“Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatan yang jahat dari depan mataKu. Berhentilah berbuat jahat.” (Yes 1:16)
“Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” (Yes 1:18)
Firman Tuhan yagn disampaikan Nabi Yesaya itu, semuanya tergantung dari diri kita sendiri. Apakah kita mau bertobat dan menyesali dosa-dosa dan kesalahan yang kita perbuat? Karena sebesar apa pun dosa yang kita lakukan, Tuhan pasti mau mengampuniNya, semerah apa pun kesalahan yang kita perbuat, Tuhan pasti mau membersihkanNya asal kita sungguh-sungguh mau bertobat dan menyesalinya. Dan yang paling utama, apakah kita mau kembali kepada panggilanNya, karena Yesus telah menyerahkan nyawaNya di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita. Sebagai manusia yang lemah, hidup kita tidak luput dari kesalahan dan dosa. Tetapi apakah kita mau menyesalinya dan bertobat?
Kita dapat belajar dan mengambil hikmah pertobatan Simon Petrus, Yudas Iskariot, dan Saulus atas dosa dan kesalahan yang telah mereka lakukan. Kalau kita membanding-bandingkan, kita langsung memvonis dosa Yudas dan Saulus yang paling besar, dan dosa Petrus yang paling ringan. Secara kasat mata dan pemahaman, vonis kita benar, tetapi secara pertobatan, sesungguhnya vonis kita salah, bukan besar kecilnya dosa yang telah mereka lakukan, melainkan ada tidaknya pertobatan dan penyesalan dari mereka.
Petrus pernah berkata kepada Yesus: “Sekali pun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” (Mat 26:35); tetapi karena imannya terguncang dan rasa takut yang mengancam keselamatannya, Petrus dalam semalam telah menyangkal Yesus sampai 3 x. Tetapi Petrus sangat menyesali perbuatannya dan menangis dengan sedihnya. Ketika Yesus setelah kebangkitanNya menjumpai Petrus yang kembali menjadi nelayan di danau Tiberias, Petrus menyerahkan dirinya kembali kepada Tuhan (Yoh 21).
Yudas Iskariot yang mengkhianati dan menjual Yesus juga menyesali perbuatannya; “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah” (Mat 27:4a); tetapi setelah ia melemparkan uang hasil menjual Yesus kepada imam-imam kepala dan tua-tua, sayangnya ia tidak mau bertobat dan tidak mau kembali ke jalan Tuhan. Ia memilih mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri.
Saulus bukan termasuk salah seorang dari 12 murid Yesus, kekejamannya sangat luar biasa, ia menangkapi orang-orang yang mengikuti jalan Tuhan bahkan membunuh barangsiapa yang menyebut nama Tuhan (KIS 9:21b). Ia berusaha membinasakan jemaat di Yerusalem dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan keluar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. Tetapi setelah Saulus didera kebutaan, bertobatlah ia. Dan seperti yang tertulis di dalam Alkitab, Saulus yang mengganti nama menjadi Paulus adalah Rasul yang bersemangat memberitakan Firman Tuhan. “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.) (1 Kor 9:16)
(Penulis: Ign. J. Herman Iswara; Sumber: Sabitah Edisi 48, Mei/Juni 2011)