Para Ibu dan Bapak, Suster, Bruder, Frater, Kaum Muda, Remaja dan Anak-anak yang terkasih dalam Kristus,
1. Setiap tanggal 16 Oktober Gereja Katolik ikut memperingati Hari Pangan Sedunia, sebagai wujud keterlibatan Gereja di tengah keprihatinan dunia sekarang ini. Saya mengajak saudari-saudara sekalian untuk ikut menyambut Hari Pangan Sedunia ini sebagai salah satu wujud iman kita.
2.1. Saat peringatan Hari Pangan Sedunia 2013 , Bapa Suci Fransiskus menyampaikan pesan yang sangat penting. Beliau mengatakan bahwa Hari Pangan Sedunia menghadapkan kita pada salah satu tantangan yang sangat serius bagi kemanusiaan, yaitu kondisi tragis adanya jutaan orang lapar dan menderita gizi buruk, di antaranya banyak anak-anak. Beliau menyebut kelaparan dan gizi buruk sebagai skandal yang mestinya menantang kesadaran pribadi dan kesadaran bersama kita untuk ikut menemukan pemecahan masalah itu secara adil dan menyeluruh, demi kebaikan seluruh umat manusia (bdk Flp 2:1-5). Ternyata sikap individualis justru tumbuh berkembang dan semakin menyebar. Kecenderungan ini mengarahkan orang pada sikap acuh tak acuh terhadap saudari-saudara yang mati atau dalam bahaya mati karena kelaparan gizi buruk. Keadaan seperti ini belum jauh berbeda dengan keadaan bumi pada abad yang lalu. Mengenai keadaan itu Mahatma Gandhi mengatakan, “Bumi menyediakan makanan cukup untuk kebutuhan setiap manusia tetapi bukan untuk keserakahannya.” Oleh karena itu, harus ada perubahan.
2.2. Apa yang dapat kita lakukan? Bapa Suci mengajak kita pertama-tama untuk sungguh-sungguh melepaskan diri dari sikap individualis, dari ketamakan atau keserakahan, dari sikap acuh tak acuh terhadap orang lain, dari sikap diperbudak oleh nafsu mencari untung sendiri. Selanjutnya beliau mengajak kita untuk mendidik diri sendiri dalam sikap belarasa, menemukan kembali nilai dan makna solidaritas dalam hubungan antar manusia. Tujuannya antara lain adalah untuk menghilangkan aneka bentuk kekurangan pangan akibat kemiskinan.
2.3. Pesan-pesan Bapa Suci sungguh pantas kita renungkan karena di sekitar kita masih begitu banyak orang lapar dan menderita gizi buruk. Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa, kelaparan parah dialami oleh satu dari delapan orang di dunia. FAO memperkirakan 842 juta orang, atau sekitar 12 prosen pendudukan dunia, mengalami kelaparan kronis pada 2011-2013.
3.1. Sementara itu menurut Laporan Akhir tahun 2012 Komisi Nasional Perlindungan Anak, dari 23 juta anak balita di Indonesia, 8 juta jiwa atau 35 persennya mengidap gizi buruk kategori berat, yang menyebabkan tinggi badan lebih rendah dari balita normal; sementara 900 ribu bayi atau sekitar 4,5 persen dari total jumlah bayi di seluruh Indonesia mengalami gizi buruk. Menurut Dirjen FAO Jose Graziano da Silva, Indonesia merupakan satu dari 19 negara yang dinilai berhasil mengurangi jumlah penduduk kekurangan gizi; dari sekitar 20 persen total jumlah penduduk pada tahun 1990-an menjadi 8,6 persen pada tahun 2012. Angka penduduk kelaparan dan kurang gizi ini masih besar dan tentu membuat kita prihatin dan sedih.
3.2. Ketidak-pedulian kita terhadap mereka yang lapar dan menderita gizi buruk tercermin dalam sikap kita terhadap makanan. Ada yang membuang-buang makanan. Ada yang hanya suka makanan enak dan menyenangkan, tanpa memikirkan asupan gizi yang cukup dan menyehatkan. Akibatnya banyak orang sakit dan rawan penyakit berat karena kelebihan makanan yang tidak menyehatkan, sementara yang lain kelaparan.
Saudari-saudara terkasih,
4. Tidak jarang orang mempertanyakan keadilan Tuhan ketika berhadapan dengan keadaan dunia yang buruk dan tidak menyenangkan seperti kelaparan, gizi buruk, bencana alam, atau sakit. Padahal sesungguhnya semua itu adalah akibat tindakan manusia sendiri. Tuhan menyediakan makanan cukup, tetapi manusia tidak mengelolanya dengan baik. Tuhan menyediakan makanan bervariasi yang sehat, manusia memilih yang enak dan menyenangkan saja. Kritik terhadap orang yang mempertanyakan Tuhan dan tindakan-Nya kita dengar dalam sabda Tuhan yang diwartakan hari ini. Nabi Yehezkiel mengkritik orang-orang yang cenderung membenarkan diri dan melemparkan kesalahan pada Tuhan (18:25). Sementara itu Yesus menyatakan bahwa orang yang benar dan selamat adalah mereka yang insaf dan berbalik dari segala kesalahannya (Mat 21:28-32). Yesus menuntut perubahan tingkah laku dari kita semua juga. Yang disoroti adalah orang yang berubah dari “ya” dalam perkataan menjadi “tidak” dalam kelakuan. Dalam hal percaya dan berubah, sikap orang-orang terpandang ternyata lebih buruk daripada orang yang dalam masyarakat dipandang paling jelek dan hina. Orang yang dipandang hina mau membuka diri bagi Kerajaan Allah. Sebaliknya, kaum elit atau cerdik pandai menutup diri terhadap kedatangan pemerintahan Allah dan pelaksanaan kehendak-Nya di dunia ini.
5. Apa yang bisa kita buat? Bapa Suci memberikan pesan yang sangat jelas agar kita melepaskan diri dari sikap acuh tak acuh dan serakah, serta bersikap solider terhadap mereka yang kelaparan dan menderita gizi buruk. Sikap tobat itu bisa dimulai dalam keluarga dengan tindakan nyata.Pertama, sediakanlah pangan yang sehat dan gizi yang seimbang dalam keluarga. Jangan sekedar mencari yang enak dan berlebihan. Patut diingat bahwa sehatnya masyarakat ditentukan oleh kesehatan dalam keluarga.Kedua, kita bisa membantu keluarga lain yang kelaparan dan menderita gizi buruk dengan menyisihkan sebagian pangan sehat keluarga kita untuk mereka yang kelaparan dan menderita gizi buruk dalam bentuk dana solidaritas.
Saudari-saudaraku yang terkasih,
6. Solidaritas dalam bentuk lain dapat kita wujudkan dengan menjaga lingkungan hidup yang sehat. Lingkungan hidup kita yang kurang sehat dapat membuat makanan kita tercemar. Mari kita dukung solidaritas dalam menjaga lingkungan hidup agar tanah tidak makin rusak; agar air tidak makin kotor; agar udara tidak makin panas dan mengandung racun. Kita teruskan gerakan peduli sampah, mengurangi pemakaian plastik dan styrofoam dan prakarsa-prakarsa kreatif yang lain.
7. Baiklah kita juga memakai kesempatan bulan Rosario, bulan Oktober yang akan datang ini, untuk berdoa bersama dan seperti Maria, Bunda Gereja. Kita mohon agar kita semakin peduli menyediakan pangan sehat dalam keluarga kita sendiri; agar melalui gerakan solidaritas, kita semakin peduli menyediakan makanan bagi mereka yang kelaparan dan menderita gizi buruk.
8. Akhirnya, bersama-sama dengan para imam, diakon dan semua pelayan umat, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/adik-adik kaum muda, remaja dan anak-anak semua yang dengan beraneka cara terlibat dalam karya perutusan Gereja Keuskupan Agung Jakarta. Melalui gerakan Hari Pangan Sedunia kali ini, kita diajak untuk semakin peduli dengan berbagi kehidupan yang sehat dengan sesama umat kita maupun masyarakat yang lebih luas. Sambil menimba kekuatan dari teladan Bunda Maria, kita berharap bahwa gerakan pelayanan pangan sehat tetap berlanjut dan menjadihabitusumat di Keuskupan Agung Jakarta yang kita cintai ini.
Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga dan komunitas Anda.
+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta
(Sumber: www.katedraljakarta.or.id)