KELOMPOK DOA MEDITATIF TAIZE
Dari hari ke hari komunitas berkembang; apabila pada awalnya para biarawan berasal dari Gereja Kristen Protestan, perlahan-lahan biarawan Katolik mulai bergabung dan sekarang komunitas dihuni oleh kurang lebih seratus bruder dari berbagai tradisi Kristen dan kebangsaan yang berbeda. Dalam tahun 1950-an beberapa bruder pergi hidup di daerah-daerah miskin di dunia untuk menjadi saksi perdamaian dan hidup berdampingan dengan orang-orang yang menderita. Sekarang para bruder dalam kelompok-kelompok kecil hidup di daerah-daerah miskin di Asia, Afrika dan Amerika.
Doa dengan nyanyian dari Taize adalah doa yang dilakukan sehari tiga kali oleh para biarawan komunitas Taize di mana pun mereka berada, dengan susunan (1) Nyanyian pembukaan; (2) Mazmur; satu atau dua orang membacakan atau menyanyikan ayat-ayat mazmur dan umat yang lain menjawab dengan alleluia atau aklamasi lainnya; (3) Bacaan Kitab Suci; (4) Nyanyian pengantar hening; (5) Hening; bertekun dalam keheningan dan merasakan kehadiran Kristus untuk menyambut Roh Kudus adalah doa yang sangat indah; dalam doa bersama saat hening dilaksanakan selama lima sampai sepuluh menit; (6) Doa syafaat atau doa pujian; doa-doa syafaat yang singkat yang menyatakan segala sukacita dan harapan, kesedihan dan kecemasan manusia, dan doa pujian kita menyampaikan segala pujian atas kemuliaan Allah atas diri manusia. Doa umat diselingi dengan refren: Kyrie eleison atau Gospodi pomiluj atau Louange Toi, Seigneur; (7) Doa Bapa Kami; (8) Doa Penutup; (9) Nyanyian Penutup; untuk tetap mendukung suasana doa, beberapa orang tetap tinggal dan menyanyi sambil menemani umat yang masih ingin berdoa.
Setiap hari Jumat malam seusai doa, ikon salib dibaringkan di atas lantai, dan umat dapat berdoa di sekeliling salib sambil menempelkan kening pada ikon salib sebagai tanda menyerahkan segala beban kepada Kristus dan turut serta memanggul salib Kristus. Doa pada hari Sabtu malam seperti malam Paskah ditandai dengan upacara cahaya dan perayaan kebangkitan. Lilin-lilin dinyalakan, dibacakan bacaan tentang kebangkitan Kristus dan dilambungkan nyanyian-nyanyian tentang kebangkitan Kristus.
Pada tahun 1990 dalam pertemuan Uskup-uskup se-Asia (FABC) di Lembang, seorang bruder dari Komunitas Taize ditemani seorang sukarelawan dari Korea memperkenalkan cara berdoa dalam suasana meditatif, menggunakan nyanyian dengan iringan musik lembut khas Taize. Sejak saat itu sampai saat ini nyanyian dari Taize pun mulai dikenal tidak hanya di kota Bandung, tetapi juga di kota-kota lain seperti Jakarta, Sukabumi, Flores, Ende, Larantuka, Kabanjahe (Sumatera Utara), Klaten, Yogyakarta, Semarang, Solo, Madiun, Menado dll. Kelompok doa dengan nyanyian dari Taize berpusat di Susteran Ursulin Bandung/Asrama Providentia (Kabar Gembira) di Jalan Anggrek No. 60 Bandung.
Pada tanggal 18 Maret 1999 Gereja Trinitas Cengkareng mengundang kelompok doa Gereja St. Lukas Sunter untuk menyelenggarakan ibadat Taize perdana di Cengkareng. Kurang lebih 75 umat hadir dalam ibadat tersebut. Nyanyian dari Taize memang sudah tidak asing lagi di Gereja Trinitas karena sudah dipergunakan dalam Misa pagi. Sejak saat itu kelompok doa meditatif dengan nyanyian dari Taize Gereja Trinitas Cengkareng menyelenggarakan ibadat secara rutin setiap hari Senin minggu ke-3 di Gereja jam 19.30 WIB.
Kelompok doa meditatif Gereja Trinitas Cengkareng juga sudah turut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan gereja antara lain: (1) Perayaan ekaristi dalam rangka penutupan bulan Maria; (2) Doa bersama dengan Bruder Ghislain dari Taize dalam rangka Pesta Salib Suci; (3) Ibadat pada Rekoleksi Guru-guru Sekolah Santo Yoseph Jalan Dwiwarna, Jakarta; (4) Misa Natal di Gereja Kalvari Pondok Gede; (5) Doa tuguran menyambut milenium baru; (6) Seminar tentang Penyembuhan melalui Ekaristi; (7) Misa konselebrasi Penyembuhan melalui Ekaristi; (8) Pengenalan ibadat doa meditatif dan nyanyian dari Taize di Lingkungan-Lingkungan; (9) Misa Penutupan Bulan Maria berupa Doa Rosario Hidup; (10) Ibadat Tobat dalam rangka Pesta Salib Suci; (11) Pengenalan ibadat meditatif dengan nyanyian dari Taize di Gereja Keluarga Kudus Pasar Minggu; (12) Misa-misa tematis: mengenai abortus, perkawinan Katolik, Maria dalam Konsili Vatikan II; dan lainnya.
Jadwal Kegiatan Ibadat/Misa Meditatif dengan Lagu-Lagu dari Taize: |
Senin minggu ke-3 setiap bulannya, pkl. 19.30, di gereja. |
PEMBARUAN KARISMATIK KATOLIK (PKK) TRINITAS
Tahun 1980 untuk pertama kalinya diadakan SHBDR di Paroki Cengkareng sepanjang bulan Oktober sampai November selama 7 minggu berturut-turut. Setelah berlangsung seminar ini kemudian diadakan Persekutuan Doa setiap hari Kamis, pkl. 19.3021.00.
Sejak pemekaran itu, PKK di masing-masing Paroki juga berkembang terus; dan sampai saat ini telah mengalami beberapa kali pergantian Koordinator. Sampai saat ini persekutuan doa PKK di Paroki Cengkareng tetap dilangsungkan pada setiap Kamis malam, jam 19.3021.00. Bertempat di Aula St. Eugenius de Mazenod, penyelenggaraan PKK ini setiap kalinya diikuti oleh sekitar 70 umat.
Mengawali acara PKK dilantunkan pujian dan penyembahan. Setelah itu, umat diajak untuk merenungkan Firman Tuhan yang dibawakan oleh seorang imam atau pewarta awam dari berbagai Paroki dan Kelompok Persekutuan Doa di tanah air. PKK merupakan salah satu kekayaan ibadat dari Gereja Katolik yang antara lain bertujuan melayani umat dalam mengalami Tuhan secara pribadi, melalui Roh KudusNya. Semoga kita selalu membuka hati bagi kehadiran Roh Kudus, yang senantiasa akan menghibur kita, juga dalam melewati lembah yang kelam, jalan licin yang terjal.
Jadwal Kegiatan Pembaruan Karismatik Katolik Trinitas: |
Setiap Kamis, pkl. 19.00, di Aula St. Eugenius de Mazenod |
Terdorong oleh motivasi kuat untuk berdevosi kepada Bunda Maria, kemudian beberapa orang mendirikan presidium (kelompok) pertama yang mengambil nama salah satu gelar Bunda Maria, yaitu Tahta Kebijaksanaan. Atas kerja keras dan usaha yang tiada henti dari para perintislah maka Legio Mariae di paroki ini telah berkembang menjadi 10 presidium.
Legio Mariae, yang harafiahnya berarti Tentara Maria, adalah perkumpulan umat Katolik yang, dengan restu Gereja dan bimbingan kuat Maria Tak Bernoda, telah menggabungkan diri ke dalam suatu laskar untuk bertempur dalam peperangan abadi antara Gereja melawan dunia dan kekuatan jahatnya (Buku Pegangan Bab 1).
Berdiri sejak 1921, organisasi kerasulan awam Katolik ini berpusat di Dublin, Irlandia. Tujuan Legio Mariae adalah kemuliaan Tuhan melalui pengudusan diri para anggotanya dan orang lain, yaitu dengan cara berdoa dan berkarya. Para legioner dipanggil untuk banyak berdoa dan bermatiraga serta melakukan pelayanan kepada sesama, misalnya mengunjungi orang sakit, cacat, dan jompo.
Para legioner juga diutus untuk membantu mereka yang mengalami masalah dalam keluarga. Misalnya, dengan cara menghibur, mendoakan atau pun mengajak mereka ke Pastor Paroki. Selain itu, para legioner juga melakukan tugas-tugas kerasulan lain, membantu para katekis adalah salah satu di antaranya.
Dengan berdoa dan melaksanakan tugas-tugas kerasulan, para legioner belajar untuk semakin melihat dan merasakan kehadiran Allah dalam diri sesamanya. Hal ini diamini oleh para anggota junior dan bapak-ibu. Dengan menjadi anggota Legio Mariae, saya menjadi rajin berdoa, tidak hanya untuk ujud-ujud pribadi, tapi juga untuk kepentingan orang lain, demikian ungkap seorang legioner remaja dari Presidium Bunga Mawar yang Gaib.
Sementara, salah satu anggota presidium senior bapak/ibu menegaskan bahwa Legio Mariae mengembangkan dirinya. Sebelum menjadi legioner ia begitu tertutup dan kuatir dengan lingkungan dan masa depannya. Namun, lewat aktivitas di Legio Mariae, ia belajar menjadi pribadi yang lebih terbuka, penuh syukur dan siap membantu sesama. Kini ia tidak hanya aktif di Legio Mariae, tapi juga di sebuah seksi di paroki. Apa pun yang bisa saya lakukan bagi Gereja akan saya buat, karena saya telah terlebih dahulu menerima segala macam keindahan dari Allah, demikian pengakuannya.
Legio Mariae terbuka bagi setiap umat Katolik yang tergerak melakukan karya kerasulan awam dan bersedia memenuhi setiap kewajiban sebagai anggota Legio Mariae. Kewajiban utama seorang legioner adalah menghadiri rapat mingguan dan menjalankan tugas pelayanan. Dalam rapat mingguan itu mereka memohon kehadiran Roh Kudus, mendoakan rosario, melaporkan tugas kunjungan yang mereka lakukan dan menerima tugas untuk satu minggu yang akan datang. Kewajiban ini hanya berlaku bagi anggota aktif, sedangkan anggota pasif diminta untuk berdoa seluruh rangkaian doa Legio demi intensi kepada Bunda Maria.
Dengan semakin berkembangnya Paroki cengkareng, tuntutan akan pelayanan umat makin besar. Di sanalah Legio Mariae mencoba mengambil bagian dalam tugas-tugas kerasulan dalam Gereja. Oleh karena itu, bagi umat yang tertarik dengan Legio Mariae, silahkan hadir dalam rapat di salah satu presidium yang ada di Paroki Cengkareng.
Nama Presidium | Tempat & Waktu Pertemuan | |
Senior – Tahta Kebijaksanaan | : | Ruang Dewan, Sabtu, pkl. 16.00 |
Senior – Bunda Penasihat Yang Baik | : | Ruang St. Petrus, Sabtu, pkl. 16.00 |
Senior – Ratu Pencinta Damai |
: | Ruang Dewan, Sabtu, pkl. 17.00 |
Senior – Bunda Yang Tersuci | : | Ruang Dewan, Minggu, pkl. 16.00 |
Senior – Bunga Mawar Yang Gaib | : | Depan Ruang Dewan, Minggu, pkl. 16.00 |
Senior – Maria Ratu Para Bangsa | : | Sekolah Bintang Kejora, Sabtu, pkl. 15.00 |
Senior – Bunda Penebus | : | Sekolah Bintang Kejora, Sabtu, pkl. 16.30 |
Junior – Bejana Rohani | : | Susteran ADM, Jumat, pk. 16.00 |
Junior – Pohon Sukacita Kami | : | Gedung Kopdit Lt. 3, Minggu, pkl. 08.00 |
Junior – Ratu Para Malaikat | : | Ruang Dewan, Minggu, pkl. 08.00 |
MARRIAGE ENCOUNTER (ME)
Berikut ini akan diperkenalkan sejarah dan perkembangan ME, serta berbagai aspek dan kegiatan-kegiatannya.
Sejarah dan Perkembangan Weekend (WE) pertama ME di Jakarta dilaksanakan di Evergreen, Puncak pada tanggal 25-27 Juli 1975. Saat itu Tim ME didatangkan dari Belgia, yang terdiri dari Romo Guido Herbout, pasangan suami isteri (pasutri) Inneke & Andre de Hondt dan Simmy & Rene Mues. Jumlah peserta WE pertama tersebut sebanyak 9 pasutri, 2 suster, dan 2 imam (salah satunya adalah Alm. Mgr. Leo Soekoto SJ). Setahun kemudian, tepatnya 7-9 Mei 1976 diadakan WE pertama dalam bahasa Indonesia di Samadi Shalom, Sindanglaya, yang diikuti oleh 10 pasutri dan 2 suster.
Saat ini ME telah berkembang luas di seluruh Indonesia. Di Paroki Cengkareng WE pertama kali diikuti oleh pasutri Valentinus Pramono & Wies pada tahun 1979. Pasutri yang saat ini tinggal di Toronto, Canada – inilah yang pertama sekali menjadi Koordinator Pasutri Paroki (Korpar) di Paroki Cengkareng, dan mengembangkan ME di sini.
Program ME disusun sedemikian rupa untuk memberi pasutri kesempatan guna mengevaluasi hidup mereka bersama suatu waktu untuk membagi perasaan-perasaan, harapan, kekecewaan-kekecewaan, sukacita dan frustrasi-frustrasi mereka. Juga merupakan kesempatan untuk menjalankan semua ini secara terbuka dan jujur dengan satu-satunya orang yang mereka pilih sebagai partner seumur hidup.
Tekanan ME terletak pada komunikasi antara suami-isteri yang mau melewatkan satu akhir pekan bersama, jauh dari gangguan serta ketegangan-ketegangan hidup sehari-hari dan mau memusatkan perhatian pada diri mereka berdua.
WE ME bukan retret atau lokakarya perkawinan atau kerja kelompok tentang kepekaan. WE ME adalah pendekatan unik yang terarah pada menghidupkan kembali Perkawinan Kristiani. WE adalah suatu kesempatan khusus untuk suami dan istri guna menemukan kembali diri mereka berdua dan bersama-sama memfokuskan relasi mereka selama satu akhir minggu penuh. Sudah selayaknya kita menaruh perhatian pada perkawinan kita.
ME diperuntukkan bagi pasutri yang ingin memperkaya perkawinan mereka. WE dirancang untuk memperluas dan memperdalam sukacita mereka, baik yang sudah menikah lama atau baru beberapa tahun saja. ME diperuntukkan juga bagi imam-imam dan biarawan-biarawati yang ingin menghidupkan kembali relasi mereka dengan
umat Allah dan mengembangkan penghargaan yang makin dalam akan panggilan mereka.
Apa yang terjadi pada WE ME? Suasana yang diciptakan pada WE membawa pasutri untuk memfokuskan perhatian istimewa satu sama lain. Suatu seri presentasi disampaikan oleh tim yang terdiri dari pasutri yang terlatih dan seorang pastor. Tiap presentasi memberi kepada diri suami dan diri isteri kesempatan untuk mengamati diri sebagai individu dan juga relasi satu sama lain serta relasi dengan Allah dan orang lain. ME bertitik-tolak dari cinta pasutri terhadap pasangannya dan membantu untuk membangun cinta itu, memperluas dan memperdalam relasi itu. WE menunjukkan cara bagaimana melaksanakan ini dan juga membekali pasutri dengan sarana. Yang diperlukan untuk mengikuti WE ME adalah bakat untuk mencintai dan dambaan untuk menciptakan perkawinan yang lebih baik lagi.
Apakah privasi suami-isteri dijaga baik-baik? Ya! ME menekankan komunikasi antara suami-istri melalui pengalaman WE yang bebas dari segala gangguan dan tegangan sehari-hari. Pasutri berkonsentrasi pada pasangannya dengan intensitas sedemikian sehingga pasutri hampir tidak sadar akan kehadiran pasangan-pasangan lain yang ikut WE itu. Presentasi-presentasi diberikan kepada seluruh kelompok. Setelah tiap presentasi, suami dan isteri punya waktu pribadi di kamarnya untuk sharing pribadi dengan memakai teknik-teknik komunikasi yang sedang dipelajari selama WE. Tidak ada diskusi kelompok.
Bagaimana memperkaya perkawinan? Perbedaan mendasar antara perkawinan yang baik, yang sedang-sedang dan kurang baik, terletak pada tingkat komunikasi suami dan isteri. Dalam perkawinan, ada kalanya kita hanya mengandalkan satu sama lain dan mengandalkan relasi kita. Dalam WE kita diberi kesempatan untuk secara segar mengamati perkawinan kita dan prioritas-prioritas kita. Kita belajar suatu teknik komunikasi yang memungkinkan dan mendorong kita untuk menjelajahi bidang-bidang penting dalam hidup kita bersama dengan semangat cinta dan pengertian. Pengalaman WE memberi kepada setiap pasangan suatu pandangan, sarana dan kepercayaan untuk memperkaya relasi perkawinan mereka dan memperkuat cinta mereka satu sama lain. Bagi banyak pasangan, WE merupakan salah satu pengalaman yang paling berarti dalam hidup mereka.
ASOSIASI MISIONARIS MARIA IMAKUATA (AMMI)
Bersama dengan para Oblat, para anggota AMMI menjadi mitra kerja yang erat dalam doa maupun dalam karya. Para anggota AMMI diharap mengembangkan iman pribadi agar menjadi Umat Allah yang hidup.
Beberapa wujud nyata peran serta anggota AMMI adalah saling mendoakan antar anggota AMMI, serta antar Misionaris OMI dan anggota (Direktur AMMI setiap tanggal 515 mengadakan misa khusus untuk para anggota); ikut serta menyuburkan panggilan dalam Gereja, dan mendorong kaum muda untuk menjadi Misionaris OMI; menyumbang secara sukarela dan tulus hati dalam bentuk tenaga, pemikiran, atau dukungan lain dalam mengembangkan karya Misionaris OMI.
AMMI di Paroki Cengkareng dimulai pada tahun 1991 oleh Romo John O Doherty, OMI sebagai Direktur AMMI saat itu. Banyak aktivis dan tokoh umat yang mendukung berdirinya AMMI. Beberapa kegiatan AMMI di Gereja Trinitas antara lain: mengadakan seminar/pameran panggilan, seminar spiritualitas Eugenius de Mazenod, rekoleksi, doa bersama di depan Gua Maria/di gereja, perayaan St. Maria Dikandung Tanpa Noda (pelindung Konggregasi OMI), pameran foto karya OMI, bazar 25 tahun OMI, pementasan drama, bertanggung-jawab atas liturgi Jumat pertama, mengkoordinir ziarah ke Gua Maria, mengambil bagian dalam panitia tahbisan imam atau sambutan imam baru, mengadakan novena orang sakit, ikut menyiapkan buku litani, memperkenalkan St. Eugenius de Mazenod kepada anak-anak SBI, membuat buku novena
St. Eugenius de Mazenod untuk paroki yang dilayani oleh OMI di Indonesia, mengadakan pameran panggilan dan pertemuan mudika paroki, ikut serta dalam peringatan hari raya OMI.
Siapa yang bisa mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan AMMI ? Setiap umat bisa mendukung serta terlibat aktif dalam doa dan karya sesuai dengan bagian/fungsi masing-masing, meskipun belum menjadi anggota.
AMMI telah ada di beberapa paroki di Indonesia yang dilayani oleh Konggresasi OMI, yaitu Paroki Cilacap, Balikpapan, Semarang dan Banyumas. Tuhan telah memulai dan terus melakukan hal-hal yang baik. Semoga di dalam terang Roh Kudus, AMMI dan OMI senantiasa saling mendoakan dan saling mendukung dalam karya, sesuai dengan semboyan Bapa Pendiri Kongregasi OMI (St. Eugenius de Mazenod) yang berasal dari Perancis, hidup 17821861 dan dikanonisasi pada tanggal 3 Desember 1995 Aku diutus Tuhan untuk menyampaikan kabar baik kepada kaum miskin .
Jadwal Kegiatan AMMI: |
Misa AMMI, Senin ke-2 setiap bulan, pkl. 19.30, di gereja. |
Seperti yang telah kita ketahui bersama, era globalisasi dalam industrialisasi yang kini telah mewabah di Indonesia menyebabkan timbulnya urbanisasi ke daerah-daerah industri, seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya, dan lain-lain. Jakarta, sebagai ibukota negara dan pusat industri di Indonesia, merupakan daerah tujuan urbanisasi yang utama. Tidak bisa kita pungkiri bahwa setiap tahun, arus urbanisasi selalu bertambah deras, terutama urbanisasi ke Jakarta, karena sebagian besar orang menganggap Jakarta sebagai satu-satunya penyedia, lahan pekerjaan yang menjanjikan. Tragisnya, sebagian besar dari urban itu bekerja sebagai buruh di sektor-sektor industri (pabrik), sebagian lagi di restoran, pertokoan, dan sektor lain. Mereka harus menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk bekerja, dari pagi sampai malam, atau dari malam sampai pagi, dengan berbagai macam peraturan yang mengikat. Karena kondisi itulah, banyak dari urban tersebut yang menghadapi dan menemui kesulitan/masalah, baik berkaitan dengan finansial, rohaniah, maupun sosial.
Dalam masalah finansial, para buruh terbentur pada masalah gaji, taraf hidup, dan masalahmasalah pekerjaan. Dalam masalah rohaniah, para buruh harus berhadapan dengan masalah kurangnya waktu dan kesempatan untuk meningkatkan kehidupan rohani mereka. Dalam masalah sosial, buruh-buruh yang kebanyakan hidup sendiri di perantauan, tentunya juga memerlukan suatu bentuk relasi atau komunikasi dengan pihak lain. Karena kurangnya komunikasi atau relasi dengan sesama yang seiman, telah terjadi banyaknya kawin campur atau adanya warga Katolik yang pindah agama.
Melihat situasi dan kondisi para buruh/pekerja seperti tersebut di atas, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yang saat itu di bawah kepemimpinan Uskup Agung Mgr. Leo Soekoto, SJ (alm), merasa prihatin dan berkewajiban untuk turut memikirkan dan memperhatikan para buruh, khususnya yang beragama Katolik. Sebagai tindak lanjutnya, KAJ merealisasikan satu lembaga yang langsung berada di bawah kontrol PSE-KAJ, yaitu Lembaga Daya Dharma (LDD). Melalui lembaga ini, KAJ ingin memperhatikan dan ikut membantu para pekerja di seluruh Jabotabek.
Pada tahun 1992 dibentuklah satu paguyuban yang tersebar di seluruh Jabotabek, dengan nama Paguyuban Pekerja Katolik (PPK). PPK ini tersebar di Tangerang-Jatake (Tiga Raksa, Balaraja, Cikupa, Keroncong, Cimone, Cikande, Cikoneng, Cengkareng), Tanjung Priuk, Bekasi (Cikarang, Cilincing, Sunter), dan Bogor (Cilengsi).
Dari tahun 1992-1996, PPK di masing-masing daerah didampingi oleh suster atau frater. Hasil pendampingan itu cukup menggembirakan. Program-program kerja yang telah disusun dapat berjalan dengan lancar dan baik. Pada tahun 1997, LDD telah menyerahkan PPK kepada masing-masing paroki untuk membawahinya dan memasukkannya ke dalam kelompok kategorial untuk mempermudah penanganan dan pengontrolannya, juga agar PPK semakin dekat dengan pihak Gereja. Sejak itu, PPK Cengkareng mulai mengembangkan kegiatannya dengan ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan di Gereja Trinitas.
Pada era reformasi (sekitar tahun 1999), LDD melihat bahwa perhatian tidak cukup hanya diberikan kepada pekerja Katolik saja. Sejak itu, PPK mulai melebarkan ruang lingkup anggota dan kegiatannya. PPK mulai berusaha untuk tidak membawa bendera Katolik dalam berbagai kegiatan yang bersifat universal, lalu nama Paguyuban Pekerja Katolik (PPK) kemudian diubah menjadi Komunitas Pekerja dan ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada pekerja Katolik saja, namun boleh beranggotakan pekerja dari golongan/agama apapun. Dengan perubahan ini, LDD menganggap bahwa Komunitas masih memerlukan pendampingan untuk kegiatan-kegiatan perburuhan, pelatihan-pelatihan dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan kualitas buruh. Maka, setiap komunitas (termasuk Komunitas Cengkareng) kembali di bawah pendampingan LDD yang juga bertindak sebagai fasilitator semua kegiatan Komunitas.
Kegiatan-kegiatan yang diprogramkan dan dilakukan oleh Komunitas Cengkareng meliputi bidang perburuhan, kewirausahaan dan ketrampilan, kerohanian, sosial dan kesehatan, olahraga. Setiap bidang kegiatan tersebut dikoordinir oleh masing-masing seksi.
Beberapa contoh kegiatan yang pernah dilaksanakan oleh Komunitas Cengkareng adalah: (1) Analisis social; (2) Penyuluhan hukum perburuhan; (3) Penyuluhan komunitas basis; (4) Penyuluhan tentang pengupahan; (5) Pelatihan fasilitator (how can we be a fasilitator); (6) Pelatihan perkoperasian; (7) Pelatihan kepemimpinan; (8) Kursus bahasa Inggris; (9) Natal bersama buruh se-Jabotabek; (10) Renungan adven dan prapaskah; (11) Ziarah ke Goa Maria; (12) Aksi Nyata Paskah; (13) Aksi Peduli Sesama Lebaran-Natal; (14) Latihan koor; (15)Rekoleksi dan retret.
PAGUYUBAN LANSIA STA. THERESIA AVILLA
Paguyuban Lansia Gereja Katolik Trinitas Paroki Cengkareng yang diresmikan pada tanggal 7 Mei 2000 oleh Dewan Paroki Cengkareng dengan memilih St. Theresia dari Avilla sebagai pelindungnya. Hal ini mengandung harapan agar lansia Gereja Trinitas dalam hidup menggerejanya dapat meniru kerendahan hati, semangat, keteguhan, dan ketaatan yang telah ditunjukkan/diteladankan oleh St.Theresia dari Avilla. Meskipun dalam keadaan sakit menahun, St. Theresia dari Avilla masih terus berkarya dan berusaha agar dirinya berguna untuk orang lain.
Berbagai kegiatan dilakukan oleh dan untuk Lansia – yang sebelumnya pernah disebut Manula (Manusia Usia Lanjut) atau ada juga yang menyebut Wulan (Warga Usia Lanjut) – dengan bantuan dan pendampingan Dewan Paroki, Ibu-ibu WK, dan Seksi-seksi yang ada di Paroki antara lain: (1) Perayaan Natal Lansia; (2) Misa Hari Orang Sakit sedunia; (3) Misa Yubileum Lansia; (4) Misa Syukur merayakan Hari Lansia Nasional bersama Lansia se-Dekenat Jakarta Barat II KAJ, yang dilaksanakan bersamaan dengan pelantikan Dewan Pengurus Paguyuban Lansia Dekenat Jakarta Barat II; (5) Rekoleksi untuk para Lansia; (6) APP Lansia; (7) Doa Rosario; (8) Kunjungan ke Panti Jompo; (9) Menghadiri undangan kegiatan Lansia di Paroki lain di Dekenat Jakarta Barat II.
KELOMPOK LINGKUNGAN HIDUP
Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4
Sebagai Kelompok yang baru terbentuk di Paroki ini, Kelompok Lingkungan Hidup (KLH) berharap dapat menjelaskan kepada seluruh umat di Paroki Cengkareng bahwa barang-barang yang ada di sekitar itu masih bisa dimanfaatkan entah itu manfaat untuk diri sendiri atau untuk dijual. Contoh kecilnya adalah sampah-sampah yang bisa diolah menjadi kompos. KLH sudah mulai memberdayakan umat dalam hal pengelolaan sampah, dan terus berupaya untuk menanamkan pemikiran bahwa semua barang – termasuk sampah – itu ada nilainya, jangan dibuang begitu saja. Dalam jangka pendek, KLH mengharapkan peranserta orang muda dalam program ramah lingkungan, mengajak para orang muda untuk ramah terhadap sampah-sampah.
BALAI PENGOBATAN SAMARIA (DAHULU PELAYANAN KESEHATAN TRINITAS)
Pelayanan kesehatan merupakan suatu kebutuhan pokok masyarakat, karena itu pelayanan kesehatan yang memadai dapat dipandang sebagai salah satu aspek penting dari keadilan sosial. Bagi mereka yang berstatus sosial tinggi, mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai mungkin tidaklah sulit, karena hal itu dapat dicapai melalui asuransi kesehatan yang dimiliki, ataupun langsung berobat ke dokter yang dikehendaki sesuai dengan kemampuan mereka. Tetapi bagaimana dengan mereka yang sakit dan kurang mampu? Seperti anak pemulung yang terinfeksi tetanus melalui luka kakinya di tempat pembuangan sampah, jika mereka tidak bertemu dengan orang mampu yang baik hati, sulit dibayangkan kesehatan mereka pulih kembali. Terkadang sanak-saudara penderita hanya melantunkan doa kepasrahan untuk mengurangi beban penderitaan si sakit. Fenomena ketidakberdayaan ini mengindikasikan secara jelas betapa masyarakat miskin membutuhkan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang berkesinambungan.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan sebab sejak 5 Mei 1998 di Gereja kita telah diadakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan bagi masyarakat yang tidak mampu, tanpa membedakan suku, golongan dan agama. Pelayanan kesehatan yang diberikan bukan bersifat komersial, namun bersifat sosial. Dokter melayani dengan sukarela tanpa menerima jasa pelayanan medis, begitupun para relawan/ti lain yang melayani di Tim Pelayanan Kesehatan. Pada awal pelayanan kesehatan ini, hanya ada 2 orang dokter umum yang meluangkan waktunya untuk melayani. Seiring dengan perkembangannya, saat ini tim tenaga medis berjumlah 21 orang dokter yang terdiri dari dokter spesialis syaraf, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis penyakit dalam/internis, dokter spesialis kejiwaan/psikiater. Pelayanan ini dibantu pula oleh 2 orang perawat, 3 orang bidan, dan 1 orang apoteker, serta sejumlah ibu-ibu yang membantu di bagian pencatatan data dan pelabelan obat.
Pelayanan Kesehatan Trinitas yang kini disebut Balai Pengobatan Samaria berkembang semakin luas. Di bawah payung Yayasan Sosial Dharma Kasih, pelayanan yang semula hanya ditujukan bagi umat Gereja ini kini telah pula merentangkan tangannya untuk menjangkau semua lapisan masyarakat tanpa pandang agama, suku, dan ras,. Para pasien pun berdatangan dari berbagai sudut kota Jakarta dan Tangerang, bahkan ada pula yang berasal dari Bekasi, Depok, Bogor, dan daerah Pulau Jawa lainnya.
Ketika ditanya alasan mereka berobat jauh-jauh ke Cengkareng padahal di dekat tempat tinggal mereka juga tersedia klinik-klinik murah yang cukup baik bahkan Puskesmas yang melayani pengobatan paru-paru secara gratis mereka menyatakan bahwa saudara atau temannya mengalami kesembuhan setelah berobat di Pelayanan Kesehatan Trinitas, dan mereka ini yang sudah berobat ke mana-mana dan tak kunjung sembuh ingin pula memperoleh kesembuhan.
Sejak awal tahun 2005, Balai Pengobatan Samaria mencoba untuk melebarkan pelayanannya dengan karya-karya sosial di luar Paroki bahkan di luar Jakarta. Tercatat BP Samaria membantu para korban bencana alam tsunami di Aceh dan Nias yang terjadi pada akhir tahun 2004; datang ke Sintang di Kalimantan Barat dan menembus pedalaman Putus Sibau di wilayah yang sama; Kembali ke Nias setelah gempa bumi kembali mengguncangnya; Menjelajah Propinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya masuk ke daerah pedalaman sekitar Kupang dan Atambua; menolong para korban gempa bumi Yogyakarta; menolong para korban banjir besar di Jakarta, dan lainnya.
Tujuan BP Samaria memperluas pelayanannya hingga ke luar Jakarta adalah untuk membantu Paroki-Paroki lain, khususnya yang ada di pedalaman, dalam hal mutu dan tingkat kesehatan. Dari kunjungan-kunjungan yang telah dilaksanakan, BP Samaria mencatat betapa banyak rakyat Indonesia yang tidak mendapatkan kesempatan untuk hidup sehat, betapa penanganan medis sangat amat dibutuhkan masyarakat pedalaman, dan betapa kita sebagai pengikut Kristus harus lebih berani lagi menebarkan kasihNya di tempat-tempat yang tidak terjamah.
Jadwal Kegiatan Pelayanan Kesehatan Trinitas/Balai Pengobatan Samaria: |
Setiap Jumat dan Sabtu: Pkl. 09.00 – selesai |
Pendaftaran mulai pkl. 08.00 |
KOMUNITAS EVANGELISTA
Kasih, Evangelisasi, dan Persekutuan
Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4
Komunitas Evangelista merupakan kelompok kategorial khas Paroki Trinitas, Cengkareng. Khas karena berasal dan lahir di Paroki ini dan terlebih khas dalam bidang pelayanan yang dititikberatkan, yakni bidang evangelisasi.
Pada mulanya adalah Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) Angkatan V yang diselenggarakan pada September 2003-Mei 2004 di Paroki Trinitas, Cengkareng yang diikuti oleh 189 peserta. Dari peserta yang lulus, sebanyak 73 orang langsung berkomitmen untuk melayani sebagai Panitia Penyelenggaraan KEP Angkatan VI, tahun 2004 – 2005. Setelah berhasil baik menjalankan tugas Kepanitiaan KEP Angkatan VI dengan jumlah 321 peserta yang berlangsung selama 9 bulan tersebut, persaudaraan kelompok ini menjadi kian erat dan makin saling mengenal. Kelompok Panitia ini sepakat untuk tidak bubar! Lebih jauh, bahkan beritikad melanjutkan kebersamaan dan melayani Gereja! Pertemuan rutin setiap bulan pun bergulir dari satu rumah ke rumah lain dari para anggota kelompok yang mengambil bentuk ibadat sabda, arisan keluarga, dan perjamuan sederhana. Setelah rutin menjalani pertemuan maka, dalam rapat pleno kelompok pada 27 Januari 2006 secara resmi lahirlah komunitas ini karena pada tanggal tersebut kelompok ini mantap berkomitmen untuk rutin bersekutu dan melayani Gereja. Pada saat itu, komunitas belum menetapkan nama resminya.
Nama, visi, dan misi komunitas ini ditetapkan tepat 2 tahun setelah hari jadinya, yaitu pada tanggal 27 Januari 2008. Komunitas ini sepakat menamai dirinya Komunitas Evangelista karena cikal bakal terbentuknya adalah dari program evangelisasi. Evangelista berasal dari kata Evans yang berarti mewartakan, sehingga Evangelista berarti pewarta keselamatan. Komunitas ini teguh mau menjadi pewarta keselamatan yang pertama-tama melalui diri pribadi yang kemudian akan terpancar ke keluarga dan komunitas, Lingkungan dan Paroki, serta Keuskupan dan masyarakat luas.
Visi Komunitas Evangelista adalah menjadi komunitas religius Katolik dengan persaudaraan kasih yang erat, yang peduli dan berkontribusi terhadap kemajuan evangelisasi Gereja, dengan berlandaskan pada amanat perutusan Yesus Kristus (Mat 28:18-20).
Misi Komunitas Evangelista adalah membangun komunitas religius yang meneladani Yesus Kristus, yang saling mengasihi dan saling melayani untuk terus mengembangkan spiritualitas diri, sehingga dapat berguna bagi keluarga dan komunitas, lingkungan dan paroki, serta keuskupan dan masyarakat.
Nilai-nilai utama yang ingin diperjuangkan oleh Komunitas Evangelista adalah KEP yaitu Kasih, Evangelisasi, dan Persekutuan, lebih rinci:
* Menjunjung tinggi persaudaraan kasih dengan meneladani Yesus Kristus.
* Mengembangkan potensi spiritualitas yang secara khusus diarahkan pada kemajuan evangelisasi.
* Menjadi wadah persekutuan religius yang beribadat dan terbuka bagi semua orang untuk berkomunitas.
Dengan tujuan agar karya dan pelayanan Komunitas Evangelista sesuai dengan reksa pastoral Paroki Trinitas, melalui pemaparan latar belakang, visi, misi, dan nilai utama komunitas ini oleh Agustinus Tjandra, F.A. Freddy Gandasuteja, Margaretha Muyana, dan Gregorius Junus kepada Pastor Kepala Paroki, maka pada pertemuan 31 Mei 2008 tersebut Komunitas Evangelista mendapatkan lampu hijau dari Pastor Peter Kurniawan Subagyo, OMI. Setelah blessing tersebut, Komunitas Evangelista selanjutnya terdaftar sebagai kelompok kategorial termuda dalam buku Profil Dewan Paroki Pleno Paroki Trinitas Periode 2008-2011.
Sejak terbentuknya, Komunitas Evangelista telah melayani Paroki dengan beberapa program, antara lain:
(1) Panitia Rekoleksi Dewan Paroki Pleno Paroki Trinitas Periode 2008-2011
(2) Penyusunan Buku dan CD Profil Dewan Paroki Pleno Paroki Trinitas Periode 2008-2011
(3) Up-load Profil Dewan Paroki Pleno Paroki Trinitas Periode 2008-2011 di Website Trinitas
(4) Bakti Sosial Komunitas Evangelista Tahun 2009 di Yayasan Bhakti Luhur
(5) Bekerjasama dengan WKRI Trinitas dan PKK Trinitas dalam program Kursus Mendoakan Orang Sakit Tahun 2009
Kegiatan internal komunitas pun terus berlangsung seperti pertemuan rutin setiap bulan, ziarek dan jalan salib, rekreasi rohani ke Wisma Erema dan pulau Untung Jawa, dan kegiatan lainnya.
Komunitas Evangelista mengundang siapa saja yang tertarik, terdorong, dan peduli untuk pelayanan gerejawi, komunitas ini terbuka bagi umat serta penguruslingkungan dan wilayah, seksi dan bagian, kelompok dan kategorial,termasuk dewan paroki di lingkup Paroki Trinitas, Cengkareng maupun lingkup Keuskupan Agung Jakarta untuk bekerjasama dan berkontribusi khususnya bagi kemajuan evangelisasi Gereja.
Komunitas Evangelista
Sekretariat:
Citra 2 Blok K1/3, Jakarta 11830
Telp.: (62-21) 544-4041 Fax.: (62-21) 544-2454
Email: [email protected]
PANITIA APP
Paroki Cengkareng telah berkembang sangat pesat. Jumlah umat bertumbuh sejalan dengan berkembangnya perumahan di seputar Gereja ini, yaitu Perumahan Citra Garden City, Taman Surya, Taman Kencana, Taman Palem Lestari, Puri Gardenia, City Resort, dan lain sebagainya.
Untuk mengantisipasi bertambahnya jumlah umat, Paroki Cengkareng bersama dengan Keuskupan Agung Jakarta telah mencanangkan pembangunan gereja baru yang terletak di depan Perumahan Citra Garden City 3, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat. Usaha pembebasan tanah dan perubahan peruntukan menjadi sarana beribadah mulai dilakukan sejak tahun 2001 dan telah selesai. Usaha penggalangan dana dari umat juga sudah dimulai sejak 2-3 tahun yang lalu lewat kolekte ke-2 di setiap Misa.
Pada bulan Januari 2003, Dewan Paroki Trinitas, Cengkareng, menunjuk Tim Formatur dengan tugas khusus membentuk Panitia Pembangunan Gereja (PPG). Tim Formatur ini terdiri dari F.X. Bing S. Chandra sebagai Ketua, J. Heri Adisena sebagai Sekretaris, dan A.M. Wilson Hasyim sebagai Anggota.
Pada tanggal 19 Februari 2003, dalam rapat Dewan Paroki Harian, telah ditetapkan Pengurus Inti PPG yang dilantik dalam Misa Kudus pada tanggal 2 Maret 2003 oleh Romo G. Basir Karimanto, OMI.
Masa kerja Tim PPG ini adalah bermula sejak tanggal pelantikan sampai selesainya pembangunan gedung gereja baru dan kapel Dadap di Wilayah 41 (Dadap) yang kini telah terwujud. Sejak pelantikan, PPG telah melaksanakan beberapa langkah awal seperti penyusunan program kerja masing-masing seksi, pendekatan ke masyarakat/tokoh masyarakat sekitar gereja baru oleh Seksi Humas dan Perizinan, mempelajari segala surat yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan, dan lainnya. PPG yang dikenal sebagai PPG Sta. Maria Imakulata telah merampungkan tugas utamanya, yaitu menggalang dana dan membangun Gereja Sta. Maria Imakulata yang telah diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta, Bpk. Fauzi Bowo, pada Sabtu, 08 September 2012.
Lewat Surat Keputusan Dewan Paroki Trinitas bernomor 034/DP/SK/VI/2012 tertanggal 01 Juni 2012, Dewan Paroki mengganti nama PPG menjadi Panitia Pengembangan Paroki Trinitas (P3T) dengan lingkup tugas antara lain pembelian dan pembangunan lahan parkir gereja Trinitas, renovasi gereja Trinitas, pembangunan pastoran gereja Trinitas, dan menyelesaikan pembangunan gereja Sta. Maria Imakulata selanjutnya.
(Sumber: Sabitah no. 3, 2003 – dengan penyesuaian seperlunya; Wapita 05 April 2009 dan Wapita 05 Agustus 2012)
YAYASAN DHARMA KASIH
Dalam usaha untuk mewujudkan visinya, YSDK mengelola 2 proyek sosial. Kedua proyek sosial ini bergerak dalam bidang pendampingan dan pengembangan ketrampilan anak-anak sekolah dari keluarga miskin. Selain itu, Yayasan juga menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin secara semi karitatif.
Proyek Kesejahtareaan Keluarga KINCIR dimulai 01 Mei 1981. Dalam melakukan pelayananya, Proyek Kincir menempati bangunan milik PGDP Trinitas Cengkareng di daerah Cengkareng Bedeng. Pada awalnya, Proyek Kincir melayani keluarga-keluarga miskin di Kelurahan Cengkareng Timur, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Sejak tahun 1994, Proyek Kincir juga membuka pelayanan pendampingan keluarga-keluarga miskin di Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Secara bertahap, Proyek Kincir sedang melaksanakan proses pemandirian untuk kedua kelurahan tersebut, dan mulai mengadkan penjajakan un tuk pindah ke kelurahan lain yang dipandang lebih membutuhkan bantuan. Proyek Kincir sekarang ini mendampingi lebih dari 967 keluarga miskin.
Proyek Kesejahteraan Keluarga TUNAS KASIH diterima YSDK pada 31 Agustus 1990 sebagai pelimpahan Proyek Tunas Mekar dari Paroki Kristoforus, Grogol. Setelah bernaung di bawah YSDK, proyek ini diganti namanya menjadi Proyek Kesejahteraan Keluarga TUNAS KASIH.
Proyek ini mendampingi sekitar 700 keluarga miskin dari Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Pada bulan April 2004, Proyek Tunas Kasih mulai mendampingi keluarga-keluarga miskin dari wilayah Kelurahan Jamal, yang terletak di pesisir Pantai Utara Teluk Jakarta.
Dalam menjalankan pelayanannya, YSDK menjalin kerjasama dengan Dinas Sosial, Direktorat Sosial Politik, Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial, aparat Kelurahan dan para tokoh masyarakat untuk mendapatkan izin operasional di lapangan. Sedangkan untuk pendanaan seluruh kegiatan, YSDK menjalin kerjasama dengan Christian Children’s Fund (CCF) Indonesia dan donatur lokal. Sampai sekarang YSDK melaksanakan proyek dari CCF.
Kelompok sasaran dari proyek-proyek YSDK adalah: (1) anak usia 10 tahun ke bawah; (2) anak yang kekurangan gizi; (3) anak yatim dan atau piatu, cacat, terlantar, anak jalanan, anak korban kekerasan, dll; (4) anak dan keluarga yang tidak memiliki akses untuk melakukan usaha produktif dan tinggal di rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Program-program yang dilaksanakan oleh YSDK adalah:
(1) Bidang Kesehatan yang meliputi pengobatan, pendidikan kader, penyuluhan, imunisasi, perbaikan gizi dan perbaikan sarana sanitasi seperti MCK sehat, rumah sehat, lingkungan sehat, penanggulangan bencana banjir.
(2) Bidang Pendidikan yang meliputi bantuan uang sekolah, taman bacaan, kursus komputer dan kursus menjahit untuk remaja putus sekolah dan ibu rumah tangga, kelompok bermain balita.
(3) Peningkatan Pendapatan yang meliputi permodalan bagi keluarga, pembuatan KTP, SIM, dan akte kelahiran.
Dalam mewujudkan visi dan misinya lewat proyek-proyek tersebut, YSDK melibatkan keluarga-keluarga miskin yang menjadi sasaran program untuk berpartisipasi aktif, baik dalam penilaian kebutuhan maupun pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian program. Mereka juga diajak untuk memanfaatkan dana secara hati-hati dan bijaksana agar dapat memberi hasil maksimal. Tenaga pelaksana adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang karya sosial dan telah terlatih di bidang pelayanan sosial kemasyarakatan.
Proyek Kesejahteraan Keluarga KINCIR
Jl. Kincir Raya No. 2
Cengkareng Timur
Jakarta Barat
Telp. 619 21 05
Proyek Kesejahteraan Keluarga TUNAS KASIH
Jl. Peta Utara I/55
Pegadugnan, Kalideres
Jakarta Barat
Telp. 541 64 43
Awal tahun 1970-an Romo Albrecht Karim Arbie SJ, sebagai Ketua Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) memperkenalkan, mendampingi, dan mengembangkan Koperasi Kredit di KAJ. Sejak pertengahan 1977 banyak umat di Paroki Cengkareng yang datang kepada Romo, Bapak R.A. Tjuk, atau Ibu C. Sumarsih untuk meminta bantuan dana pembeli obat, kontrak rumah, biaya sekolah, biaya untuk pulang ke daerah, dll. Beberapa di antara mereka membawa ijasah, surat tanah, dan surat berharga lainnya sebagai jaminan. Akhirnya disepakati dan dibuat strategi, agar seseorang yang memerlukan bantuan dana dan datang kepada Romo dialihkaan kepada Bapak R.A. Tjuk atau Ibu C. Sumarsih yang sejak pertengahan 1977 menangani Seksi Sosial Paroki.
Sebagai keluarga kami iba menghadapi mereka yang datang karena kebutuhan yang mendesak. Masalahnya juga dilematis dan cukup banyak permintaan yang diragukan kebenarannya, terbukti pula ada beberapa kali terjadi penipuan ala Jakarta. Akhirnya bantuan langsung dibelikan materinya seperti tiket, menebus obat dari resep yang ada, dan lainnya.
Permintaan bantuan semakin banyak dan pastilah kewalahan untuk dipenuhi. Saat itu ada inisiatif untuk mendirikan Koperasi Kredit saja, supaya umat belajar mandiri secara ekonomis, memiliki mental berkelimpahan, bukan berkekurangan nyadong, saling membantu, dan mereka tidak terus tergantung pada bantuan karitatif. Beberapa tokoh umat akhirnya didekati untuk membahas berdirinya Credit Union. Ide itu kemudian sampai kepada Romo Petrus Mc Laughlin, OMI yang pada saat itu menjabat sebagai Pastor Kepala Paroki. Ide CU dibahas dalam Rapat Dewan Paroki, dua dari anggota Dewan Paroki dengan berbagai alasan tanpa kompromi dan dengan keras serta tegas menolak pembentukan Koperasi Kredit. Alasan yang paling ditekankan adalah bahwa umat yang berhutang dan tidak mampu membayar nantinya akan malu/tidak ke gereja. Sebaliknya, beberapa anggota Dewan Paroki lainnya pun mengemukakan berbagai argumentasi. Sementara itu satu orang lainnya tetap bermimpi akan kehadiran Credit Union di Paroki ini. Pastor Kepala mencermati adu argumentasi itu dengan bijak. Dalam Rapat Dewan Paroki berikutnya bahasan semakin memanas. Mimpi pada kemandiriaan umat untuk mengatasi berbagai kesulitan, permasalahan dan kebutuhan akan dana merupakan sesuatu yang mendesak, sementara itu sumber dana sangat terbatas. Sayang, kedua anggota Dewan Paroki yang menolak itu tetap pada pendiriannya. Akhirnya Romo Petrus McLaughlin, OMI menyetujui pembentukan Credit Union di Paroki Cengkareng dalam kondisi ketidaksepakatan dari dua anggota Dewan Paroki.
Saat itu Dewan Paroki menugasi seorang anggotanya untuk mendampingi Credit Union. Lalu dilakukan inventarisasi calon pengurus. Para Ketua Seksi Sosial Lingkungan praktis mendukung dan langsung menjadi anggota Credit Union. Rapat peminat CU diadakan dan terbentuklah kepengurusan pertama pada tanggal 27 November 1978
Anggota pertama terdiri dari 12 orang di luar pengurus dan mereka segera menginventarisasi dan memburu calon anggota lainnya. Pendidikan pertama diadakan oleh Tim CUCO (Credit Union Conselling Office) yang diikuti oleh 25 peserta. Credit Union tertatih menghadapi banyak kendala. Untung Malaikat Penolong datang tepat waktu. Romo James Kalchthaler, MM dating dari Filipina. Beliau sudah berpengalaman dan sangat memahami manfaat dari Koperasi Kredit, dan sangat mendukung kehadiran Koperasi kredit di Paroki Cengkareng.
Credit Union yang lahirnya dibidani oleh Seksi Sosial Paroki sudah ber-Badan Hukum sejak tahun 1994. Dalam peziarahannya, Koperasi Kredit Gereja Katolik Trinitas yang diberi nama Usaha Sejahtera tidak cukup hanya ditangani oleh Pengurus. Maka sejak tahun 1993 diangkat seorang Manager dengan lima orang staf.
Agar umat lebih dapat mendalami manfaat dari Koperasi Kredit, berikut disajikan informasi singkatnya:
Koperasi Kredit adalah sekumpulan orang, dalam satu ikatan pemersatu, yang bersepakat untuk menabungkan uangnya secara bersama-sama, sehingga tercipta modal bersama yang dapat dipinjamkan di antara mereka sendiri, dengan bunga yang layak untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.
Tujuan Koperasi Kredit adalah (1) Membimbing dan mengembangkan sikap menghemat di antara para anggotanya; (2) Memberikan pinjaman cepat, dan tepat dengan bunga yang layak; (3) Mendidik anggota dalam hal menggunakan uang secara bijaksana.
Prinsip-prinsip Koperasi Kredit: (1) Keanggotaan sukarela dan terbuka; (2) Pengendalian oleh anggota secara demokratis – one man one vote; (3) Partisipasi ekonomi anggota; (4) Otonomi dan kebebasan; (5) Pendidikan, pelatihan, dan informasi; (6) Kerjasama di antara koperasi; (7) Kepedulian terhadap masyarakat.
Sejak terbentuknya Dewan Paroki yang pertama di Cengkareng, wanita-wanita Katolik Cengkareng berkiprah lewat wadah Wanita Paroki Trinitas (WP Trinitas). Kesalahan persepsi yang menganggap WKRI adalah organisasi politik mengakibatkan munculnya banyak hambatan untuk mendirikan WKRI Trinitas. Hal ini dapat dimaklumi karena banyak orang kala itu masih belum tahu arah gerak organisasi WKRI yang sebenarnya. Memang, sesuatu yang berbau politik sungguh membuat siapa pun akan merasa tidak nyaman pada masa itu.
Ibu Nani Purwoko yang kala itu menjabat sebagai Ketua Presidium WKRI DPD Jakarta berkenan mengunjungi Paroki Cengkareng dan memberikan penjelasan tentang WKRI kepada Romo, ibu-ibu, dan Dewan Paroki. Akhirnya, pada 15 Agustus 1993, dilantiklah Pengurus WKRI Cabang Trinitas yang pertama dengan seorang ketua dan 2 orang wakil ketua.
Pada awal terbentuknya, WKRI Trinitas memiliki 9 Ranting dengan jumlah anggota sebanyak 273 orang. Kini,WKRI telah memiliki 16 Ranting dengan jumlah anggota lebih dari 600 orang.
Sebagai sebuah organisasi yang tertib, WKRI Trinitas dituntut untuk melaksanakan Rapat Anggota 3 tahun sekali. Tujuannya adalah untuk memilih Pengurus baru dan mendengarkan laporan pertanggung-jawaban kegiatan dan keuangan dari Pengurus yang akan diganti. Rapat yang disebut juga Konferensi Cabang ini telah dilaksanakan sebanyak 4 kali di Paroki Cengkareng yang selalu dihadiri oleh para anggota WKRI Trinitas dan Pengurus WKRI DPD Jakarta.
Sejak berdirinya, telah banyak karya yang dilakukan oleh WKRI Trinitas. Ke dalam, karya-karyanya banyak membantu kelancaran kegiatan-kegiatan di Paroki Cengkareng di samping juga untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Ke luar, WKRI Trinitas mengadakan kerjasama dengan unit-unit pemerintahan dalam hal memberikan perbaikan gizi pada anak-anak balita, di samping juga mengadakan serangkaian bakti sosial dan bakti kesehatan, serta mengumpulkan dana, makanan, dan pakaian layak pakai untuk para korban bencana alam di Indonesia. Kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh Pengurus WKRI Trinitas tidak hanya bermanfaat bagi para anggotanya, tetapi lebih ditekankan untuk menabur perhatian dan kasih Kristus kepada masyarakat sekitar.
Tujuan WKRI adalah untuk mewujudkan wadah kesatuan gerak wanita Katolik dalam mengungkapkan iman dan cinta kasih Kristiani di dalam lingkungan masyarakat; mengembangkan kualitas wanita secara utuh; mengembangkan multi-peran wanita dalam keluarga, Gereja, dan masyarakat; serta meningkatkan peranserta wanita dalam pembangunan Gereja, bangsa, dan negara.
Visi WKRI adalah sebagai organisasi kemasyarakatan wanita Katolik yang mandiri, memiliki kekuatan moral dan sosial yang handal demi tercapainya kesejahteraan bersama serta tegaknya harkat dan martabat manusia, khususnya perempuan.
Misi WKRI adalah memberdayakan wanita Katolik yang ada di Indonesia mulai dari unit yang terkecil; meningkatkan kualitas hidup, nilai-nilai Injili, dan ajaran sosial Gereja di dalam wadah WKRI; meningkatkan kehidupan yang lebih baik berdasarkan keadilan sosial; dan memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender dalam semua aspek kehidupan.
HOUSEHOLD COUPLE FOR CHRIST (CFC)