“Takut akan Tuhan adalah didikan yang mendatangkan hikmat dan kerendahan hati mendahului kehormatan.” Amsal 15:33
Buku klasik yang berjudul “Humility” karya Andrew Murray memberi definisi rendah hati sebagai berikut. “Humility is the sense of entire nothingness, which comes when we see how truly God is all, and in which we make way for God to be all.” Manusia itu pada dasarnya “nothing”, lalu dalam kondisi “nothing” tersebut, manusia diubah dari “nothing” menjadi “something” oleh Tuhan yang adalah “everything”. Saat manusia mulai berani mencoba sendiri untuk menjadi “something”, Tuhan tidak lagi dapat bekerja melaluinya. Karena Tuhan tidak mungkin mengubahnya dari “something” menjadi “everything”.
Kerendahan hati memang unik, kalau kita mengklaim bahwa kita memilikinya, kita justru tidak memilikinya. Saat kita merasa bahwa kita adalah orang yang rendah hati, saat itulah kita kehilangan kerendahan hati kita. Inilah paradoks kerendahan hati. Kerendahan hati adalah satu-satunya karakteristik yang kita miliki tanpa kita merasa memilikinya. Kerendahan hati adalah :
- Mengakui bahwa ada banyak hal yang berlangsung di luar rencana kita, yang tidak bisa kita handle.
- Bisa menerima kritik dengan pikiran terbuka.
- Bisa menunjukkan kesalahan orang lain tanpa harus membuat orang itu terluka.
- Tidak sakit hati ketika merasa direndahkan.
- Bisa menurut ketika diatur.
- Bisa menyadari bahwa mengalah bukan berarti kalah.
- Tetap tabah ketika dihina, diejek, dan dilupakan.
- Mengakui bahwa masih ada yang lebih hebat di atas kita.
- Kerendahan hati untuk tahu bahwa kita ini kecil
- Sadar bahwa kita ini hanya manusia yang tidak ada apa-apanya di alam semesta ini.
Jadi belajarnya untuk rendah hati. Satu-satunya bukti kesungguhan kerendahan hati kita di hadapan Tuhan adalah kerendahan hati kita di hadapan sesama manusia dalam keseharian hidup kita.
Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan. Dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
Sumber : Cakrawala Agustus ’08