“Di tengah dunia yang penuh kebisingan dan kegalauan, dibutuhkan keheningan Adorasi kepada Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Bertekunlah dalam doa Adorasi dan ajarkanlah pada umat beriman. Adorasi adalah sumber kelegaan dan terang, terutama bagi mereka yang menderita.” (Paus Benediktus XVI dalam pertemuannya dengan para Imam dalam kunjungan pastoral ke Polandia, 25 Mei 2006)
Dalam Tahun Ekaristi ini, Bapa Uskup Agung Jakarta mengajak seluruh umatnya untuk semakin bertumbuh memperdalam iman dan cintanya kepada Yesus Kristus khususnya melalui Ekaristi.
Salah satu bentuk perwujudan cinta itu dapat kita nyatakan dengan penghormatan melalui sikap batin dan perilaku di dalam Perayaan Ekaristi maupun di luar Perayaan. Dalam Ekaristi Yesus hadir dalam rupa roti dan anggur, Sakramen Mahakudus. Melalui pemecahan Roti Ekaristi, Ia rela dipecah, dibagi, diserahkan untuk keselamatan kita.
Inilah Puncak Cinta Kashi Allah yang dilimpahkan melalui sengsara dan wafat Sang Putera untuk keselamatan kita. Selayaknya cinta dan syukur kita pun berpuncak dalam menjawal undangan perjamuan kudusNya.
“Janji Tuhan untuk selalu menyertai umatNya sampai akhir zaman tidak dapat kita alami kecuali dengan mengasah kepekaan batin kita akan kehadiranNya dalam Ekaristi.” (Mgr. Ignatius Suharyo dalam Surat Gembala Menyambut Tahun Ekaristi 2012, awal Adven 2011)
“bersama Sinode para Uskup, saya sungguh-sungguh menganjurkan kepada para gembala Gereja dan umat Allah untuk melaksanakan Adorasi Ekaristi, baik secara perorangan maupun berkelompok. Lewat katekisasi yang pas yang menjelaskan pentingnya Adorasi Ekaristi, akan muncul manfaat besar yang memampukan umat beriman mengalami Perayaan Ekaristi secara lebih penuh dan berbuah.” (Paus Benediktus XVI dalam Sacramentum Caritatis No. 67)
Apakah Adorasi Ekaristi itu?
Adorasi berasal dari Bahasa Latin, Adoratio, yang bermakna sembah sujud. Adorasi Ekaristi adalah tindakan sembah sujud, memberi hormat dan menyembah Yesus yang hadir dalam rupa Sakramen Mahakudus. Sejak Perjamuan Terakhir, ketika Yesus mengambil roti dan berkata: “Inilah TubuhKu,” lalu mengambil anggur dan berkata: “Inilah DarahKu,” iman Katolik percaya bahwa roti dan anggur yang telah dikonsekrasi dalam Perayaan Ekaristi sungguh berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Lewat Tubuh dan DarahNya, Yesus Kristus secara istimewa hidup dan hadir bagi kita.
Bagaimana kita melakukan Adorasi Ekaristi?
Tindakan penyembahan terbaik yang kita bisa berikan adalah dengan ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi dengan baik dan menyambut Dia dalam Komuni secara pantas, sebab “Barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan.” (1 Kor 11:27). Di luar Perayaan Ekaristi, kita dapat mengunjungi dan menyembah Sakramen Mahakudus yagn disimpan dalam Tabernakel atau yang ditahtakan, atau juga ketika dibawa dalam sebuah prosesi. Melakukan sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus yang ditahtakan menggunakan bejana yang disebut Monstran merupakan bentuk adorasi yang mungkin paling dikenal umat beriman ketika mendengar tentang Adorasi Ekaristi.
Bukankah Sakramen Mahakudus seharusnya disantap?
Benar sekali bahwa pertama-tama Yesus memberikan diriNya dalam Ekaristi dan diterima dalam Komuni. Dan Adorasi Ekaristi memperdalam maksud ini. Seputar ini Paus Benediktus XVI mengatakan: “Dalam Ekaristi, Putra Allah datang untuk berjumpa dan bersatu dengan kita; menerima Ekaristi dalam Komuni berarti menyembah Dia yang kita terima. Tindakan adorasi di luar Perayaan Ekaristi merupakan tanggapan alami dari penyembahan ini, yang memperpanjang dan memperdalam apa yang terjadi dalam Liturgi Ekaristi.” Beliau melanjutkan dengan mengatakan: “Hanya dalam Adorasi, penerimaan Ekaristi yang mendalam dan sejati menjadi matang.” (Sacramentum Caritatis No. 66)
Benarkah Gereja mengajarkan supaya umat beriman rajin melakukan Adorasi Ekaristi?
Benar sekali! Gereja sangat mendorong umat beriman untuk rajin mengadakan Adorasi Ekaristi.
“Sungguh membahagiakan menghabiskan waktu bersama Dia, bersandar dekat hatiNya seperti murid yang dikasihiNya dan merasakan cinta yang tak berkesudahan dalam hatiNya… Bagaimana bisa kita tidak merasakan keinginan untuk melewatkan waktu lewat percakapan rohani, dalam keheningan Adorasi, dalam luapan cinta di hadapan Sakramen Mahakudus?” (Yohanes Paulus II dalam Ecclesia de Eucharistia No. 25)
Apa saja yang sebaiknya dilakukan ketika mengunjungi Sakramen Mahakudus?
Berikut adalah beberapa saran mengenai apa yang sebaiknya dilakukan dalam Adorasi Ekaristi pribadi:
Mendoakan Mazmur: Memuji, menyembah, bersyukur, memohon pengampunan atau doa-doa permohonan. Selalu tersedia Mazmur untuk kita doakan dan renungkan.
Membaca dan merenungkan Kitab Suci: Pilihlah satu periokop dari Kitab Suci. Baca dan renungkan. Mungkin ada ayat yang menarik perhatian, mintalah kepada Tuhan untuk mengajarkan apa yang ingin Ia sampaikan lewat ayat tersebut.
Curahkan isi hati kita dan sembahlah Dia: Bercakap-cakaplah dengan Yesus, sadarilah bahwa kita berada di hadapanNya.
Berdoa bagi orang-orang di sekitar kita: Sampaikanlah permohonan dan syukur kita atas penyelenggaraan Tuhan bagi diri kita, keluarga, teman-teman atau sesama.
Berdiam diri dan menikmati kehadiran Allah: Anggaplah mengunjungi Sakramen Mahakudus seperti mengunjungi seorang sahabat. Duduklah dalam keheningan, menikmati kehadiran Yesus dan kebersamaan denganNya.
Adorasi dan Keheningan Batin
Batin yang hening tak sekedar diam,
Tanpa kata atau pun tanpa gerak.
Batin yang hening memerlukan kerendahan hati,
Yang terbuka siap menyambut kehadiranNya,
Batin yagn siap mendengarkan…,
Dengan kelembutan kasih….
Lapangkanlah ruang hati,
Biarkanlah menjadi bersih dan nyaman,
Tenang, sunyi dari suara-suara,
Dari pikiran sendiri,
Yang mengganggu telinga batin.
Siapkan ruang hati untuk menyambutNya,
Penuh hormat dan syukur mendalam.
Duduklah bersama,
Dalam percakapan batin nan indah;
Dengarkanlah Ia menyapa dan berbicara,
Dan mendengarkan…
Ia sangat mengasihi kita….
(Dari booklet Adorasi Ekaristi, Komisi Liturgi Keuskupan Agung Jakarta, dalam rangka menyambut Tahun Ekaristi 2012)