 16-18 jam. Memang sejak kedatangannya di desa terpencil itu, Pastor Ars menganggap gereja sebagai rumahnya. Ia masuk ke gereja sebelum fajar, dan tak meninggalkannya sampai berbunyi lonceng doa Malaikat Allah di petang hari.
Pastor Ars sangat mencintai imamatnya. Katanya, “Imamat adalah cinta dari hati Yesus sendiri.” Menurut pastor yang suci ini, seorang gembala yang baik adalah harta terbesar, anugerah kerahiman ilahi, yang dianugerahkan Tuhan pada suatu paroki. Tuhan sendiri seakan taat dan mengalah pada imamnya. Bayangkan, seorang imam memanggil Tuhan dengan kata-katanya, dan Tuhan segera turun dari surga karena kata-kata tersebut, lalu sudi tinggal di antara umatnya.
Kata Pastor Ars lagi, tanpa Sakramen Tahbisan, kita tak akan mengalami Tuhan dengan begitu dekat. Siapakah yang meletakkan Tuhan dalam Tabernakel? Imam. Siapakah yang mengantar jiwa manusia kepada Tuhan, begitu manusia mengawali hidupnya di dunia? Imam. Siapakah yang membantu memberi makanan pada jiwa-jiwa, dan menguatkan jiwa-jiwa itu dalam perjalanannya di dunia? Imam. Siapa yang mempersiapkan jiwa-jiwa itu dalam perjalanannya di dunia? Imam. Siapa yang mempersiapkan jiwa-jiwa itu untuk menghadap Tuhan pada saat akhir hidupnya? Lagi-lagi Imam. Ya, betapa luhur anugerah tahbisan imam itu.
Menurut Pastor Ars, baru kelak di surga, seorang imam dapat merasakan dan mengalami secara penuh siapa dia sesungguhnya, sampai ia dikaruniai anugerah seluhur itu. Di dunia ini ia belum bisa memahami hal tersebut sepenuh-penuhnya. Andaikan di dunia ia dapat memahaminya sepenuh-penuhnya, ia akan mati, bukan karena takut, tapi karena cinta.
Paus Benediktus XVI mengetengahkan lagi kata-kata dan keyakinan Pastor Ars tersebut dalam suratnya untuk menyambut Tahun Imam (18 Juni 2009). Terutama para imam hendaknya mencamkan kata-kata Pastor Ars itu dalam-dalam untuk membarui hidup imamatnya.
Paus memuji, betapa banyak iamm gereja yang benar-benar membaktikan hidupnya untuk tugas pastoral yang dipercayakan pada mereka. Juga betapa banyak imam yang rela untuk menanggung salib karena tugas perutusannya. Untuk itu, kita patut mensyukurinya. Namun Paus juga mengingatkan, banyak juga imam yang tidak sanggup lagi untuk setia pada panggilannya. Karena ketidak-setiaan mereka, gereja, dan umat jadi ikut menderita dan menanggung akibatnya.
Karena itu Paus meminta agar umat tak berhenti berdoa untuk para imam. Hendaknya umat ikut berprihatin dan berdoa, agar Tuhan menganugerahkan rahmat kesetiaan kepada para imam, sehingga mereka tetap teguh menjalani panggilannya. Doa para umat itu amat dibutuhkan oleh para imam, lebih-lebih di zaman ini, di mana tantangan dan godaan selalu menghadang hidup dan panggilan mereka.
Maka Tahun Imam bukan hanya untuk para imam, tapi juga untuk kaum awam. Di sini Paus meminta, agar baik para imam maupun kaum awam selalu berusaha untuk memperdalam hidup doanya, dan memperbarui pertobatannya. Untuk itu, Paus kembali mengingatkan kita semua, agar kita mau menghidup lagi ajaran Pastor Ars.
Menurut Pastor Ars, berdoa adalah hal yang sederhana. Tak perlu kita banyak berkata-kata. Cukup bila kita membuka hati kita dan memandang Yesus. Itu terutama bisa kita kerjakan, bila kita menghadap Sakramen Mahakudus. “Kita tahu, bahwa Yesus berada di dalam Tabernakel. Marilah kita membuka hati kita dan menikmati kegembiraan dalam kehadiranNya. Itulah doa yang terbaik,” kata Pastor Ars.
Pastor Ars juga mengajari kita untuk menghayati perlunya Ekaristi bagi hidup kita. Katanya, Perayaan Ekaristi adalah karya Tuhan, yang lain dengan karya manusia. Maka, betapa pun banyak pengorbanan yang kita lakukan sebagai manusia, itu tak sebanding dengan pengorbanan Tuhan yang kita rayakan dalam Ekaristi. “Karena itu saudara-saudari, datanglah pada Yesus. Memang, kamu semua tidak layak untukNya, tapi kamu membutuhkanNya,” ajak Pastor Ars pada umatnya.
Bagi Pastor Ars, selain doa dan Ekaristi, pengakuan dosa adlaah pilar ketiga yang harus dihayati dengan tulus oleh umat Kristiani. Tak bosan-bosannya ia mengajak umat untuk mau mengaku dosa. Ajakannya tak sia-sia. Dari seluruh pelosok Perancis, orang-orang datang untuk mengaku dosa padanya. Tuhan memohon pengampunan. Tapi Tuhan yang mengejar-ngejar pendosa dan mengajaknya kembali kepadaNya. Penebus Yang Mahabaik itu demikian dipenuhi dengan cinta, sampai Ia mencari kita di mana-mana,” kata Pastor Ars.
Pastor Ars sendiri dikenal sebagai imam yang banyak melakukan matiraga. Dan matiraga itu dibuatnya demi bertobatnya orang-orang yang berdosa. Kendati ia keras terhadap dirinya, toh ia sangat lemah lembut terhadap umatnya. Ia rela menanggung beban sesamanya, demi pertobatannya. Sering ia memberi penitensi yang amat ringan pada orang yang mengaku dosa padanya.
“Saya memberi denda yang ringan pada orang yang mengaku dosa, dan saya menggantikan dia untuk menanggung sisa-sisa denda yang seharusnya ditanggungnya,” kata Pastor Ars. Untuk menanggung “sisa-sisa denda” umatnya yang berdosa itulah, Pastor Ars banyak berdoa dan bermatiraga. Karena dosa-dosa, kita seharunya menangis, tapi ternyata kita tak mampu menangis. “Saya menangis, sebab kamu tidak menangis,” itulah kata-katanya yang indah tentang penyelasan dan pengampunan dosa.
Itulah pokok-pokok keutamaan Santo Yohanes Maria Vianney alias Pastor Ars, yang dikemukakan oleh Paus Benediktus XVI bagi Tahun Imam ini. Paus mengharapm agar hidup dan teladan Pastor Ars benar-benar kita hidupi. Dengan begitu, warga Gereja, terutama kaum awam, akan sadar, mengapa tahun ini mereka diminta untuk mendoakan para imam. (Romo G.P. Sindhunata, SJ)
Sumber: Majalah Utusan No. 11/Thn 59, November 2009