“Koronka” adalah sebuah kata dari Bahasa Polandia yang tidak ada padanannya dalam Bahasa Indonesia. Artinya kurang lebih sama dengan “Mahkota Kecil” yang diletakkan di atas kepala orang yang dicintai secara istimewa ataupun untaian manic-manik indah yang dikalungkan pada leher sang kekasih.
Koronka Kerahiman Ilahi ialah untaian doa yang dipersembahkan kepada Tuhan yang diimani sebagai Pribadi Yang Maharahim dan Berbelas Kasih.
Doa ini didaraskan dengan memakai kalung Rosario biasa, tetapi isinya bukan “Bapa Kami” dan “Salam Maria” seperti dalam doa Rosario.
“Sejarah” Koronka dimulai pada tahun 1935 dan diceritakan oleh Suster Faustina sebagai berikut:
Malam hari, ketika aku di kamarku, aku melihat malaikat, pelaksana murka Allah. Ia berpakaian jubah terang dan wajahnya bersinar. Di bawah kakinya ada awan, dan dari awan itu keluarlah petir-petir, sedangkan dari tangannya keluarlah kilat-kilat… Ketika aku melihat tanda murka ilahi yang akan menimpa bumi itu… aku mulai memohon malaikat supaya ia berhenti sejenak, sebab dunia pasti akan bertobat. Namun permohonanku tidak berarti apa-apa terhadap murka ilahi.
Saat itu aku melihat Allah Tritunggal. Kebesaran kemuliaanNya menembus aku sedalam-dalamnya, dan aku tidak berani mengulangi permohonanku lagi.
Saat itu juga kurasakan dalam jiwaku kekuatan rahmat Yesus yang diam dalam diriku. Setelah menyadari rahmat itu, aku langsung dibawa ke Tahta Ilahi. O, betapa besarnya Tuhan dan Allah kita, betapa tak terpahamilah kekudusanNya! Aku tidak akan berusaha menggambarkan kebesaran itu, sebab tidak lama lagi kita semua akan melihatNya sebagaimana adanya. Aku mulai memohon Allah seturut kata-kata yang telah kudengar dalam batinku.
Sementara aku berdoa demikian, aku melihat betapa malaikat itu tidak berdaya dalam melaksanakan hukuman yang layak (menimpa dunia_ akibat dosa. Aku belum pernah berdoa dengan kekuatan batin sebesar itu, seperti pada saat itu. Kata-kata yang kutujukan kepada Allah sebagai permohonanku adalah: Bapa yang kekal, kupersembahkan kepadaMu Tubuh dan Darah, Jiwa dan Keallahan PuteraMu yang terkasih Tuhan kami Yesus Kristus, sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan dosa seluruh dunia.
(…) Setelah mengucapkan doa itu, aku mendengar dalam batin kata-kata ini: Doa ini dimaksudkan sebagai sarana untuk memadamkan murkaKu. (…) Ucapkanlah Koronka yang telah Kuajarkan kepadamu ini setiap hari. Barangsiapa mendaraskannya, akan mengalami kerahimanKu yang besar pada saat kematiannya. Para imam akan menganjurkannya kepada para pendosa sebagai pertolongan terakhir. (BCH # 687)
O, betapa banyak rahmat yang akan diterima orang yang mengucapkan koronka ini!… hendaknya seluruh dunia mengenal kerahimanKu yang tak terselami. Inilah tanda untuk zaman akhir. Sesudahnyaakan tiba hari keadilan. Selama masih ada waktu, manusia hendaknya bergegas kepada sumber kerahimanKu dan memanfaatkan Darah dan Air yang memancar bagi mereka. (BCH # 848)
Ajaklah orang mengucapkan koronka yang telah Kuberikan kepadamu. Kepada mereka yang mendaraskannya, akan Kuberikan apa saja yang mereka minta. Hati para pendosa yang paling tegar pun, bila mendaraskannya, akan dipenuhi ketenangan, dan saat kematian mereka akan diliputi bahagia. Tuliskanlah ini bagi jiwa-jiwa yang susah: bila orang menyadari dan memahami beratnya dosa-dosanya, bila mata hatinya menangkap jurang kehinaan yang dimasukinya, janganlah ia putus asa, melainkan dengan penuh percaya menjatuhkan diri ke dalam rangkulan kerahimanKu, ibarat seorang anak ke dalam rangkulan ibunya. Orang-orang itu mempunyai hak utama untuk mengalami HatiKU yang berbelas kasih serta kerahimanKu. Katakanlah bahwa tiada seorang pun yang menyerukan kerahimanKu, pernah dikecewakan ataupun dipermalukan. Secara khusus Kusayangi orang yang mengandalkan kebaikanKu. Tulislah: bila koronka ini didaraskan dekat orang yang sedang menghadapi ajalnya, Aku akan berdiri antara Bapa dan orang itu bukan sebagai Hakim yang adil, melainkan sebagai Juruselamat yang rahim. (BCH # 1541)
(Disadur dari buku “Yesus Engkaulah Andalanku – Devosi Kepada Kerahiman Ilahi”, Stefan Leks, Kanisius, 1993)